Kisah Ramadhan Mahasiswa Rantau di 5 Benua Season 1

in Writing & Reviews3 years ago (edited)

IMG_20210726_104116_666.jpg

IMG_20210726_112124_977.jpg

IMG_20210726_112157_849.jpg

IMG_20210726_112219_696.jpg

IMG_20210726_112232_020.jpg

Assalamualaikum keluarga steemian's yang sakinah mawadah warahmah.Semoga kita selalu dalam hidayah dan rahmat Allah aamiiin ya rabbal'alamin.

Kali ini saya ngin berbagi pengalaman dan keseruan dengan kalian tentang buku yang saya baca yang berjudul "Kisah Ramadhan Mahasiswa Rantau".Saya akan menuangkan segala sesuatu yang telah saya temukan disini.

Buku "Kisah Ramadhan Mahasiswa Rantau" tidak lain adalah upaya untuk menghimpun berbagai pengalaman sebagai tacit knowledge dalam bentuk tulisan~codified (eksplisit) knowledge~ agar misa menjadi sumber pembelajaran bagi masyarakat luas khususnya para mahasiswa.Memang, menuliskan sebuah pengalaman tidaklah mudah.Sungguh pun demikian,dibalik kesulitan tersebut ,buku yang didasarkan atas pengalaman empiris memiliki kekuatan tersendiri.Mengapa?Karena penulisannya didasarkan atas fakta real atau real evident yang dialami oleh para penulis di berbagai penjuru dunia.Sehingga,kalau kita membaca buku ini,seakan kita diajak menelusuri khazanah pulau tradisi peradaban Ramadhan yang tersebar di belahan dunia.Disamping itu,buku ini bisa menjadi bagian kesejarahan seseorang dan tidak jarang mampu menghantarkan ke dalam ranah nostalgia.

Memang,bagi kita yang sudah terbiasa menjalankan ibadah Ramadhan di Indonesia akan menambah kekayaan pengalaman kalau kita ber-Ramadhan di belahan dunia yang lain.Mulai dari tradisi,budaya,dan lamanya kita berpuasa.Di Indonesia yang mayoritas (87%) Muslim dengan segala tradisinya yang sudah terbangun sejak dulu kala dan lamanya waktu berpuasa relative tetap sekitar 14 jam.Tentu berbeda kalau kita ber-Ramadhan di negara yang tidak memiliki tradisi dan posisi geografis seperti Indonesia lalu bisa dibayangkan berpuasa dalam 19 jam dan sering dihadapkan dengan budaya konvergen dengan nilai Ramadhan yang kita yakini menjadi tantangan tersendiri dan lebih seru! Sehingga akan menambah kekayaan pengalaman ber-Ramadhan.Pengalaman maqom lebih tinggi dibanding teori.
~Prof.Dr.Ir.KH.Mohammad Nuh,Dea
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-28~

Saya akan menuliskan intisari yang penting dari apa yang saya baca sehingga dapat memperluas wawasan dan pengetahuan bagi kita semua tentang mahasiswa rantau yang menyambut ramadhan di negara sendiri atau benua lain.Lansung masuk ke cerita ya keluarga steemian's.Let's cekidot.

🌼KEUNIKAN RAMADHAN DI NEGERI IBNU KHALDUN,TUNISIA
~Irhamni Rofiun~

Ramadhan di Tunis memang unik,bukan karena estimasi waktu puasanya 16 jam setengah lebih,adzan Shubuh jam 3:07 CET dan Maghrib jam 19:44 CET.

Bagi yang sudah terbiasa menikmati Ramadhan di Mesir maka dengan mudah akan menemukan satu perbedaan yang mencolok dengan Ramadhan di Tunis,apa itu?Maidaturrahman.Sebuah tradisi menghidangkan menu buka puasa gratis (dengan lauk yang mengenyangkan)di setiap masjid atau tenda-tenda pinggir jalan yang sengaja disediakan oleh muhsinin,para dermawan,bagi siapa aja yang ingin bergabung untuk buka bersama selama Ramadhan.

