HARI KETIGA saya di Banda Aceh. Di mana-mana, di banyak SPBU terlihat antrean panang kendaraan yang ingin mengisi bahan bakar. Kelangkaan terjadi untuk bahar bakar pertalite dan bio solar. Bahan bakar yang paling banyak digunakan masyarakat. Saya pun perlu untuk menambah bahan bakar sebelum isi tangki kandas. Saat ini isi tangki mobil saya masih setengah lagi. Hanya saja karena kondisi kelangkaan dan antrean seperti ini, saya memutuskan untuk mencari SPBU yang lumayan lengang.

Pagi ini, sekitar jam sepuluh saya pergi ke SPBU Ule Lheu, di sana belum ada pertalite. Kata petugas masih dalam perjalanan. Saya meneruskan pencarian ke SPBU berikutnya di Jalan Rama Setia, Lampaseh. Di sana juga masih dalam perjalanan. Akhirnya saya mutar-mutar hingga ke Ulee Kareng. Tak ada juga pertalite.

Karena capek nyetir, akhirnya saya ajak istri dan anak-anak saya ke Solong. Kami ngopi di kedai kopi legen ini. Saya memilih parkir di belakang. Saya pesan espresso dengan campuran es krim rasa vanila. Anak saya memilih es krim durian dan coklat, plus teh tarik. es krim ini menu baru di Solong. Sebelumnya tidak ada.

Saat lagi ngopi, istri saya lihat Kantor Kadin Kota Banda Aceh di seberang jalan. Dia menghubungi Sari, kawannya yang menjadi pegawai di sana. Istri saya minta izin sebentar untuk berteu dengan kawannya itu. Setelah 50 menit kami di sana, akhirnya saya telepon istri saya untuk pulang. Kami kembali lagi ke Jalan Gampong Baro, Peukan Bada, Aceh Besar. Cukup jauh dari Ulee Kareng.

Saat tiba di Neusu, saya lihat di SPBu setempat sudah banyak antrean kendaraan. bearti bahan bakarnya sudah tersedia. Tapi saya tidak mau antre lama-lama. Saya akan cari SPBU lain yang tidak ramai nanti sore hari. Saya terus lanjut pulang ke rumah rekan istri saya di Gampong Baro.

Sore hari, anak saya minta uang. Katanya mau jajan. Terus saya tanya mau beli apa. Dia bilang mau beli manggo thai dengan keju. Karena cuaca di situ cukup terik, lantaran berdekatan dengan laut, saya pun jadi tergoda. Semua kami minum minuman segar tersebut sore itu. Mereka beli di kawasan Ule Lheu.

Selepas waktu Isya, saya kembali mengantar istri saya ke dokter spesialis saraf di Lampriet untuk pengobatan hari kedua. Kami berangkat agak telat, karena istri saya urutan kesepuluh dari pasien yang sudah konfirmasi. Seperti biasa, pengobatan berlangsung berjam-jam. Saya yang lelah menunggu sempat berjalan ke Zakir Kupi Lampriet sembari menikmati live musik di sana.

Tak lama setelah itu, sekitar pukul 23.15 WIB, istri saya keluar dan kami pun pulang. Tiba di rumah saya langsung istirahat karena besok pagi harus kembali ke Lhokseumawe. Sedangkan istri saya akan bertahan di sini untuk melanjutkan pengobatan hingga merasa lebih baik.

Zainal Bakri