Epos | Bagaimana Cormac Jatuh Cinta

in Steem SEA3 years ago

Alkisah

Harald Fairhair adalah raja Norwegia ketika kisah ini dimulai. Ada seorang kepala suku di kerajaan pada masa itu dan namanya Cormac; salah satu dari kerabat orang Viking, seorang pria bertubuh besar dengan latar keturunan bangsawan. Dia adalah salah seorang kesatria terkuat, dan telah bersama Raja Harald dalam banyak pertempuran.

Raja Harald memiliki anak yang bernama Ogmund, setelah sang raja wafat tahta kerajaan diambil alih oleh Eric Bloodaxe. Karna Ogmund tidak berpihak kepada Eric maka dia memutuskan untuk cabutkaki dari kerajaan itu dengan istri dan anaknya.

Namun saat kapal laut dibangun, istri dan anknya jatuh sakit hingga meninggal. Akhirnya Ogmund berlayar hingga tiba di Midford. Dia membangun rumah diatas bukit pasir dan menikah dengan Dalla. Mereka dikaruniai 2 orang anak Thorgils dan Cormac. Cormac berambut gelap dan keriting di dahinya, perawakan cerdas dan agak mirip ibunya, besar dan kuat, dan suasana hatinya sering gegabah dan tergesa-gesa. Sebaliknya Thorgils pendiam dan santai.


img1623681558633.jpg

Ketika kakak beradik itu dewasa, Ogmund meninggal; dan Dalla tinggal di rumah bersama putra-putranya. Thorgils bekerja di pertanian, di bawah pengawasan Midfiord-Skeggi.

Bagaimana Cormac Jatuh Cinta.

Ada seorang pria bernama Thorkel tinggal di Desa Tunga (yang berarti lidah). Dia adalah seorang pria yang sudah menikah, dan memiliki seorang putri bernama Steingerd yang diasuh di Gnupsdal.

Kini, di suatu musim gugur seekor paus berlabuh di Vatnsnes, dan itu milik kakak beradik, putra Dalla. Thorgils bertanya kepada Cormac apakah dia lebih suka pergi menggembala di musim gugur, atau bekerja di gudang pemotongan paus. Dia memilih untuk mendapatkan upah dari bergembala di musim gugur.

Tosti, sang mandor, seharusnya menjadi penguasa pengumpul domba: jadi dia dan Cormac pergi bersama sampai mereka tiba di Gnupsdal. Saat itu malam: ada aula besar, dan api unggun untuk pria duduk bersila.

Malam itu Steingerd bersama seorang pelayannya keluar dari gubuknya. Kata pelayan itu, “Steingerd ku, mari kita lihat para tamu.”

"Tidak," katanya, "tidak perlu" namun ia tetap beranjak pergi memata-matai ke balik ambang pintu. Karena ada celah antara anyaman dinding gubuk dan ambang pintu, kakinya terlihat. Cormac melihat itu, dan melantunkan lagu ini:

"Di pintu jiwaku dia berdiri
Begitu manis dalam kilau pakaiannya
Langkah kakinya membangkitkan amarah
Keganasan cinta yang tak kukenal
Kaki seorang dara di selubung kerudungnya
Keanehan mereka adalah kesedihan dan masalahku
Atau tidak ada gunanya pengetahuanku untukku.
Baik sekarang maupun untuk bertahan.”

Kemudian Steingerd sadar dia ketahuan. Dia berbelok ke sudut di mana gambar Hagbard diukir di dinding, dan mengintip di bawah janggut Hagbard. Kemudian cahaya api menyinari wajahnya.

"Cormac," kata Tosti, "tengoklah kepala Hagbard di sana?" Cormac menjawab dalam lagu:

"Ada luka di dadaku, membakarku
Api dari pipi seorang gadis
Aku tertawa untuk tidak melihat pemandangan itu
Dalam cahaya aula di ambang pintu
Begitu manis dan begitu ramping, aku menduga
Meskipun aku melihat sekilas ada kumbang pergelangan kakinya.
Di ambang pintu, ada seberkas cahaya merasukiku
Sebuah sensasi yang tidak akan pernah lagi menua.”

