Steem engagement challenge-S12/W2|I would love to prefer Village Lifestyle

Tema Steemit Engagement Challenge kali ini adalah hal yang saat ini sedang saya pertimbangkan dengan sangat serius dan diskusikan dengan keluarga saya. Gaya hidup perkotaan yang sedang saya jalani saat ini kadang membuat pikiran menjadi mumet dan stress, dengan segala masalah hidup perkotaan yang kompleks dan seakan tanpa henti-hentinya. Untuk engagement Challange kali ini saya mengundang @irawandedy @radjasalman @heriadi untuk ikut berpartisipasi.

edit with snapseed

Which lifestyle do you prefer, A Metropolis or A Village? And Why?

Ketika berumur 11 tahun saya pindah dari kehidupan pedesaan (walaupun tidak murni sebuah desa, lebih tepatnya sebuah kota kecil tempat kelahiran saya) pindah ke kehidupan perkotaan di pulau jawa. Ketika itu terjadi sebuah culture shock terjadi dan asing bagi saya. Namun saya beradaptasi karena kehidupan perkotaan dengan gedung-gedung tinggi adalah hal baru yang membuat saya bersemangat pada mulanya.

Di Kota saya menghabiskan waktu untuk belajar dari SMP sampai dengan Kuliah di perguruan Tinggi, bergaul dengan masyarakat kota membuat kita mengenal banyak orang, banyak culture, dan banyak karakter orang sehingga pola pikir kita terbuka dan lebih bijak dalam menilai segala hal.

Ketika memasuki dunia kerja yang dinamis, dimana Uang adalah segalanya. Kehidupan perkotaan menjadi sangat melelahkan bagi saya, kita seakan dipaksa untuk berlari tanpa henti mengejar sesuatu yang Fana dan seperti tidak nyata dan tidak ada habisnya. Segala permasalahan perkotaan seperti kemacetan, polusi, tingkat kriminal, dan karakter orang yang Egois di perkotaan membuat saya ingin berhenti berlari dan pindah di suatu tempat dimana Kita bisa tetap hidup tanpa perlu berlari, hidup dengan suasana kekeluargaan, hidup yang tenang dan damai.

Ketika Pandemi Covid 19 melanda, dan kita di haruskan hidup dengan suasana karantina, saya memiliki kesempatan itu, kesempatan untuk kembali ke kampung halaman saya dan tinggal di pedesaan, gaya hidup pedesaan yang tenang, damai dan sederhana. Membuat saya terlena dan tidak ingin kembali lagi ke kehidupan perkotaan.

Hidup di desa membuat saya memiliki banyak waktu untuk keluarga, saya bisa belajar berkebun, dan bertani. Tinggal di pedesaan membuat saya menyadari seakan-akan waktu itu lebih panjang dari biasanya. Jika biasanya kita terjebak kemacetan kota selama berjam-jam lamanya, bahkan waktu terasa berlalu sangat cepat, tinggal di pedesaan membuat kita bisa memilih banyak waktu untuk banyak hal.
Bahkan bisa tetap produktif karena teknologi yang semakin canggih memungkinkan kita bekerja bisa dimana saja. Hal inilah yang menjadi alasan saya untuk memilih kehidupan di pedesaan.

Share some good side and challenging sides of your choice

Hal baik dari kehidupan di pedesaan adalah kita bisa memiliki waktu yang lebih berkualitas dengan keluarga, kita bisa lebih santai dan tenang menjalani hari-hari. Dan suasana kekeluargaan di pedesaan membuat kita bebas dari rasa kesepian seperti yang kita alami saat hidup di perkotaan dimana semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing sehingga tidak ada waktu untuk berinteraksi dengan tetangga.

Selain itu hidup di pedesaan bebas dari segala macam polusi suara yang bising di perkotaan, udara yang bersih dengan oksigen yang melimpah. Hal-hal yang tidak kita jumpai di kota besar.
Hidup di pedesaan membuat kita lebih sederhana dan efektif, bahkan hemat dalam segala hal. Karena makanan di pedesaan lebih terjangkau harganya bila dibandingkan dengan perkotaan.
Hal yang menantang untuk hidup di pedesaan adalah pekerjaan yang layak, pendidikan resmi yang layak untuk anak serta Fasilitas kesehatan yang belum merata saat hidup di pedesaan.

