The Diary Game (Jan, 26 2022) - SteemSEA: Belajar Lagi, Kapok Berhenti
Serupa Didion, saya juga tidak akan menulis hingga kapan pun lagi bila alasan mengapa menulis saya temukan.
Halo, selamat malam sahabat Stemians! Was today a good day for you? Apakah harimu menyenagkan?
Ini hari ketiga saya kembali membagikan kegiatan harian untuk ramaikan kontes The Diary Game di Komunitas SteemSEA. Semoga teman-teman semua berkenan membacanya!
Saat suara azan Subuh terdengar dari toa masjid, saya sedang membersihkan badan di kamar mandi. Udara malam yang tak bersahabat bikin tubuh saya kegerahan dan berkeringat. Setelah mandi dan berpakaian yang baik, saya menunaikan sembahyang Subuh, zikir, dan membaca al-Waqiah. Setelah Ibadah pagi selesai, saya membuka halaman Steemit untuk memeriksa sejumlah kemungkinan baik yang mungkin muncul dari beberapa unggahan yang saya naikkan kemarin. Namun, kabar baiknya tak ada satupun notifikasi masuk (kemungkinan besar karena akun milik saya terbengkalai hampir dua bulan lamanya karena jarang saya pakai untuk mengunggah tulisan maupun berinteraksi dengan pengguna lain.
Tidak menemukan sesuatu yang bikin saya harus menaruh perhatian lebih banyak lagi pada situsnya, yang saya lakukan selanjutnya adalah meletakkan telepon genggam di meja dan segera merapikan tempat tidur agar bisa keluar untuk menyapu dedaunan tua yang gugur di halaman rumah. Setelah beres, saya masuk untuk membuat teh panas sambil melanjutkan pembacaan untuk buku Stephen Hawking yang saya baca sejak kemarin sebelum harus berkutat lagi dengan editorial tulisan-tulisan milik klien yang sedang saya kerjakan.
Mungkin pukul sebelas saat satu bagian tulisan yang saya kerjakan selesai. Saya lupa tepat waktunya jam berapa, namun saya ingat bahwa yang saya lakukan hingga Zuhur menjelang adalah berselancar di internet mencari dan membaca essai milik Joan Didion yang dokumenternya saya tonton kemarin. Hari ini, saya menemukan beberapa essai miliknya yang serta-merta langsung saya favoritkan: Why I Write, Self-Respect, dan On Keeping a Notebook.
Untuk menyimpan gairah membaca, setelah Zuhur saya memutuskan untuk tidak melanjutkan pembacaan terhadap Esai Didion yang lain, namun merapikan buku-buku yang ada di kamar dan rak depan yang telah keliru rapinya. Hal ini saya lakukan tentunya sesudah makan siang, sebab membersihkan rak dan merapikan susunan ratusan buku perlu banyak tenaga, meski ditemani adik bungsu saya. Kegiatan ini berlangsung hampir empat jam. Setelah sempat istirahat saat azan Ashar berkumandang, kami baru benar-benar selesai saat alunan tilawah terdengar dari towa masjid.
Bapak yang pada malam hari penglihatannya kurang baik, mengajak saya menemaninya melayat ke rumah duka salah seorang warga desa yang Ibunya meninggal dunia. Takziahnya dimulai pukul 7 malam setelah magrib dan selesai saat Isya. Setiba di rumah, saya lantas menghidupkan laptop untuk memperbaharui pengetahuan Steemit yang sempat saya tak ikuti.
Dari membaca tulisan bang @anroja tentang pemilihan postingan terbaik, saya temukan bahwa akun dormant harus melakukan verifikasi ulang karena memang jumlah SP yang saya miliki tergolong kecil untuk reputasi akun yang telah saya mulai sejak pertengahan tahun lalu (akun lama), dan jumlah SP yang saya punya masihs sangat sedikit untuk bisa didelegasi ke komunitas seperti pengguna lain.
Saya terus memikirkan kendala tersebut saat sedang menulis catatan harian ini: Verifikasi apa yang Beliau maksud, dan tampaknya akun saya memang termasuk yang harus diverifikasi ulang juga? sebab jangankan terpilih sebagai postingan terbaik, diari yang saya tulis beberapa hari ini saja tak masuk kurasi beliau seperti beberapa waktu lalu saat saya masih rutin menulis di kontes diary game! PR saya setelah mengunggah cerita ini adalah mencari informasi untuk perbaiki performa saya di ekosistem ini membaik. POKOKNYA BELAJAR LAGI. KAPOK BERHENTI!
Was today a good day to you, Stemians?
Your dear friend, Tan