Petaka Hilangnya Bahasa Daerah (Aceh)

in STEEM Literacy3 years ago (edited)

IMG_20210611_231126.jpg

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Oleh karena itu, semua masyarakat yang mempelajarinya sebagai alat komunikasi pada tingkat nasional. Secara
sederhana, dikatakan sebagai alat komunikasi antar suku di Indonesia. Dalam penjelasan tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, ditegaskan bahwa bahasa-bahasa daerah di Indonesia dilindungi keberadaannya. Dengan demikian, bahasa daerah perlu dilestarikan dan dikembangkan.

Keunggulan bahasa Indonesia jika dibandingkan dengan bahasa daerah hanya keunggulan bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Namun, banyak masyarakat yang tidak memahami apa arti kedudukan itu. Masyarakat ada yang beranggapan bahwa bahasa nasional saja yang seharusnya dipelajari sehingga mereka malu menggunakan bahasa daerah. Mereka beranggapan bahwa bahasa daerah itu kolot atau primitif, atau diistilah dengan "bahasa kampungan". Akibatnya, masyarakat ada yang tidak mengajarkan bahasa daerah kepada anak mereka.

Bahasa Indonesia sebenarnya adalah bahasa yang bersumber dari bahasa Melayu Riau dan diperkaya oleh bahasa-bahasa daerah dan bahasa asing. Jika ini direnungkan, kita akan sadar betapa besarnya peran bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia. Kekurangan yang ada dalam bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa daerah.

Jadi, jika diperhatikan konsep pengayaan bahasa Indonesia, kita justru bangga mengajarkan bahasa daerah kepada anak. Bahasa daerah akan memberi sumbangan yang berharga terhadap bahasa Indonesia. Oleh karena itu, usaha pelestarian bahasa daerah sama dengan usaha pelestarian dan pengembangan bahasa nasional

Gejala enggan menggunakan bahasa daerah sudah mulai muncul dalam masyarakat. Penyebab munculnya gejala ini tentu bersumber dari pandangan masyarakat sendiri. Banyak orang yang mengatakan bahwa sebaiknya bahasa yang diajarkan kepada anak adalah bahasa Indonesia karena bahasa itu dipergunakan di sekolah. Anak yang sudah menguasai bahasa Indonesia sejak kecil tentu akan lebih mudah belajar dibandingkan dengan anak yang menggunakan bahasa daerah.

Anggapan ini sebenarnya kurang tepat karena kemampuan anak menguasai bahasa "luar biasa". Walaupun kemampuan anak diragukan, ketentuan di Indonesia membolehkan guru menggunakan bahasa daerah untuk pendidikan dasar dari kelas1-3. Dengan demikian, alasan agar anak lebih mudah belajar sehingga tidak mengajari mereka bahasa daerah kurang tepat

Ada anggapan lain yang menyebabkan orang tidak mengajarkan bahasa daerah kepada anak banyak orang merasa kedudukannya lebih tinggi atau terhormat jika dalam keluarga menggunakan bahasa Indonesia. Anggapan ini juga mempunyai kelemahan karena status seseorang itu ditentukan oleh bahasa apa yang digunakannya, melainkan lebih terhormat atau terpandang ditinjau dari bagaimana menggunakan bahasa.

Ada juga yang berpendapat enggannya orangtua mengajarkan anaknya bahasa daerah (khususnya bahasa Aceh) ditakutkan si anak akan lebih pintar berbicara kotor, seperti memaki atau kata-kata tidak senonoh lainnya. Namun, kembali lagi seperti penjelasan di atas, kebijaksanaan anak-anak dalam berbicara ditentukan oleh sikap orang tua dan lingkungannya.

Ada masyarakat yang tidak mengajarkan bahasa daerah kepada anaknya dengan alasan kesulitan. Misalnya, orang yang kawin dengan suku lain. Orang tua kadang-kadang (karena kondisi tertentu) mendapat kendala dalam memilih bahas daerah apa yang akan diajarkan. Bahasa dari suku ibukah yang akan diajarkan kepada anak atau bahasa dari bapak, terlebih-lebih mereka yang tidak tinggal di daerah tempat asal bahasa tersebut. Dalam konteks ini, orang tua sering memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama bagi anak-anak mereka.

Usaha pelestarian bahasa daerah dapat dilakukan oleh pemerintah dan pemakai bahasa itu sendiri. Pemerintah sebenarnya sudah sejak lama membina dan mengembangkan bahasa daerah melalui Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Namun, pelestarian bahasa yang lebih efektif adalah yang pelestarian bahasa yang dilakukan oleh pemakai bahasa daerah itu sendiri Usaha ini bisa efektif jika pemakai bahasa daerah itu sendiri peduli terhadap bahasanya.

Pertanyanan yang perlu dijawab sekarang ini adalah."Apakah kita masyarakat di Aceh sudah peduli terhadap bahasa kita?" Saya rasa jawabannya "tidak", jikapun kita memberi jawaban "sudah" tetapi apakah usaha kita sudah maksimal?

Pelestarian bahasa harus dilakukan dengan cara mempelajari bahasa dari teori bahasa secara ilmiah. Usaha seperti ini rasanya belum kita lakukan. Sudah adakah pengkajian bahasa Aceh secara mendalam dalam sebuah kongres bahasa Aceh? Jawabannya, "Belum".

Apakah kita atau masyarakat Aceh, tidak takut pada satu saat nanti bahasa-bahasa di Aceh hanya tinggal kenangan Apakah kita tidak takut kehilangan seni budaya? Apakah kita tidak takut kehilangan nama Aceh dari khazanah dunia? Jika kita takut, perbaikilah sikap kita terhadap bahasa daerah dan tinjaulah secara jernih kesalahan yang kita lakukan dalam pemakaian bahasa daerah. Kita harus sadar bahwa bahasa Indonesia dan bahasa daerah sama-sama anak kandung.

Pemakaian bahasa Jawa dan bahasa Sunda sekarang ini jauh lebih peduli terhadap bahasa daerah dibandingkan dengan pemakai bahasa Aceh. Mereka sudah mengkaji bahasa daerah mereka secara ilmiah. Hal ini terbukti dengan pendirian jurusan bahasa daerah di perguruan tinggi. Sementara itu, jurusan bahasa daerah di aceh masih merupakan hayalan yang sulit terpenuhi.

Selain itu, intensitas penggunaan bahasa daerah juga cukup tinggi pada kedua suku yang disebutkan di atas. Contohnya saja pada tayangan di televisi, sangat sering kita mendengarkan mereka menggunakan bahasa daerah (Jawa dan Sunda) pada setiap acara. Mereka sangat khawatir bahasa daerah mereka pada satu saat akan punah.

Sementara itu, masyarakat kita banyak yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah. Apakah ini bukan merupakan petaka?

Sort:  

Di Aceh, kalau ada orang Aceh yang berbicara bahasa Indonesia dengan logat Aceh yang kental, yang tertawa pertama kali dan paling keras adalah orang Aceh sendiri. Tidak heran kalau kemudian anak muda Aceh berusaha menghilangkan logat daerah dan meniru logat luar, terurama Jakarta.

Bahasa daerah, termasuk bahasa Aceh, harus dilestarikan, tetapi bahasa asing harus dikuasai dan bahasa Indonesia tetap digunakan.

Mantap: Bahasa daerah lestarikan, bahasa Asing kuasai, bahasa nasional gunakan.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64038.60
ETH 3148.89
USDT 1.00
SBD 3.97