Investment Dilemma and Negative Investment List |

in Steem Entrepreneurs2 years ago



By @ayijufridar

PROBLEMS of investment in Aceh , Indonesia, is like a rose; Its beauty and fragrance are tempting to pick, but without care it will pierce the hand with thorns. Aceh's various advantages in mining and agriculture have become a "curse" if they are not good at managing them.

In recent years, the issue of investment in Aceh has returned to the public spotlight. Many moments and visits of ministers and even the president to Aceh are always associated with investment. In general, Aceh also has serious problems with a climate that is not getting better. Even in the past, the Chairman of the IMT-GT, Dato' Faudzi Naim Haji Noh (at that time), even assessed that Aceh's investment promotion was still tacky and observers considered the situation to be like that.

Investment inefficiency

If we look more closely, the problem of investment in Aceh is not just a matter of lowly promotion. There are still many investment obstacles that have not been resolved, whether they are part of a national problem or are unique to Aceh. The problems of central regulation, licensing, interest rates, exchange rates, and taxation are indeed beyond Aceh's authority. However, the Aceh government can set the sail so that the central variable can improve the winds of investment in Indonesia, including Aceh.

This ideal role is still an investment utopia in the midst of sad conditions in Aceh, which instead invites investors, on the contrary, “expels” investors. The problem of stealth taxes that are too high are among those that are typical of Aceh and become a condition that causes investment inefficiency. Various promotions carried out by the Aceh Government will be meaningless if the cost of stealth is not reduced and then eliminated.

Stealth taxes also exist in other areas. The difference is, outside Aceh the numbers are more controlled and they do not bear the psychological burden of being a former area of ​​armed conflict. Investors must have estimated the total costs they incur in detail, including thugs tax.

The practice in Aceh was made more difficult because after “smoothing out” one group, another group took part in extorting it. Several years ago, a survey team from a multinational company was asked for a smartphone by a certain group in the interior of North Aceh with threats of kidnapping if not fulfilled.

Finally, the survey was canceled and plans to build a crude palm oil (CPO) processing plant were canceled. There have been several kidnappings of workers in Aceh, including foreign workers in the oil and gas sector in East Aceh who added to the Negative Investment List (DNI) in Aceh. DNI is an important variable that is considered by investors.

Infrastructure and superstructure

The location of Aceh at the western end of the Indonesian territory is often called strategic because it is directly adjacent to a number of Asean countries. However, this condition is also often viewed as the other way around because of the increasing distribution costs and limited access. Worse yet, the condition of transportation to and from Aceh is not as smooth as other areas, especially Medan.

The strengthening of the plans of a number of district governments to open access to air transportation should be supported. It's just that the intensity needs to be increased with the volume of passengers that continues to increase so as not to harm airlines. Transportation that shortens distance and time becomes everything for investors to facilitate the entry and exit of goods, services, and people.

Licensing bureaucratic problems and the availability of sufficient information are also variables that the Aceh Government must fix. The availability of skilled manpower, raw materials, and other resources emphasizes that improving the investment climate is not only a question of infrastructure, but also of superstructure. There are many aspects outside of investment that need attention because they are directly or indirectly related to the investment climate. The government cannot possibly be able to fix it without the support of the business world and the community.

No matter how good the Aceh Government's efforts in improving the investment climate – without the support of an adequate supply of electricity – it will not have much effect. The electricity deficit is an obstacle to high-cost investment in various regions, not only in Aceh. However, the Aceh Government can continue to improve electricity constraints by optimizing existing power plants.

Aceh can actually enjoy the positive trend of increasing investment in Indonesia. The release of the Investment Coordinating Board (BKPM) shows that in the first quarter (January – March) 2022, the highest foreign capital entered Central Sulawesi at 1,319 million USD. Meanwhile, to Aceh it was only USD 49.9 million and that was to extract existing natural resources such as oil and gas, not product diversification.

The Aceh Government's welcoming attitude towards investors, on the other hand, should not forget the interests of the community in terms of culture and nature conservation. Several investment permits in the mining and forestry sectors should not harm Aceh in the long term. Investments must provide the maximum benefit to society and nature, not short-term benefits for the authorities or even become a disaster.[]




8d695902-1202-465a-b8c4-0c99e6292a4d.jpeg
Investasi di sektor perkebunan masih menarik di Aceh.


Dilema Investasi dan Daftar Negatif Investasi

Oleh @ayijufridar

MASALAH investasi di Aceh seperti kuntum mawar; keindahan dan keharumannya menggoda untuk memetik, tetapi tanpa kehati-hatian akan membuat tangan tertusuk duri. Berbagai keunggulan Aceh di bidang pertambangan dan pertanian, justru menjadi “kutukan” bila tidak pandai mengelolanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, masalah investasi di Aceh kembali menjadi sorotan publik. Banyak momen dan kunjungan menteri bahkan presiden ke Aceh, selalu dikaitkan dengan investasi. Secara umum pun Aceh punya masalah serius dengan iklim yang tak kunjung membaik. Bahkan dulu, Ketua IMT-GT, Dato’ Faudzi Naim Haji Noh (masa itu), bahkan pernah menilai promosi investasi Aceh masih kampungan dan para pengamat menilai keadaannya memang demikian.

