Melihat Benteng Kuta Kaphe Tempat Jenderal Hubertus Pel Tewas

in Nanggroe3 years ago

Pagi tadi sehabis subuh, saya meudiwana ke Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Seperti biasanya, setiap menelusuri jalan di sisi sungai itu, mata saya selalu melirik dua beton menjulang yang terbuat dari semen dan batu kali. Kedua beton itu letaknya sejajar, satu di sisi barat alur samping Krueng Cut (Lamnyong), satu lagi di sisi timur, di jalan yang memisahkan antara alur dengan sungai tersebut.

Bagi kebanyakan orang itu mungkin hanya beton biasa, tapi bagi yang tahu sejarahnya akan paham tentang bagaimana area itu dulu menjadi salah satu bivak atau benteng pertahanan Belanda dalam perang melawan Kerajaan Aceh. Sebuah prasasti dari marmer masih melekat di tembok itu. Di sana tertulis: Lokasi Peninggalan Benteng Kuta Kaphe, Desa Alue Naga, Kec Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.

Benteng Kuta Kaphe.jpg
Peninggalan Benteng Kuta Kaphe di kanal Krueng Cut, desa Alue Naga, Kecamatan Syiahkuala, Kota Banda Aceh [Foto: dok pribadi]

Ada kisah heroisme dari sejarah perang 69 tahuan Pemerintah Kolonial Belanda dengan Kerajaan Aceh di balik tembok bisu itu. Di benteng itu Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel tewas. Ia merupakan opsir yang ikut dalam agresi kedua Belanda ke Aceh, kemudian menjadi salah seorang komandan tempur, lalu menjabat sebagai Penguasa Sipil dan Militer Belanda di Aceh selama dua tahun (1874-1876), menggantikan pendahulunya Letnan Jendral J van Swieten.

Dalam catatan Belanda seperti dalam buku The Dutch Colonial War In Aceh dijelaskan bahwa Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel meninggal di bivak Tunggay, Lamnyong pada tengah malam 24/25 Februari 1876 dan dikuburkan di Kerkhof Peucut. Bivak Lamnyong itulah yang oleh orang Aceh disebut sebagai Kuta Kaphe di Alue Naga, yakni bentengnya orang kafir.

Penulis Belanda, GB Hooyer dalam buku De Krijsgeschiedenis van Nederland-Indie jilid III halaman 183-184 menulis secara gamblang tentang peristiwa kematian Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel tersebut. Ia menyebutnya sang jenderal tewas karena pecah pembuluh darah.

Tentang kematian Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel juga ditulis oleh Tjoetje, mantan pegawai kolonial Belanda di kantor Bestuurs Meulaboh, Aceh Barat dalam buku Perkuburan Belanda Peutjoet Membuka Tabir Sejarah Kepahlawanan Rakyat Aceh Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Kesejahteraan Karyawan Deppen Perwakilan Aceh di Banda Aceh pada tahun 1972.

Dalam buku itu Tjoetje menceritakan bahwa Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel bersama pasukannya pada tanggal 25 Februari 1876 jam 6 sore, tanpa satu halangan sepajang pinggir Pinang (Gampong Pineung) dan melalui Lamgugop dan Tonga (Tunggai/Prada) menuju Krueng Cut. Mereka tiba jam setengah sebelas malam. Mereka diserang oleh pejuang Aceh di bagian depan.

Serangan dadakan dari pejuang Aceh di tengah malam itu membuat dua kompi dan satu seksi pasukan meriam pimpinan Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel kalang kabut dan tercerai berai. Mereka tak mampu menghentikan serangan itu. Tak ada tempat yang bisa dilewati. Hanya ada sebuah jembatan setengah rusak di bagian selatan.

Pasukan Belanda kemudian terus bergerak melalui kanal (alue) di sisi Krueng Cut/Lamnyong. Tapi, mereka baru bisa sampai ke bivak yang terletak di dua pinggir teluk, tepat jam empat sore. Di sanalah Jendral Pel meninggal pada pukul 11 malam, karena pecah dan putus urat nadinya.

Jendral_Pel_Kerkhoff.jpg
Makam Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel di Peucut Kerkhof, Banda Aceh [Foto: dok pribadi]

Ada empat jenderal Belanda yang tewas selama perang Aceh berlangsung, mereka adalah Jenderal JHR Kohler, Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel, Jenderal Demmeni dan Jenderal De Moulin. Karena banyaknya perwira dan serdadu Belanda yang tewas di Aceh, pemerintah kolonial Belanda membangun Kerkhof Peucut sebagai komplek kuburan Belanda di Aceh.

Monumen kuburuan Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel dibuat mencolok di Peucut Kerhoff, merupakan kuburan yang termegah dibuat di sana, malah melebihi monument kuburan Jendral Kohler. Namun, menurut Tjoetje jasad Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel sebenarnya tidak dikuburkan di monument besar itu, tapi di sisi lain Peutjut Kerkhof yang hingga kini masih dirahasiakan oleh Belanda.

Begitulah tanah Aceh, setiap monument atau prasasti kecil ada sejarah fanatisme dan heroisme yang menyertainya. Seperti Benteng Kuta Kaphe di Alue Naga dengan sejarah kematian Mayor Jenderal Johanes Ludovicus Hurbertus Pel yang mungkin oleh kebanyakan orang kini sudah melupakannya.[]

Sort:  

Aceh negri para aulia,para raja,para syuhada

neu vote neu folow kamo yg mantong awam nyo. masih pemula

Negeri islam yang pertama di nusantara: Aceh serambi Makkah

mantap rakan...

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 64916.21
ETH 3483.89
USDT 1.00
SBD 2.45