Keunikan yang kalian temui di Tunisia:

  • Tanpa pengeras suara.
  • Shalat tarawih berakhir pada malam 27 atau 28.
  • Zakat fitrah lebih murah dari harga beras.
  • Ketupat berubah menjadi lontong.

🌼DARI JAKARTA KE DUBAI:SUKA DUKA RAMADHAN DI NEGERI ORANG
~Yose Rizal Triarto~

Selama bulan Ramadhan,Dubai menjelma menjadi kota yang tak pernah tidur.Semua hal tersedia untuk "para kalong" Emirat yang hidupnya baru dimulai setelah buka puasa.

Restoran tutup hingga matahari terbenam. Pusat-pusat perbelanjaan dibuka hingga pukul 3 pagi.kuliah dan lokakarya diadakan sampai fajar dan peragaan busana untuk koleksi Ramadan atau idul Fitri dimulai pada pukul 10 malam.Begitu adzan maghrib berkumandang, kota ini mendadak hidup, untuk kemudian jatuh pingsan lagi di siang hari.

Hal-hal yang dapat kalian temukan di Dubai saat bulan Ramadhan:
-Larangan makan di siang hari.
-Sedikit bekerja banyak istirahat.
-Makanan berlimpah ruah.
-Acara-acara tv tak berguna.
-Kedamaian di masjid.

🌼 SUASANA RAMADHAN DI TRIPOLI: BERSAMA KITA LALUI RAMADHAN
~Agus Mujib Ar Rosyid~

Bulan suci telah tiba, bulan yang sangat dinanti-nanti bagi semua umat muslimdi seluruh penjuru dunia tanpa terkecuali kami yang sedang menempuh pendidikan di negeri sejuta huffadz, Libya yang masih dalam gonjang-ganjing semenjak runtuhnya rezim Kadaffi tahun 2011 lalu.

Let's move to kampus kami tercinta namanya kampus kuliyyah dakwah islamiyah (islamic call college) yang bermarkas di tripoli, ibu kota Libya yang menjadi saksi perjalanan kami dalam menuntut ilmu agama.Kampus ini terdiri di bawah naungan yayasan dakwah islamiyah yang berperan untuk kesejahteraan umat Islam.kampus ini dikhususkan untuk pelajar asing dari berbagai negara di dunia untuk memperdalam agama Islam dan bahasa Arab.dari mahasiswa yang ada mencakup sekitar 40 negara dari berbagai benua seperti Asia,Eropa,Afrika,dan Amerika.

Indahnya Ramadhan pun kita lalui dengan berbagai keunikan yang ada.Biasanya ketika datang bulan Ramadan semua orang mengatur jadwal buka dan sahur secara khusus sedikit berbeda dengan biasanya. Kebanyakan mahasiswa dari berbagai negara lebih memilih untuk masak sendiri sendiri dengan beberapa orang ketimbang makan di ruang makan yang telah disediakan seperti biasanya.Yah,alasannya bermacam-macam ada yang lebih suka berkumpul-kumpul,masak-masakan khas negara masing-masing,ataupun karena tidak begitu suka dengan menu di ruang makan. Sesekali kami pun beberapa mahasiswa Indonesia di undang sahur ataupun karena tidak begitu suka dengan menu di ruang makan.Sesekali kami pun beberapa mahasiswa diundang sahur ataupun buka puasa dengan menu khas negara mereka dan begitulah secara bergantian.Tak ketinggalan kami pun mengundang makan teman teman dari negara lain untuk menikmati hidangan khas Indonesia.Mereka pun tak kalah antusias menikmati hidangan kami.Beberapa teman kami dari Malawi, Senegal,dan Tajikistan sangat menyukai nasi goreng khas Indonesia.

Ketika waktu salat tarawih tiba kami pun dimanjakan oleh para huffaz dari berbagai negara yang bergiliran menjadi imam tarawih seperti Afghanistan, burkina faso,dan Senegal.Kebutuhan jumlah rakaat yang dipilih adalah 8 rakaat mengikuti mazhab imam Malik sebagaimana kebanyakan orang Libya disini.para imam bergantian setiap 2 rakaat sampai habis 8 rakaat plus 3 rakaat salat witir dan setiap harinya ayat yang dibaca mencapai 1 juz.