Inefisiensi investasi

Kalau ditilik lebih dalam, masalah investasi di Aceh bukan hanya soal promosi yang kampungan. Masih banyak kendala investasi belum diselesaikan baik yang menjadi bagian dari persoalan nasional atau yang khas Aceh. Masalah regulasi dari pusat, perizinan, suku bunga, nilai tukar, dan perpajakan memang di luar kewenangan Aceh. Namun, Pemerintah Aceh bisa mengatur layar agar variabel pusat bisa memperbaiki angin investasi di Indonesia, termasuk Aceh.

Peran ideal itu masih menjadi utopia investasi di tengah kondisi menyedihkan di Aceh yang justru bukannya mengundang investor, sebaliknya malah “mengusir” investor. Masalah pajak siluman yang terlalu tinggi termasuk di antaranya yang khas Aceh dan menjadi kondisi yang menyebabkan inefisiensi investasi. Berbagai promosi yang dilakukan Pemerintah Aceh menjadi tidak berarti jika biaya siluman tidak dikurangi untuk kemudian dihilangkan.

Pajak siluman juga terdapat di daerah lain. Bedanya, di luar Aceh jumlahnya lebih terkendali dan mereka tidak menanggung beban psikologis sebagai bekas daerah konflik bersenjata. Investor pasti sudah memperkirakan total biaya yang mereka keluarkan dengan detail, termasuk pajak preman.

Praktik di Aceh menjadi lebih sulit karena setelah “melicinkan” satu kelompok, ada kelompok lain yang ikut memeras. Beberapa tahun lalu, tim survei dari sebuah perusahaan multinasional dimintai smartphone oleh kelompok tertentu di pedalaman Aceh Utara dengan ancaman penculikan kalau tak dipenuhi.

Akhirnya, survei dibatalkan dan rencana pembangunan pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) batal dibangun. Penculikan terhadap pekerja pernah beberapa kali terjadi di Aceh, termasuk pekerja asing sektor migas di Aceh Timur yang menambah Daftar Negatif Investasi (DNI) di Aceh. DNI termasuk variabel penting yang menjadi pertimbangan investor.

Infra dan suprastruktur

Letak Aceh di ujung Barat wilayah Indonesia sering disebut strategis karena berbatasan langsung dengan sejumlah negara Asean. Namun, kondisi ini juga sering dipandang sebaliknya karena meningkatnya ongkos distribusi dan keterbatasan akses. Diperparah lagi dengan kondisi transportasi dari dan Aceh tidak selancar daerah lain, terutama Medan.

Pemantapan rencana sejumlah pemerintah kabupaten untuk membuka akses transportasi udara patut didukung. Hanya saja intensitasnya perlu ditingkatkan dengan volume penumpang yang terus meningkat agar tidak merugikan maskapai penerbangan. Transportasi yang mempersingkat jarak dan waktu menjadi segala-galanya bagi investor untuk mempermudah keluar masuknya barang, jasa, dan manusia.

Masalah birokrasi perizinan dan ketersediaan informasi yang cukup juga menjadi variabel yang harus diperbaiki Pemerintah Aceh. Ketersediaan tenaga kerja yang cakap, bahan baku, dan sumber daya lainnya kian menegaskan bahwa memperbaiki iklim investasi bukan semata persoalan infrastuktur, tetapi juga suprastruktur. Banyak aspek di luar investasi yang justru harus mendapat perhatian karena secara langsung atau tak langsung berhubungan dengan iklim investasi. Pemerintah tak mungkin mampu memperbaikinya tanpa dukungan dunia usaha dan masyarakat.

Sebaik apa pun upaya Pemerintah Aceh dalam memperbaiki iklim investasi – tanpa dukungan tersedianya pasokan listrik memadai – maka tidak banyak berpengaruh. Defisit tenaga listrik menjadi kendala investasi berbiaya tinggi di berbagai daerah, bukan hanya di Aceh. Namun, Pemerintah Aceh bisa terus memperbaiki kendala kelistrikan dengan mengoptimalkan pembangkit listrik yang ada.

Aceh sebenarnya bisa ikut menikmati tren positif dari peningkatan investasi di Indonesia yang meningkat. Rilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan pada triwulan pertama (Januari – Maret) 2022, modal asing tertinggi masuk ke Sulawesi Tengah sebanyak 1.319 juta USD. Sedangkan ke Aceh hanya 49,9 juta USD dan itu pun untuk mengeruk kekayaan alam yang ada seperti minyak dan gas, bukan diversifikasi produk.

