Rangkaian Proses pernikahan Adat Aceh

in StockPhotos3 years ago

Aceh adalah salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan perpaduan budaya, mulai dari campuran budaya Arab, Eropa, Tionghoa serta Hindia. Salah satu yang masih dipertahankan dan dijunjung tinggi adalah budaya pada prosesi pernikahan adat Aceh.

Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Aceh

1. Jak Keumalen (Cah Roet) – Merintis Jalan
Di masa lalu komunikasi antara remaja putri dan putra tidak sebebas sekarang. Peranan orang tua yang dominan membuat pemilihan jodoh menjadi tanggung jawab orang tua. Itulah sebabnya ada upacara Jak Keumalen (Cah Roet) yang merupakan tahap pertama untuk merintis jalan. Artinya, pihak keluarga calon mempelai pria (linto baro) datang bersilaturrahmi sambil mengamati calon mempelai wanita (dara baro), keluarganya juga suasana tempat tinggalnya. Pada kesempatan ini, pihak calon mempelai pria yang juga membawa bungong jaroe (bingkisan berupa makanan), akan menanyakan apakah calon mempelai perempuan sudah ada yang punya. Bila mendapatkan sambutan baik dari pihak calon mempelai wanita, maka akan dilanjutkan dengan jak meu lake (jak ba ranub) atau meminang.
Jak keumalen sendiri dapat dilakukan dengan dua cara :

  • Langsung dilakukan oleh orang tua atau keluarga
  • Menggunakan utusan khusus (theulangke).

2. Jak Meu Lake Jok Theulangke (Jak ba Ranub) – Meminang
IMG_3130.jpg
Fotografer by Ajier Photography

Pada acara ini, orang tua calon mempelai pria memberi kuasa pada theulangke (utusan khusus) untuk mengemukakan maksud mereka kepada keluarga calon mempelai putri, dengan membawa bingkisan seperti sirih, kue, dan sebagainya. Pihak keluarga dan putri yang bersangkutan akan melakukan musyawarah. Apabila diterima, pihak putri akan menjawab “Insya Allah” sementera bila tidak diterima mereka akan menjawab dengan alasan yang baik seperti “Hana get lumpo” atau mimpi yang kurang baik. Orang tua masa lampau memang sangat percaya pada makna dari mimpi dan kekuatan alam. Kepercayaan ini dipengaruhi oleh nenek moyang bahkan dalam hal menentukan pinangan. Bila lamaran diterima, pihak keluarga pria akan melanjutkan dengan jak ba tanda (membawa tanda jadi).

3. Tahapan Pertunangan (Jak ba Tanda).
IMG_1124.jpg
Fotografer by Ajier Photography

Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan peukong haba (peukong-perkuat, haba-pembicaraan) yaitu membicarakan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan, termasuk menetapkan berapa besar uang mahar yang diterima (disebut jeulamee) yang diminta dan berapa banyak tamu yang akan diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan (disebut jak ba tanda jak-pergi, ba-membawa tanda-tanda,artina berupa pertanda sudah dipinang-cincin).
Pada acara ini pihak pria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh, buleukat kuneeng (ketan berwarna kuning) dengan tumphou, aneka buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga pria. Namun bila ikatan ini putus di tengah jalan yang disebabkan oleh pihak pria yang memutuskan maka tanda emas tersebut akan dianggap hilang. Tetapi kalau penyebabnya adalah pihak wanita maka tanda emas tersebut harus dikembalikan sebesar dua kali lipat.

4 Malam Boh Gaca
mimi 03-04.jpg

Dalam acara malam berinai dilakukan 3 hari sebelum acara duek sandeng (duduk sanding), hal ini dilakukan untuk melanjutkan tradisi turun temurun.Biasanya dalam tradisi ini, hadir sejumlah tetangga perempuan baik tua maupun muda Terutama saudara-saudara tua. Tradisi ini sekaligus dijadikan momen meminta dan memberi doa restu agar kelak pernikahan dara baro berlangsung lancar.Malam boh gaca dilakukan juga sebagai bentuk undangan atau mengumumkan kabar bahagia pada keluarga besar bahwa akan diselenggarakan pesta pernikahan.Jika mengikuti aturan aslinya, malam boh gaca berlangsung 3-7 hari jelang akad nikah.Dara baro dilarang keluar rumah atau bertemu dengan linto baro (sebutan untuk mempelai pria Aceh) selama beberapa hari tersebut.Malam boh gaca juga dimaksudkan sebagai masa pingitan bagi dara baro.Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan demi keamanan dan keselamatan calon pengantin.Malam boh gaca hanya berlaku untuk wanita yang akan menikah untuk pertama kalinya.Tradisi ini sekaligus menegaskan status mempelai wanita di masyarakat dan keluarga besar kedua belah pihak.

5. Khatam AL-Qur'an
mimi 05-06.jpg

Proses pembacaan ayat suci al-Quran dilakukan oleh calon pengantin perempuan. Proses ini sebagai tanda bahwa calon pengantin perempuan merupakan orang yang sholehah dan akan menjadi istri yang baik di kehidupan kelak.