Kemudian dia membuat lagu lain:

“Di alisnya, cahaya bulan berseri-seri
Di dahinya, terpancar cahaya surga yang terang benderang
Dibalik jubah putihnya sosoknya terpancar, menatap
Dengan tatapan yang tajam seperti elang
Tapi bintang yang menaungiku
Mantra apa yang dapat melawan sihirnya?
Ah, bulan di alisnya, dengan kenakalannya
apalah daya ku?”

Tosti menyela, “Dia menatapmu!”

Dan dia menjawab:

“Dia bak ranjang berbentuk cincin dari pohon ek
Matanya tidak pernah membuatku takut
Gejolak di hati ku tidak bisa kusembunyikan
Karena aku mempasung diriku dalam perbudakannya.
Demi lehernya, akan ku taklukan permainan ini
Memenangkan hatinya di papan caturnya
Ketika dia menatapku jauh dari ambang pintu
Di mana wajah Hagbard diukir.”

Kemudian gadis-gadis itu pergi ke aula, dan duduk. Cormac mencuri dengar apa yang mereka bicarakan tentang penampilannya, si pelayan bilang dia berkulit hitam dan jelek. Steingerd berkata dia tampan dan sempurna, “Hanya ada satu cacat,” katanya, “rambutnya berumbai di dahinya:”

maka Cormac kembali bernyanyi:

“Satu kekurangan di diriku, gadis itu mencatat
Dengan kobaran api dia berkilau
Lalu memudar di tengah senja
Dan yang satu itu bukan cacat yang mengerikan.
Wanita bangsawan yang begitu angkuh
Saya harus memiliki seorang wanita cantik untuk menemaniku
Tapi dia mencampakkanmu karena hal remeh,
Untuk seberkas rambut di alisku!”

Kata pelayan itu, "Matanya berwarna hitam Nona, dan begitulah dia nya bukan."

Cormac mendengar dan bersyair:

"Ya, hitam adalah mata yang aku punya
Wahai yang bergelimang perhiasan nan jelita
Tapi berkaki kotor dan gaunmu terseret dalam genangan lumpur
Menjuluki ku orang yang pucat dan tidak menyenangkan mata.
Tidak, banyak gadis yang memujaku,
Dikau mungkin berkilauan diantara permata
Namun aku mahir memperdayai mereka
Membuat mereka berpaling dari pemuda yang lebih baik rupa.”

Di rumah ini mereka bermalam. Di pagi hari ketika Cormac bangun, dia pergi ke palung dan mandi. Kemudian dia pergi ke gubuk wanita dan tidak melihat siapapun di sana, tetapi lalu mendengar orang berbicara di ruangan belakang, dan dia berbalik dan masuk. Ada Steingerd, dan seorang wanita bersamanya.

Kata pelayan itu kepada Steingerd, "Ini si pria kurus itu, Steingerd."

"Ya, dan dia adalah pemuda yang tampan," katanya.

Steingerd sedang menyisir rambutnya, dan Cormac bertanya, "Bolehkan?"

Steingerd mengulurkan sisir agar dia menyisir rambutnya. Dia memiliki rambut terbaik dari wanita manapun. Kata pelayan itu, “Kau akan melakukan apasaja untuk mendapatkan seorang istri dengan rambut seperti Steingerd, atau sepasang mata seperti itu!”

Cormac menjawab dengan syair,

"Satu mata dari jauhnya cangkir tanduk
Tatapannya begitu menyihir
Akankah mempelai pria menghitung uang untuk meminangnya?
Dia harus membawa uang tebusan sebanyak tiga ratus
Rambut ikal yang dia sisir di pagi hari
Berpakaian putih dalam linen yang bersih nan indah
Mereka menambah tebusan demi berharganya ia
Lima ratus mungkin hampir tidak dapat menebusnya! ”

Kata pelayan itu, “Kalian berdua harus saling mengalah! Tapi kau Cormac tetap akan meminangnya dengan harga yang sangat mahal untuk memiliki dirinya dengan utuh!”