Selain itu mahasiswa dari Indonesia pun tak ketinggalan ikut andil dalam menyambut Ramadan kali ini dengan menjadi Muazin untuk menyerukan panggilan Allah setiap waktu shalat.para muadzin dari Indonesia dikenal mempunyai suara yang bagus dan merdu untuk didengar.

Menjelang pertengahan Ramadan biasanya lajnah masjid atau yang kita kenal dengan DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) bekerja sama dengan "Ittihad Aam" atau di Indonesia lebih dikenal dengan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) mengadakan acara gebyar Ramadhan yang diisi dengan berbagai macam perlombaan seperti hafalan Qur'an, hafalan hadits,cerdas cermat tentang Sirah Nabawiyah,dan juga lomba adzan.

Sepuluh malam terakhir seperti biasanya ditutup dengan acara itikaf bagi yang berminat dan juga diadakan salat tahajud berjamaah menjelang waktu sahur sebagai ajang muhasabah diri dan perburuan lailatul qadar yang selalu dinantikan bagi semua umat Islam di seantero jagat raya ini.

Begitulah kebersamaan yang kami lalui di kampus kuliah dakwah islamiyah Tripoli, Libya. Belajar bersama dalam satu tujuan sebagaimana motto kami "Dengan ilmu dan amal kita bangun masa depan".Dengan perbedaan kita bisa saling menghargai satu sama lain,dengan perbedaan kita bisa saling belajar satu sama lain, dan dengan perbedaan pula kita bisa memahami.

Perbedaan yang ada diantara kita tidak menjadikan kita pecah karena kita berada dalam naungan Islam yang mengajarkan kebersamaan diantara perbedaan yang ada.

🌼 RAMADHAN BULAN PENUH TEKANAN
~Mohammad Sabeq~

Teman, saya ceritakan secara singkat pengalaman tentang Ramadan di perantauandan saya percaya diantara jutaan orang yang merantau banyak diantara mereka yang merasa nyaman hidup di perantauan ketimbang harus kembali ke tanah kelahiran. Banyak faktor yang tentu membuat kita nyaman di perantauan. Di lain sisi,orang-orang idealis beranggapan bahwa merantau hanyalah ritual untuk belajar Dan suatu saat harus kembali untuk mengabdikan ilmunya di kampung halaman dengan tujuan memajukan tanah kelahirannya. Terserahlah, isi kepala manusia berbeda-beda. Beberapa memang berisi batu.

Tapi saya tidak lantas pupus teman. Sadar akan kekurangan dan kesalahan, saya mulai menggali dan mengembangkan minat bakat saya. Semua media yang menunjang, saya manfaatkan di perantauan. Semata-mata untuk menyenangkan orang tua.Toh,jika pernah mengecewakan kenapa tidak bisa membanggakan.

Kini orang tua saya (mungkin) tahu saya tidak terlalu berminat menjadi pemuka agama atau semacamnya.Tapi yang pasti, orang tua saya mendukung keberlangsungan hidup saya di perantauan dengan alasan pengembangan diri.Karena itulah tujuan bagi saya saat ini adalah membahagiakan diri dan orang lain tentu dengan jalan saya sendiri.

Cerita pengalaman saya bukan apa-apa jika dibanding dengan pengalaman maha dahsyat orang-orang besar. Apalagi cerita nabi-nabi. Setidaknya saya ingin berbagi satu hal,teman:
"Entah kamu suka atau tidak;penilaian orang akan terus terjadi selama mereka hidup.lakukan apa yang ingin kamu lakukan jika itu baik dan benar. Pikirkan kebahagiaanmu! Dan jangan lupa mohon restu orang tua.Saya merasa kamu merasakannya juga"

🌼 WARNA DI BALIK MALL
~Dewi Lestari~

Berbagai fenomena yang ada menunjukkan betapa konsumtifnya masyarakat Indonesia. Jadi wajar jika masyarakat kita dijadikan pasar oleh negara luar. Tak selamanya pakaian yang dikenakan sesuai dengan akhlak pemakainya.

