Diwana ke Sungai Leubok Seutui

Kami sudah sering berdiwana (wisata) ke Leubok Seutui, sebuah kampung di pedalaman Kecamatan Peusangan Siblah Krueng. Disana ada aliran sungai yang membelah sawah dan ladang warga sekitar. Dari kota Matangglumpangdua membutuhkan waktu sekitar satu jam menuju sungai Leubok Seutui dengan sepeda motor.

Waktu pertama kali kami datang kesana, air sungai jernih betul. Pada aliran yang tak dangkal tampak kerikil batu-batu warna-warni di permukaan sungai. Pada air yang tenang dan dalam, sungai tampak hijau di bawah sinar matahari. Setiap sebulan sekali, kami kesana untuk menghibur diri, bakar ikan dan berenang.

Namun, lama-lama sungai Leubok Seutui kehilangan pesonanya. Air yang jernih kini berganti keruh, penyebabnya adalah mesin alat berat mengeruk isi sungai di kejauhan sana. Batu dan tanah diangkut ke truk besi untuk di bawa ke kota. Akibatnya hasil kerukan menyebabkan air sungai keruh tak keruan. Bikin air sungai tak elok lagi.

Pun demikian, sesekali kejernihan air sungai tampak kembali eksotis. Itupun, untung-untungan tatkala mesin-mesin pengeruk alam sedang mati. Celakanya sulit menebak kapan mereka tak bekerja. Lain waktu kejernihan air sungai tampak ketika cuaca sedang bagus, hujan sedang tak turun wilayah sana. Jika sudah begini kami punya peluang berdiwana ke Leubok Seutui.

Untuk kesekian kalinya, kami kembali bakar ikan ke Leubok Seutui. Keberuntungan tak berpihak dengan kami, kendati cuaca bagus, namun kedatangan kami ke Leubok Seutui tepat saat mesin pengeruk isi sungai sedang menjalankan misinya. Alhasil kami terpaksa menikmati air keruh, berenang dan bakar ikan di bantaran sungai.