6. Meugatip – Pernikahan
mimi 07-08.jpg
Ijab kabul dapat dilakukan di KUA atau di meunasah dekat rumah dan di Mesjid. Ijab Kabul pengantin pria kepada wanita dihadiri oleh wali nikah, penghulu, saksi dan pihak keluarga.
Biasanya lafaznya berupa bahasa aceh "ulon tuan peunikah, aneuk lon (apabila ayah perempuan yg mengucapkan)....(nama pengantin perempuan) ngon gata (nama pengantin laki-laki) ngon Jeulame...(jumlah mahar yang telah disepakati) mayam "
Jawabannya ulon tuan terimong nikah.. (nama pengantin) ngon Jeulame.. (jumlah mahar yang telah disepakati) mayam, tunai " Ada beberapa lafaz yang berbeda, disesuaikan dengan kesepakatan dan adat setempat.
Pesta pelamina dilakukan setelah melangsungkan ijab kabul antara sang calon pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan, Baik dilakukan pada hari yang sama maupun pada lain hari, yaitu disebut juga acara tueng linto baro. pesta pelaminan ini bertujuan selain merayakan kebahagian juga untuk memperkenalkan kedua mempelai kepada seluruh kaum kerabat.

7. Intat Lintoe Baroe
mimi 13-14.jpg

Upacara Intat linto merupakan puncak acara yang dinanti-nantikan, karena merupakan upacara penyambutan linto baro (mempelai pria) yang diantar ke rumah orang tua dara baro. Dalam upacara ini, dara baro mengenakan busana pengantin Aceh, dibimbing oleh peunganjo (orang yang mendampingi) menghadap kedua orang tua untuk sungkem (seumemah ureung chik). Setelah selesai, dara baro didudukkan di pelaminan menunggu linto baro tiba bersama rombongan.
Linto baro pun berbusana pengantin lengkap melakukan seumemah ureung chik untuk mendapatkan restu, lalu peutren linto (pengantar mempelai pria) berangkat ke rumah dara baro. Hal ini dilakukan karena pada masa lalu, orang tua linto baro tidak menghadiri upacara Intat linto. Kurang lebih 500m dari rumah, pihak dara baro menjemput rombongan linto baro. Selanjutnya kedua belah pihak melakukan seumapa (berbalas pantun), setelah salah satu pihak kalah dilanjutkan dengan upacara tukar menukar sirih yang dilakukan sesepuh dari kedua belah pihak. Kemudian rombongan linto baro dipersilakan masuk.
Dari pintu masuk Lintoe Baroe ditaburi breuh pade (beras padi), bungong rampo (bunga rampai), dan on seunjeuk (daun-daun sebagai tepung tawar),Dara baro menunggu di depan pintu dibimbing ibu peunganjo unuk menyambut linto baro dan melakukan sungkem, sebagai tanda hormat. Linto baro menerima sambutan itu dengan penuh tanggung jawab dan memberi nafkah berupa uang, untuk istrinya. Kedua mempelai disandingkan lalu dibimbing kembali ke pelaminan untuk di-peusijeuk oleh keluarga secara bergantian.
Di masa lalu, setelah upacara selesai, linto baro akankembali ke rumah orang tuanya. Kemudian setelah hari ketiga atau ketujuh linto baro diantar kembali ke rumah dara baro untuk melakukan upacara peulhe atau peutujoh (hari ketiga atau hari ketujuh).

8. Tueng Dara Baroe
Upacara yang dilakukan pada hari ketujuh setelah upacara wo linto ini mengundang dara baro beserta rombongan ke rumah mertua (orang tua linto baro). Pada acara ini dara baro didampingi peunganjo dan rombongan datang membawa aneka kue yang ditempatkan di dalam dalong yang dihias dan ditutupi suhab (kain penutup atau tudung saji yang disulam benang kasap emas).
Cara penyambutan sama dengan acara Intat linto. Di pintu masuk halaman, rombongan disambut dengan tukar menukar sirih oleh orang tua kedua belah pihak. Dipayungi dan dibimbing oleh keluarga linto baro, dara baro disambut menuju rumah linto baro. Tiba di tangga pintu masuk rumah, rombongan ditaburi breuh pade (beras padi), bungong rampo (bunga rampai), dan on seunjeuk (daun-daun sebagai tepung tawar). Dara baro dipersilakan menuju tempat yang disediakan, ibu linto baro melakukan tepung tawar kemudian dara baro bersujud kepada orang tua linto baro. Orang tua linto baro memegang tangan dara baro lalu membimbing ke suatu tempat untuk mengambil perhiasan yang berada di dalam air kembang di satu wadah khusus. Dara baro mengambil dan menyerahkan perhiasan tersebut kepada ibu mertua untuk dipakaikan kepada dara baro. Biasanya perhiasan tersebut terdiri dari kalung, gelang atau cincin emas sesuai kemampuan pihak linto baro.
Selanjutnya dara baro mengindap di rumah orang tua linto baro selama tujuh hari, ditemani satu atau dua peunganjo. Setelah tujuh hari, dara baro diantar kembali oleh pihak linto baro ke rumah orang tuanya dibekali beberapa perangkat busana, bahan-bahan makanan, uang tambahan dan sebagainya.

Salam Hangat

ahfa4502

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 67789.28
ETH 2615.54
USDT 1.00
SBD 2.72