Mayoritas orang mengukur kadar kekayaan, kadar kebaikan dari busana yang dikenakan.Orang yang terlihat berpakaian glamour maka akan dikira oleh orang lain adalah orang yang kaya.orang yang terlihat berpakaian syar'i akan dinilai orang sebagai orang yang baik hatinya dan cantik akhlaknya. Banyak orang yang mengukur segala sesuatu berawal dari apa yang ia kenakan.hal itu tak jauh berbeda dengan apa yang kami lakukan selaku tim fundraising. Promosi mengenai ZIS, tentu mengarah kepada umat Islam.Di mall kami banyak menawarkan ZIS kepada orang-orang yang tampak syar'i dalam berpakaian.harapan kami ketika kami menawarkan ZIS kepada mereka yang telah syar'i dalam berpakaian maka mereka dapat menghargai tawaran kami.Minimal memberikan senyum dan mau mendengarkan tawaran kami.Harapan terbesar kami mereka mampu memberikan donasi.

ketika kita menawarkan sesuatu lalu responden tersebut mendengarkan dengan baik, tentu akan enak jadinya,ketimbang responden tersebut acuh saja melihat kita dan mengabaikan seolah-olah kita tak ada. Harapan hanya tinggal harapan. Tidak semua orang berpakaian syar'i memiliki akhlak yang baik pula. Menurut hemat saya, mereka yang demikian adalah mereka yang berpakaian syar'i karena trend semata. Alhasil,tidak adanya sinkronisasi antara akhlak dan pakaian yang dikenakan. Don't judge the book by its cover.

Pernyataan ini sepertinya pernyataan yang cocok untuk zaman sekarang. Tidak menilai seseorang berdasarkan tampilan luar. Ada dari mereka yang berpakaian mirip preman,datang menghampiri gerai kami untuk membayar zakat. Ada mereka yang berpenampilan sederhana, berdonasi dengan nilai rupiah yang fantastis. Ada mereka yang terlihat seperti kaum sosialita, memberikan donasi ala kadarnya.

Bermacam-macam akhlak manusia yang dijumpai di mall.Semoga untuk kedepannya masyarakat Indonesia tidak melakukan sesuatu hanya kepada trend semata.Tidak menjadi budak media yang pada akhirnya ada ketidaksinkronan antara apa yang dikenakan dengan akhlak yang ditonjolkan. Seyogyanya semuanya senantiasa berjalan beriringan.Apa yang nampak sesuai dengan apa yang tersembunyi.Sehingga semakin sedikit mafia-mafia di negeri ini.Dari 19 hari bekerja menjadi penghuni mall banyak memberikanku pelajaran salah satunya aku mengamati fenomena yang ada yang kemudian aku sebut sebagai "warna di balik mall".

🌼 REFLEKSI AKHIR MALAM RAMADHAN
~Ince Muh.Atir~

Awal Ramadhan di sini cukup ramai, ada sekitar 10 teman sekampung serantauan juga saat menyambut Ramadhan datang. Seiring sahur dan buka puasa bersama berlalu hari demi hari,dengan itu pula satu per satu dari kami mewujudkan kata impian "Mudik".

Sekilas teringat bagaimana dengan ibu di rumah yang harus melakukan itu sendiri dan menyiapkan dengan porsi yang tentu lebih banyak dari yang kami siapkan saat itu pasti membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. Memang harus ada jarak rasanya jika ingin belajar sesuatu setidaknya seperti itulah menurut saya.Maafkan kami ibu yang kadang menggerutu sebab yang kau siapkan saat sahur atau buka puasa di luar ekspektasi kami.Juga kadang lebih asyik buka puasa bersama teman-teman kami di luar dibanding dengan mu di rumah,maafkan kami ibu.