Banyak tantangan yang membuat hidup di pedesaan sulit dilakukan apalagi jika kita masih seorang karyawan yang mengais rezeki dari perkotaan. Bagi saya walaupun keinginan saya untuk memilih hidup di desa namun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mengharuskan saya untuk tetap berada di kota. Mungkin suatu saat dengan tabungan dan investasi yang cukup saya bisa sepenuhnya melepaskan kehidupan perkotaan dan pindah ke kehidupan pedesaan secara full-time.

Mengenai pendidikan anak, yang mungkin agak sulit terpenuhi jika kita hidup di Desa, saat ini sudah banyak program pendidikan secara online yang bisa mengajar anak untuk sekolah secara home-schooling, sehingga kita bisa mendidik anak secara mandiri.

Fasilitas kesehatan mungkin yang paling sulit terpenuhi karena di desa cenderung memiliki fasilitas kesehatan yang sangat terbatas. Sehingga kita harus memilih desa yang sudah memiliki standar kesehatan minimum seperti Puskesmas di Indonesia. Ataupun kita bisa ikut andil dengan membuat fasilitas kesehatan mandiri dengan meminta bantuan pemerintah jika memang di desa tersebut belum ada fasilitas kesehatan sama sekali.

Kelemahan yang paling mencolok tinggal di pedesaan adalah pola pikir masyarakat yang kadang tertutup dan bahkan tertinggal karena tingkat pendidikan dan akses terhadap informasinya kadang membuat kita sulit untuk berharap ada perubahan pada kehidupan di pedesaan, sebagai contoh masih banyak tokoh masyarakat desa yang menolak masyarakat luar desa untuk tinggal di tempat mereka, atau masyarakat desa yang menolak warga yang beda agama untuk tinggal di desanya, ataupun tokoh masyarakat yang menolak pembangunan fasilitas desa untuk kemajuan. Semua ini adalah tantangan yang seringkali di hadapi masyarakat perkotaan yang ingin tinggal di pedesaan.

Do you think lifestyle and environment often influence thought processes? Describe

Ya menurut saya lingkungan dan gaya hidup dapat mempengaruhi cara berpikir kita.
Orang yang tinggal di perkotaan biasa akan berpikir secara cepat karena dinamika kehidupan perkotaan yang dinamis menuntut kita untuk membuat keputusan secara cepat. Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan dimana perubahan itu bergerak lambat dan statis kita akan cenderung untuk mengambil keputusan yang lambat dan tidak terburu-buru. Hal ini bisa berakibat positif dan juga negatif namun sangat bergantung pada pilihan kita.

Orang yang hidup di perkotaan cenderung memiliki egoisme yang tinggi dan cenderung individualis bila di bandingkan masyarakat desa yang hidup secara kekeluargaan dengan saling mengenal tetangganya. Rasa kebersamaan yang tinggi akan lebih terasa di pedesaan bila di bandingkan dengan Masyarakat perkotaan.

Akses informasi dan pendidikan yang baik di perkotaan membuat pola pikir masyarakatnya cenderung lebih terbuka, sedangkan masyarakat desa yang akses informasi dan pendidikannya terbatas kadang memiliki pola pikir yang tertutup terhadap perubahan yang sedang terjadi. Sehingga menurut saya penting juga untuk melakukan pemerataan akses informasi, pendidikan dan teknologi agar masyarakat desa bisa memiliki pola pikir yang sama dengan masyarakat kota.

Demikian Pandangan saya mengenai Lifestyle Perkotaan dan Pedesaan, semua orang memiliki pilihannya masing-masing tergantung pola pikit dan tujuan hidupnya. Sudah sepatutnya kita menghargai pilihan apapun itu, dan tidak memandang bahwa orang yang memilih tinggal di pedesaan adalah orang udik atau "kampungan". Cara hidup setiap orang adalah pilihan. dan pilihan bisa berubah tergantung situasinya.
Terima kasih. Salam hangat.

Makassar, 11 September 2023
Photo dan tulisan adalah sepenuhnya milik @mytravelandscape