Bincang Santai Naluri Kekuasaan
Malam ini kami kumpul untuk berbincang santai. Sambil menenggak kopi, Pop Mie, dan menghisap rokok yang yang telah kami bawa. Dalam waktu yang cukup singkat, obrolan demi obrolan mengalir sesuai tema yang telah di angkat: buku berjudul Naluri Kekuasaan Sigmund Freud.
Sekitar pukul 19.15 WIB Taqin dan Genjor sampai di lokasi. Sebuah kafe bernama Gubuk Mbois yang berada di desa Selodono, Kec. Ringinrejo, Kab. Kediri. Lalu di susul Dewi yang datang setelahnya.
Malam cukup dingin ketika Taqin memulai topik obrolan santai malam ini. Berhubung obrolannya memang dipantik dengan sebuah buku, dia bilang kalau "Saya belum menyelesaikan buku ini. Karena masih belum lama ini membacanya. Tapi setidaknya bisa menjadi pemantik obrolan malam ini sebelum topiknya ngalor ngidul".
Dia menjelaskan latar belakang Sigmund Freud sambil memegang bukunya. Yaitu tokoh terkenal di bidang psikologi yang hidup antara tahun 1856 hingga tahun 1939.
Freud adalah orang yang pemikirannya sangat dipengaruhi oleh tokoh lain pada zamannya. Teori Evolusi Darwin dan Karl Mark juga menjadi bagian dari hal itu. Karena pada masa hidup Freud. Kedua pemikiran tokoh besar ini sedang hangat dibicarakan banyak orang.
Berhubung obrolan yang dilakukan memang santai. Tentu saja kami saling bertanya, menjawab, dan saling mengeluarkan opini. Mengeluarkan segala yang ada di pikiran kami untuk dibicarakan bersama. Terutama mengenai hal-hal yang masih ada kaitannya dengan Naluri kekuasaan.
"Sigmund Freud ini ada yang mengatakan sebagai orang yang melengkapi teori Karl Mark," ucap Genjor di tengah-tengah perbincangan.
Taqin dan Dewi mendengarkan dan bertanya alasannya.
"Jadi melengkapi maksudnya adalah Mark pada saat itu teorinha hanya fokus kepada benda. Lalu Freud ini melengkapi bahwa ada juga dorongan dari dalam diri manusia untuk berkuasa. Jadi satunya dorongan dari luar, satunya dorongan dari dalam diri."
Obrolan yang dilakukan kali ini memiliki ritme yang cukup cepat. Apalagi topik naluri kekuasaan yang diangkat ini bisa dikaitkan dengan berbagai hal.
Malam ini kami membahas politik praktis juga. Yaitu seputar apa yang sedang terjadi mengenai kekuasaan politik Indonesia. Kenapa bisa terjadi, hingga kesimpulan bahwa "kita tidak bisa terlepas dari politik karena segala yang berhubungan dengan diri kita dipengaruhi kekuasaan politik."
Tokoh Rocky Gerung yang menjadi pengkritik kekuasaan pemerintah juga menjadi perhatian pada obrolan kami. Tidak hanya itu, bahkan bagaimana kaitannya artis dan juga kekuatan politik yang ada di Indonesia melakukan kerja sama juga menjadi topik diskusi menarik.
Selain itu tema kekuasaan Cina dari masa ke masa juga menjadi obrolan seru antara Dewi dan Genjor. (Maaf saja, otak saya nggak sampai untuk menangkap perbincangannya). Penyebutan nama-nama tokoh dan nama-nama era yang kelewat spesifik menjadikan obrolan kekuasaan Cina ini menarik.
Apalagi berbicara naluri kekuasaan mengharuskan dua hal dibahas sekaligus. Yaitu siapa yang berkuasa dan siapa yang dikuasai. Sehingga obrolan mengenai Cina juga merembet ke hal-hal lain yang memiliki kaitan. Jikapun tidak berkaitan, biasanya kami berusaha mengkait kaitkan asalkan masih nyambung.
Tapi tentu saja. Kami juga membahas hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas di hari-hari biasa. Karena agaknya naluri kami juga sangat suka melontarkan hal-hal yang kami ketahui langsung. Baik itu sekadar pelampiasan atau untuk menemukan sebuah jawaban.
Hingga akhirnya setelah merasa malam semakin larut. Obrolan menarik ini harus kami akhiri. Apalagi mengingat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dan juga langit yang awalnya gerimis sudah menjadi terang.
Tentu saja apa yang ditulis di sini hanya sebagian kecil dari pembicaraan kami malam ini. Keseruan untuk mengeluarkan pendapat dan mengeluarkan pertanyaan membuat obrolan semakin kompleks dan sulit untuk ditulis dengan runut agar mudah dimengerti.
Tapi tenang saja karena kita akan bertemu lagi untuk bincang santai di lain waktu. Dengan tema berbeda, dan bisa juga dengan wajah-wajah pendatang berbeda di pertemuan dua minggu lagi.
Sebagai penutup, saya ingin mengutip kata-kata Freud yang menarik:
"Orang seperti saya ini tidak bisa hidup tanpa suatu kegemaran, suatu kegairahan yang membakar, dalam bahasa Schiller seorang tiran. Saya telah menemukan tiranku, dan dalam kebaktian kepadanya saya tidak mengenal batas. Tiranku adalah ilmu jiwa." - Naluri Kekuasaan Sigmund Freud by Calvin S. Hall, halaman iii.
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.
Jadi ke inget short video yang lagi viral itu aku kim ngebaca bait akhir tulisanmu.
Wah. Ini. Short videonya kelihatannya asik.
Iya sih. Biasanya orang kalo punya duit berlimpah. Karakter aslinya makin terlihat. Karena duit bisa mewujudkan pikirannya 😅
Hahaha
Ada pepatah bahasa aceh yang bisa kamu coba terapkan bro untuk mengetahui tipikal manusia.
Ujoe Meuh Ngen Batee
Ujoe Ureung ngen lagee