"Kalau saja jarak tidak memberimu sedikitpun pelajaran, tidak memberimu rasa rindu pada apapun yang berjarak denganmu, maka kaa-chan lah kau membuat jarak. Kau masih butuh mendengar lebih banyak kisah dari ibumu"

🌼 PERANTAUANKU MASIHLAH DI BUMI
~Rahmi Rahmatillah~

Iya bulan Ramadan kemarin memang tidak terasa nuansanya sama sekali di negeri sakura ini.hanya berkutat dengan tugas dan proyek lab yang tak kenal waktu.lebih mengurangi waktu tidur dan tak jarang ketiduran di kelas saat tak bisa menahan kantuk lebih lama. Namun inilah rasanya merantau ke negeri asing,menjadi kaum minoritas di tengah masyarakat yang masih awam Islam.namun ada rasa bahagia saat bertemu saudara seagama walaupun tak kenal satu sama lain sebelumnya.sepulang tarawih bahkan mereka selalu menanyakan apakah saya bisa makan untuk sahur atau tidak,punya roti halal atau tidak,yang membuat kangen keluarga terobati.apalagi yang paling saya ingat saat seusai tarawih adalah perkataan dari teman saya,"I love how Islam is the same all over the world.We pray with the same language and the same movement".perasaan inilah yang selalu mengingatkan diwaktu saya merasa lelah dan tak sanggup. Betapa Allah maha penyayang pada hamba-Nya. Karena di mana pun saya berpijak itu tetaplah bumi Allah.Selalu ada kemanisan di tengah kepahitan,selalu ada penawar dahaga di tengah gersangnya iman.

🌼BIRYANI DAN BEPPU
~Nida Khansa Nazihah~

Adalah sebuah karunia yang begitu tak hingga,bisa merasakan suasana Ramadhan dan perayaan idul Fitri tahun ini di negeri yang biasa orang mengenalnya dengan sakura,ocha,sumo,dan sushi.Oh ya! Tidak lupa juga bawa negeri yang saya tinggali ini terkenal pula dengan teknologi yang amat canggih.Jepang sebuah nama dari negeri tempat didirikannya Ritsumeikan Asia pacific University(APU),tempat saya menggali bekal ilmu sebelum menghibahkan diri untuk umat di kehidupan sosial nanti.

Di tempat dimana Islam adalah minoritas,ilmu dasar soal agama Allah macam kalau kita hafal rukun iman dan rukun Islam saja, bisa jadi ladang dakwah yang esensi. Atau soal jawaban kenapa tidak mengonsumsi alkohol dan daging babi.atau soal kenapa wanita muslim harus pakai kain di kepala pada musim panas di Jepang bisa sangat panas sekali.saya disadarkan betul dengan berada di sini sebetulnya Allah memberi kita tempat menemukan sisi manfaat diri kita yang bisa jadi tak seberapa tapi bisa begitu berarti karena ditempatkannya kita di bagian lain di bumi Allah. Semoga kita semua dirahmati-Nya.
Aamiin!

🌼 RAMADAN DI MELBOURNE TAK TERASA HAUS NYA
~Cipu Suaib~

Alasan utamanya adalah saya bisa merasakan bagaimana Ramadan di tempat yang penduduk muslimnya minoritas. Mungkin dibanding di Jepang kemarin,Melbourne jauh lebih mendingan karena penduduk muslimnya lumayan banyak apalagi Saya tinggal di kampungnya orang orang Arab yang bernama Brunswick.di sini jarak rumah saya ke masjid hanya sekitar 200 meter, jadi cukup ngesot udah bisa sampai. Selain itu, di sekitar rumah banyak toko-toko daging halal, jadi gak kelimpungan cari daging kalau mau masak. Meskipun demikian, nuansa Ramadhan tidak begitu kental di Melbourne.

Jangan harap akan banyak pedagang cendol,es buah, kolak di pinggir-pinggir jalan bak Jakarta, hehehe. Untuk sementara,berbuka dengan corak atau es buah saya jadikan imajinasi saja,toh berbuka dengan yang manis tidak selamanya harus dengan kolak atau es buah kan?

