Menulislah, Maka Kamu Ada!
Seseorang pernah mengataka kepada saya “menulislah, maka kamu ada”. Kalimat singkat namun sarat makna yang terus tergiang dalam benak saya hingga detik ini, dan nanti. Kalimat itu dia ucapkan tepat 5 tahun silam di Kota Banda Aceh, dan yang mengatakannya adalah abang letting sekaligus guru yang membimbing saya dalam dunia penulisan.
Kenapa dengan menulis, kita akan selalu ada? Tulisan adalah sebuah karya yang kita hasilkan, sama dengan karya-karya lainnya. Ketika kita sudah mulai menulis maka kita akan menghasilkan karya-karya yang akan dibaca, dilihat, dan diingat orang. Tentu saja tidak hanya tulisan itu, namun juga orang yang berada di balik tulisan tersebut, orang yang telah menggerakkan jemarinya untuk menulis karya itu juga akan lekat dalam ingatan sang pembaca.
“Orang boleh pintar setinggi langit, namun jika ia tak menulis, ia akan hilang dari ingatan masyarakat dan juga sejarah – Pramoedya Ananta Toer”
Itu adalah penggalan kalimat mutiara yang dikatakan oleh legenda. Dan benar saja pramoedya yang telah tiada pada tahun 2016 ini, namanya masih tergiang dan diingat oleh para kaula muda masa kini, dan masa hadapan. Namanya akan diingat sebagai salah seorang pengarang terkemuka, legenda.
- Menulis apa saja tanpa terpaku formula.
Menulislah, kata itu yang selalu guru saya ucapkan. Hingga kini saya tetap aktif menulis apapun. Diary kehidupan, pariwisata dan budaya yang sudah pernah saya kunjungi dan lihat. keluh kesah dan rasa, hingga belajar mengolah puisi.
Awalnya saya tidak berani menulis karena takut karya saya tidak dihargai, banyak kesalahan dan lainnya. Namun guru saya selalu mengingatkan untuk lebih giat lagi dalam menulis, supaya bisa memperbaiki kualitas tulisan. Pesan itulah yang membuat saya terus semangat menulis
- Practice make perfect.
Hampir sama dengan hal-hal lain dalam kehidupan, segalanya tak hanya cukup pada teori semata. Mendengar motivasi, dan inspirasi, atau menonton tips and trick. Hal-hal itu akan percuma jika tanpa perbuatan nyata.
Di awal-awal saya memasuki dunia penulisan, saya memulainya di dinding facebook, selanjutnya memberanikan diri membuat sebuah blog, dilanjutkan di caption Instagram. Segalanya mengalir seperti biasa, tanpa adanya formula. Saya tidak mau terfokus pada tata cara yang benar menulis sesuatu. Tulisan saya lahir dari apa yang saya lihat, rasa, dan dengarkan.
Dari sana saya kerap membanding-bandingkan kualitas tulisan pertama saya, dengan tulisan terbaru. Nah, dari sinilah kesalahan-kesalahn saya dapatkan. Sehingga nantinya saya akan memperbaikinya di tulisan selanjutnya. Setiap trik dan tips serta tata cara penulisan yang benar saya masukkan perlahan-lahan.
tangkapan layar tulisan saya di serambi
Dan pada akhirnya, desember 2019 untuk pertama kalinya saya memberanikan diri mengirim tulisan saya ke media masa, serambi Indonesia (serambinews.com). koran lokal di aceh. dan alhamdulillah tulisan atau reportase berjudul “Desa masjid, sentra produksi peci di Aceh Utara” berhasil lolos dan tayang pada hari juma’t.
- Sabar dan tekun
Apa yang terjadi kemudian? Nama saya dikenal, orang-orang mengetahui keahlian saya, dan banyak diperbincangkan. Inilah maksud dari “menulislah, maka kamu ada”. tapi tetap tujuan awal dari segala hal adalah untuk mengasah kemampuan. Tekunlah menulis dan tetap bersabar jika target yang ingin anda capai dalam dunia penulisan tertunda.
hingga kini buah ketekunan dan kesabaran saya, juga dari hasil practice make perfect tadi sudah dua kali tulisan saya dimuat di serambi, yang ke dua adalah “bom waktu di bawah kaki geureutee”. barangkali itu saja pesan dari saya, menulislah, tulis apa saja jangan terpaku pada formula, practice jangan hanya mendengar teori, serta sabar dan tekun. menulislah maka kamu akan ada.
@steemchiller @inwi @justyy @steem.history @steem.supporter @exnihilo.witness
salam @azissuloh