The Diary Game, Jumat 2 Oktober 2020

Hari ini saya mengajak Damri untuk memancing di sungai di belakang rumah ibu, sungai ini adalah sungai Jambo Aye, walaupun pucuk sungai ini sudah tidak lagi terhubung ke gunung, tetapi muaranya masih terhubung ke laut, untuk sejarah dan petanya bisa teman-teman tanyakan sama pakarnya @el-nailul.

Kami memancing dari jam 8.00 pagi, dengan perhitungan per 10 menit sekali kami mendapat seekor ikan lele atau belut. Rencana kami akan memancing sampai jam 10.00 pagi, jadi kami sudah memiliki 12 ekor ikan lele atau belut. Tapi kudratullah berkehendak lain, sudah 30 menit kami menuggu jangan kan belut atau lele, ikan sepat saja tidak kami dapatkan. Akhirnya setelah 15 menit lagi kami menunggu kami pulang dengan perasaan biasa saja, karena memang kami memancing jarang sekali dapat ikan, hehe

ikan Mujair

Siangnya saya memancing di tempat paling banyak ikannya, alhamdulillah wasyukrulillah dengan memakai umpan uang lembaran 20.000 dalam tempo waktu tidak sampai 5 menit saya mendapatkan 1 kg ikan mujair. Terbayang sambal ikan mujair, air liur meleleh keluar tanpa terasa.
Di rumah ternyata tomat dan cabe juga pada almarhumah semuanya, saya mencangkul lahan baru dengan lembaran uang 10.000, dalam waktu sekejap tomat dan cabe langsung berbuah di atas meja dapur kami.
Untuk berhemat, sebagai jeruk nipis kami memakai buah lemon, rasanya lebih enak dari rasa jeruk nipis. boleh teman-teman coba.

Membuat kotak kelulud

Setelah shalat Dhuhur sebelum anak-anak tiba, saya menyempat diri membuat sebuah kotak untuk kelulud saya. Semua bahan memang sudah ada, tinggal mengolahnya saja, papan dan paku memang ada stok di gudang, tinggal sekarang hanya membuatnya saja.
Tidak sampai 20 menit sebuah kotak kelulud selesai saya buat. memang saya ada jiwa dan keahlian pertukangan (tukang ngibul) he he he.
Anak-anak sudah datang, saya pun mencuci tangan untuk kemudian segera masuk kedalam lokal untuk mengajar mereka, kami belajar seperti biasa sampai jam 5 sore.

Menyambung pucuk kakao

Setelah mengajar saya menyambung 15 batang bibit kakao dengan pucuk yang saya minta dari petani sekitar, sebelum saya mengambil pucuknya saya terlebih dahulu melihat dengan seksama apakah bakal cabang yang saya ambil masih sehat atau sudah terkontaminasi jamur atau penyakit lain. Saya juga memeriksa buahnya, apakai tergolong besar atau sudah kecil, karena menurut Akhyar, pucuk yang kita sambung pada batang hanya mengikuti pohon asalnya sebesar 70 %.
Tidak sampai satu jam pekerjaan menyambung pucuk kakao selesai, sekarang hanya menunggu berapa batang yang berhasil tumbuh dari 15 batang yang saya sambung hari ini, semoga semua berhasil.

Saya tiba dirumah mejelang Magrib, saya kemudian segera mandi membersihkan diri untuk menyambut azan Magrib, setelah shalat magrib tadarus 1 juz, selanjutnya mengajar sampai jam 9.00 malam. Kemudian membantu ummi Aira menidurkan Ahmad, sedangkan Aira kayaknya masuk shift telat, karena tadi sore Aira bangun jam 5.00 dari tidur siangnya. jadi saya menulis ini sambil menunggu jadwal Aira tidur.