Steem engagement challenge-s7/w6 | My nostalgic childhood memories.

^{Photo editing by Kolase photo-GridArt}

Hello sobat steemian tercinta..

MASA KECIL laksana surga dunia! terkesan tidak berlaku hukum dan terbebas dari segala aturan apapun. Jika diingat kembali bisa saja kita tersenyum sendiri. Entah apa yang sudah kita lakukan, bermain dengan celana dalam, wajah penuh bedak, mencari kutu rambut, berlangganan dengan kali dan suka mandi hujan. Masih banyak hal unik lainnya dalam catatan kenangan kita pada saat hidup dimasa lawas.

Ketika hari ini aku kembali ke 35 tahun yang lalu atau ke usiaku 8 tahun, aku tidak hanya akan tertawa sendirian pada saat mengingat sejumlah momen lucu dan juga sedih. Dimana keadaan keluarga kami dimasa lalu harus hidup dengan sejumlah kekurangan. Anda bisa membayangkan sebuah kehidupan dengan keterbatasan aliran listrik, tanpa smartphone, televisi bahkan radio.

Tapi kehidupan saya di usia itu tidak kekurangan kebahagiaan. Mungkin karena masih kecil sehingga tidak merasakan sejumlah perbedaan dan kekurangan dengan kehidupan anak-anak lainnya yang lebih mapan. Malahan! saya juga memiliki sejumlah momen seru saat itu, bersama kakak saya harus menonton televisi dan mendengar siaran radio di rumah tetangga.

Saya baru merasakan perasaan "menyukai" seorang gadis ketika saya sudah berusia dewasa atau pada saat berada di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA). Meskipun usiaku sudah memasuki 16 tahun, namun Suka dan takut adalah dua perasaan yang selalu hadir dan berkolaborasi setiap melihat wajah dari sosok yang saya sukai.

Saya hanya melihatnya di saat berada di areal sekolah, tapi kami belum menjalin sebuah hubungan spesial kecuali hanya berbicara sebatas teman. Anda tahu! rasa ketakutan saya lebih besar ketimbang rasa suka. Perasaan saya terus ada tapi tidak dapat tersampaikan hingga kami berada di kelas 3 hingga selesai sekolah. Ini artinya di umur saya antara 8 - 18 Tahun pernah menyukai seorang gadis tanpa sepengetahuannya.

Seingat saya, disaat masih di sekolah dasar mungkin hanya sekitar 25% saja dari sejumlah waktu luang saya pergunakan untuk belajar menulis dan membaca, selebih saya gunakan untuk bermain bersama kawan-kawan saya. Saya senang dan mau untuk belajar ketika orang tuaku bersedia membeli jajanan makanan atau berupa hadiah.