Satu trik yang saya lakukan kalau lagi malas masak, saya berbuka di masjid dekat rumah.teman-teman menyebutnya masjid Turki karena banyak orang Turki yang salat di sini plus khatib jumlahnya juga kadang bawain kutbah nya pakai bahasa Turki, yang membuat saya cuman bisa ngangguk-ngangguk karena ngantuk nggak ngerti apa-apa.Buka puasanya unik kami duduk berhadap-hadapan dan di depan kami dihamparkan pasir panjang yang berfungsi sebagai piring besar. Di atas plastik disebarkan sejumlah makanan seperti gorengan, kue, chips, dan minumnya pakai jus berbagai rasa, tinggal pilih titik kalau beruntung, pas abis buka dan shalat maghrib para jamaah disuguhi dengan makanan besar berupa nasi briyani dengan daging atau ayam yang dimasak khas timur tengah. Meski gak doyan doyan amat tapi saya kadang habis satu piring lho (nggak doyan aja segitu,gimana kalau doyan yah). Saya jadi belajar, rezeki orang berpuasa memang selalu ada yah.Alhamdulillah.

🌼 TOLERANSI DALAM SECANGKIR KOPI
~Nurbiah Permatasari Nurdin~

kami tak mengakui diri sebagai pecinta kopi, kami hanya penikmat saja.bagi kami, kopi bukan soal peka tidaknya rasa, banyak tidaknya krimer atau gula yang dicampurkan.tetapi kopi adalah tentang cerita yang kau larut kan dalam kebersamaan,tinggal kau atur saja seberapa banyak manis pahit yang ingin kau tambahkan. Perbedaan rasa tak pernah menjadi umpan untuk berselisih pendapat. Beda selera,beda pola pikir,beda keyakinan, tak membuat kami berdebat kepanjangan.

Dan sore ini saya kembali mendapati toleransi dalam secangkir kopi.Seperti tahun-tahun sebelumnya,kawan saya tak pernah sekali pun mengganggu ataupun mengajak berdebat dengan apa yang saya yakini.Walaupun berpuasa selama 18 jam tak bisa diterima oleh logika mereka.Yang saya dapatkan bukanlah cemoohan atau ejekan. Mereka justru takjub dengan kepatuhan umat muslim kepada Tuhannya seluruh dunia secara serentak mengerjakan ibadah puasa selama sebulan sesuai dengan perintah Allah.Kalaupun mereka merasa bosan menunggui saya untuk diajak ngopi bareng lagi,paling mereka hanya bertanya,"Is Ramadan finish now?Let us know when Eid Fitri is coming."

Begitulah bagaimana kami saling menghormati satu sama lain walaupun kami sering berbeda pendapat dalam banyak hal.

"So now is the day of your victory!And may your lord give you reward.So,enjoy it!"

🌼 HIKMAH DIBALIK JALAN HIDUP MERANTAU
~Iwan Mariono~

Bahkan dia pernah berkata seperti ini:"Dunia ini adalah kampung perantauan akhirat itulah kampung halaman."Mas luw menambahkan kalau gurunya juga pernah berpesan:Dimana kau mendengar suara adzan di situlah kampung halaman mu.

Bagi teman-teman seperjuangan di perantauan. Ada banyak hikmah dibalik anak muda yang memilih jalan hidup merantau, sebagaimana imam syafi'i pernah berkata: Merantaulah,akan kau temukan pengganti yang telah engkau tinggalkan,berusahalah, sungguh kenikmatan hidup ada pada kerasnya usaha.

Kerasnya perjuangan tidak akan bisa dengan mudah kita lewati tanpa adanya latihan diri dalam menghadapinya.Padahal,roda kehidupan akan terus berputar.Merasakan hidup susah adalah sebuah keniscayaan, karena Tuhan pun sudah menjanjikan akan memberikan cobaan bagi setiap hamba-Nya tanpa pilih kasih.

Thank you for all. Hopefully we can be good friends on this steemit platform.

@steemcurator08 @steemitblog @anroja @dobartim @mulianasriza @widyaa @royw @cicisaja @fendit @writingnreviews @alvinwales @belenguerra @leafarsanto

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 58416.09
ETH 2514.67
USDT 1.00
SBD 2.34