Sikap welcome Pemerintah Aceh terhadap investor, di sisi lain jangan sampai melupakan kepentingan masyarakat secara budaya dan kelestarian alam. Beberapa izin investasi sektor pertambangan dan kehutanan, jangan sampai merugikan Aceh untuk jangka panjang. Investasi harus memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat dan alam, bukan keuntungan jangka pendek bagi penguasa atau malah menjadi bencana.[]


GOPR0003.JPG
Investasi di sektor pariwisata di Sabang, sangat potensial.

Sort:  
 2 years ago (edited)

Baiklah, pertama saya akan bicara dari definisi dulu. Investasi adalah, penanaman uang atau modal, pada suatu perusahaan, atau proyek, dengan tujuan mendapatkan keuntungan, itu secara umum investasi. Sekarang saya ingin tanya, "Antara investasi, emas, atau properti, untung mana " ?

jadi begini, bicara investasi bukan masalah yang mudah, memang mudah kita bicara.
Tapi untuk melaksanakan itu kadang susah.

Jadi investasi itukan bagaimana kita menjaga uang kita, nilainya itu tetap, atau bertambah, ya kan ? Karena ditahun ketahun, nominalnya mata uang kita semakin rendah

Investasi adalah pilihan, setiap apa yang kita investasikan, ada untung ada rugi. Meski menyewa jasa bodyguard, belum tentu aman. Kehidupan terus berjalan, dan sumbernya tetap uang, namun kita jangan lupa, cuma kepada Tuhan kita meminta dan memohon.

Uang adalah sumber pertikaian, dan mengundang kejahatan, dan banyak dari kita yang memilih uang, daripada teman, kita juga lupa, uang bisa berbuah kejahatan. Jadi konklusinya adalah, investasi itu pilihan.

Postingan yang menarik dan berisi

 2 years ago 

Pemerintah harus menciptakan iklim investasi yang kondusif terlebih dahulu, baru mudah mengundang investor. Tapi menciptakan iklim investasi kondusif pun bukan perkara mudah. Kalau iklimnya sudah bangun, tanpa adanya kampanye pun, investor akan datang dengan sendirinya.

 2 years ago 

Itulah bang, segala sesuatu butuh yang namanya proses.

 2 years ago 

Tapi kalau sudah lama sekali dan belum terlihat hasilnya, harus dievaluasi metodologinya. Jangan-jangan prosesnya ada yang salah.

 2 years ago 

Betul, itu pasti ada yang tidak beres.

Aceh banyak destinasi wisata favorit, sama wisata religi. Mungkin mengenai investasi ini perlu dipertimbangkan lagi.

 2 years ago 

Konsep wisata halal di Aceh, kalau kita lihat program pemerintah, belum ada cetak birunya dan tidak terkoordinasi dengan baik antara program di provinsi dengan potensi yang ada di kabupaten dan kota di Aceh. Harusnya, ini menjadi potensi yang bisa menarik wisatawan mancanegara, terutama dari Timur Tengah.

Sangat disayangkan, semoga ada solusi mengatasinya, agar aceh kembali berjaya dimasa mndatang.

perkara pajak siluman yang tinggi di Aceh menjadi pr besar besar bagi pemerintah, bagaimana tidak, Aceh merupakan daerah dengan hasil alam yang serba ada, namun kebanyakan investor mengurungkan niat perihal pajak siluman yang tidak terkontrol.

sukses selalu pak @ayijufridar 🙏🏻✨

[WhereIn Android] (http://www.wherein.io)

 2 years ago 

Ini memang PR terbesar di antara banyak PR besar lainnya yang harus diselesaikan. Kalau tidak, investor tidak akan tertarik masuk Aceh, selain untuk mengeruk kekayaan alam yang ada.

kita berharap kedepannya Aceh menjadi lebih baik dengan kebijakan pemimpin yang terus membangun Aceh dan memberantas tindak korupsi dan pajak siluman yang kian hari semakin marak terjadi.

sukses dan dimudahkan rejekinya selalu pak @ayijufridar 🤲🏻🙏🏻

[WhereIn Android] (http://www.wherein.io)

 2 years ago 

Thank you @ayijufridar for consistently contributing and sharing quality posts with us on the Steem Entrepreneurs Community - Steem On !

Team verification results :
Verified userYES
Plagiarism-freeYES
Bot-freeYES
#steemexclusiveYES
#club status#club5050
Beneficiaries 20%-
Voting CSI14.5

Keep up your good work, best regards and good luck !

 2 years ago 

Thnk so much @steempreneurship.

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 56512.08
ETH 2344.21
USDT 1.00
SBD 2.33