Cormac menjawab:

"Pohon harta dan kerinduanku
Dibutuhkan seluruh Islandia ini untuk memenanginya
Dia lebih disayangi daripada Denmark yang jauh,
Dan wilayah kekuasaan orang Hun yang gagah
Dengan emas dia menyisir, aku menyaksikan
Lebih mahal dari pada tebusan Inggris
Sungguh jenaka, kaya raya, ratu ku
Sungguh layak bagi mereka, tapi abaikan dari Irlandia!”

Kemudian Tosti masuk, dan memanggil Cormac untuk suatu pekerjaan; tapi dia berkata :

“Ambil saja kudaku untuk sebagai ganti perintahmu,
Ah, dan jangan cambuk dia, Tosti
Di kesunyian fajar kau mungkin mengembara
Dan menungganginya hingga dia lelah
Aku tidak peduli dengan gunung dan tanah tegalan
Disusul cuaca keruh kecoklatan
Nun jauh disana, aku akan betah berlama-lama di pagi hari
Dalam obrolan panjang dan nyaman dengan Steingerd.”

Tosti mengatakan dia akan mencari penggantinya dan lalu pergi. Cormac terduduk lega dan dia benar-benar senang. Steingerd berkata Cormac lebih pandai berbicara daripada yang diceritakan orang-orang. Dia duduk disana sepanjang hari dan kemudian dia membuat syair ini:

“Tusuk sanggul ini yang menghiasi rambutnya,
Rumput yang berembun dan lebat di dahinya.
Baik hati dia memberikannya kepadaku untuk kusimpan
Sisir bagus itu akan senantiasa ku kenang!
Aku yang dulu orang asing ketika aku mencarinya
-Si Kurus yang manis dengan gejolak yang menggebu-gebu-
Seperti lautan berkilauan bak emas yang mempesona
Gadis yang tidak akan pernah aku lupakan.”

Tosti baru selesai dari sumur dan mereka akhirny pulang. Setelah itu Cormac sering pergi berkunjung ke Gnupsdal untuk menemui Steingerd. Dia meminta ibunya untuk membuatkan pakaian yang bagus, sehingga Steingerd akan menyukainya. Dalla, ibunya berkata ada perbedaan besar di antara mereka berdua, dan belum pasti akan berakhir bahagia jika Thorkel (Ayah Steingerd) yang sedang berada di Tunga mengetahui tentang hubungan mereka.

Line_break.png

Tulisan ini "Bagaimana Cormac Jatuh Cinta" merupakan bab ke 3 dari 27 bab yang merupakan translasi dari Epos Islandia yang berjudul "LIFE AND DEATH OF CORMAC THE SKALD" - Nama Penulis Tidak Diketahui.

Awalnya ditulis dalam bahasa Islandia diantara tahun 1250 - 1300 M. Meskipun potongan-potongan kisahnya mungkin berdasarkan pada kisah abad ke-12 yang hilang.

Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh W.G. Collingwood & J. Stefansson (Ulverston, 1901).

Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Jun Imaginer (Langsa, 2021)


Bersumber dari Gutenberg.org

"Anda dapat menyalinnya, memberikannya atau digunakan kembali di bawah ketentuan Lisensi Proyek Gutenberg."

Sort:  
 3 years ago 

Mantap brooo....

paham aku wak...
paham

 3 years ago 

Wkwkkwkkw menetes air mataku ketika baru baca separuh cerita. Hahhaha

cobak baca sampek abes, bukan air lagi yang menetes wak.

 3 years ago 

Aku takut wak, perutku mulai masuk angin soal nya, lagian aku dalam kerumunan yang pada gak pake masker ni, kan bahaya...

betol juga...

bisa bisa disegel garis kuning tuh. dah betol tu

Mantap wak, bisa panjang ni.. 😁😁

hamper kesesat ama tulisan sendiri. ngga tau arah pulang lagi 😅

Ho keuno ho keuno.. lbh kurang gitu lah kt tulisan tu ya, hahaha

Keren bro

Terima kasih.

Cerah malam ni ya...
Banyak bintang bermunculan

Komen n vote dulu... bacaannya sedikit berat, harus dibaca dengan seksama.

makanya kalo baca, galon aer nya diturunin dulu...

kibek carek

👍👍👍top

🤜🏻top🤛🏻

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63651.41
ETH 2679.55
USDT 1.00
SBD 2.80