The Diary Game Seasons 3: Jumat, 24 September 2021| Sedang Berjuang

Selamat siang menjelang sore sahabat steemians. Izinkan saya, fitri kembali bercerita tentang kesehariannya. Sudah lama tidak berbagi cerita, sekalinya mau berbagi, jadi bingung harus mulai dari mana dan bagaimana agar ceritanya menarik.
Baiklah. Jadi, tadi pagi aku bangun setelah mendengar adzan subuh, lalu aku duduk sebentar, bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu kemudian shalat. Pagi ini aku bangun dengan pikiran yang masih kalut dan bersedih. Jujur, tidak bisa ku deskripsikan bagaimana perasaanku tapi intinya aku masih sedih karena kejadian kemarin kamis, yang intinya kejadian hari itu membuat ku batal ujian OSCE yang harusnya direncanakan hari itu.

-Yang kuat ya kamu-

Ada banyak hal yang tidak bisa kusebutkan dalam cerita ini, seperti ujian apa, dengan siapa dan dimana. Sepertinya akan sangat berbahaya jika kuceritakan secara detail.
Hari ini kucoba memulai hari dengan perasaan senormal mungkin agar terlihat baik-baik saja. Sebenarnya hampir setiap hari dalam hidupku, aku mencoba untuk terlihat baik-baik saja, sudah seperti kebiasaan hidupku, bukan malah terbiasa dengan itu, malah aku semakin merasa lelah dan capek.

-Dinding yang terkadang menjadi sandaran-

Sebelum aku siap-siap untuk berangkat dan berjuang kembali untuk bisa ujian, aku membaca-baca kembali materi ujianku, siapa tahu hari ini jadi ujian, pikirku dalam hati. Hari ini hari terkahir aku di stase ini dan hari ini pula kesempatan terakhir untuk berjuang mengejar kesempatan ujian.
Aku berangkat pukul 08.15 dan sampai ditempat tujuan sekitar pukul 08.30. Kenyataan menyedihkan pagi ini yang makin sedih ketika kupikirkan adalah sebenarnya tidak ada kejelasan apakah hari ini aku akan jadi ujian atau tidak. Tempat pertama yang kudatangi adalah ruangan dimana beberapa temanku berkumpul. Setelah itu, aku dan temanku sebut saja nama nya Rizkiyah, pergi menuju kantin dan disitu aku mulai mengeluarkan kertas yang telah ku print tadi pagi. Kertas berisi kegiatanku selama di stase. Hanya kegiatan yang sempat di dokumentasi, jadi tidak banyak foto yang terkumpul. Foto dan berkas tersebut adalah untuk mengisi logbook ku yang hari itu akan dikumpulkan.
Setelah selesai dengan beberapa kertas, gunting dan lemku, aku kembali bersiap-siap naik ke lantai dua untuk menunggu dan bersiaga melihat-melihat keberadaan penguji ku. Sebenarnya aku tidak terlalu berharap hari ini akan berakhir manis dan indah, karena aku yakin hari ini tidak akan berjalan baik karena tokoh utama dalam cerita ini bukan seseorang yang bisa dengan mudah ku pahami. Bagaimana tidak aku berpikiran seperti itu, sama sekali tidak ada kejelasan apapun, yang bisa aku lakukan hari itu sebenarnya hanya menunggu dan mencari-cari keberadaan pengujiku tanpa diperbolehkan untuk menyapa. Jadi, kebanyakan yang kulakukan hari itu adalah mengikuti dan menunggu.

-Kusebut Ia Lorong Harapan-

Setelah hampir setengah harian mampir kesana kemari sembari menunggu, akhirnya ada panggilan untuk ku. Panggilan agar segera menemui beliau untuk ujian. Alhamdulilah aku berhasil ujian hari itu. Tapi aku tidak berharap banyak dengan hasilnya.

-Saksi Bisu-

Pesanku dalam paragraph terkahir ini adalah mohon doakan aku agar hasilnya bagus dan stase ini berakhir dengan indah. Adakalanya aku harus belajar memahami keadaan dan isi pikiran orang lain tanpa berharap orang lain juga belajar memahami keadaan dan isi pikiranku. Terkadang aku juga berpikir bahwa seringkali hidup ini tampak tidak adil, tapi sejak lama kuyakini bahwa Allah itu Maha Adil. Sampai detik ini, aku masih mearsa khawatir dan sedih. Semoga Allah berbaik hati padaku kali ini. Semoga Allah mengampuniku. Aamiin
Salam pengagum senja, @khaereyaa

📷 Picture	Smartphone
Model	Samsung A12
Original Picture	@khaereyaa
Location	Banda Aceh, Indonesia