Petuah Nyak Kaoey #1: Jangan Genggam Buluh Pecah
Tiba-tiba saya jadi ingat lagi akan riwayat Nyak Kaoey dengan petuah dan hadihmaja yang penuh filosofi. Ini semua gara-gara Aduen @ayijufridar dan @zainalbakri serta rekan @munaa yang belakangan ini mulai panggil-panggil Nyak Kaoey lagi, semenjak saya aktif lagi di sini.
Agar rindu ini menjadi bermakna, dan kembalinya Nyak Kaoey membawa berkah, dalam persahabatan yang penuh senda gurau dan kritik yang menggelitik, maka saya kutip kembali “mantra” usang di lapik buku Haba Peuingat punya Nyak Kaoey. Begini katanya:
Asai cabok nibak kude, asai pake nibak seunda, wahee rakan jinoe lon peuingat, nyoe ubat raja peunawa, raja penguaseh, raja ajeumat, raja hikeumat, raja donya, raja peulareh, raja peugila, ureueng nyang baca dum na manfaat, jeut keu ubat penyaket donya.
Nah, tak usah rapal itu mantra, tak ada gunanya tanpa sentuhan langsung Nyak Kaoey tak akan mujarab. Untuk peutuah yang pertama ini Nyak Kasih judul singkat saja Bek Juruet Buloh Beukah Paham kan, baik kalau tak paham saya jelaskan artinya, jangan menggengam bilah buluh yang pecah, nanti tanganmu bisa berdarah.
Makin penasaran ya, mari kita telusuri maksud perkataan Nyak Kaoey itu. Konon katanya petuah pertama ini muncul dari polemik pengelolaan Minyak dan Gas (Migas) di Blok B Aceh yang beberapa hari ini bikin sibuk para politisi berbalas pantun di media. Sampai-sampai berbagai organisasi kemasyarakatan (Ormas) dari Kabupaten Aceh Utara melakukan unjuk rasa ke kator PT Pembangunan Aceh (PEMA).
Nyak Kaoey sebenarnya tak ambil pusing soal itu, tapi ada yang coba goreng isu itu untuk cari popularitas, pajan chit tapeu’ek layang, kon watee get angen. Nyak Kaoey tak mau ikut campur, karena kata Endatu tempo dulu Bak gob meupake bek gata pawang, bak gob muprang bek gata panglima. Nyak Kaoey sudah tahu kemana arahnya, singkat kata meumet on kayee lon tupee cicem, teuseunyom teukhem lon tupeu bahsa.
Lagi-lagi karena ini tulisan soal petuah, maka Nyak Kaoey ingatkan agar kita tidak sembarangan terjebak pro dan kontra, berhati-hatilah dalam menanggapi sebuah isu, jangan sampai tergiring dalam framing pihak-pihak tertentu, bijaklah dalam bersikap. Bak gob keumawe bek gata tiek tanoh cak. Marah besar dia nanti karena tak mendapatkan tangkapannya, padahal biaya untuk “mengail” dan merawat isu itu mahal.
Akhir kata, saya tutup tulisan ini dengan ungkapan sesuai dengan judul singkat yang dikatakan Nyak Kaoey tadi, tapi dengan sedikit tambahan kalimat lanjutannya. Bek gata jureuet buloh beukah, teusie jaroe jitubiet darah. Yang belum paham, tak usah dibawa pusing, toh ini hanya Haba Peuingat saja. Selamat menanti waktu berbuka puasa.[]
Nyak Kaoey suatu ketika di puncak gunung Geureutee [Foto: dokumen lama]
Adak pih buloh, beulage buloh peurindu. Hehe
buloh peurindu payah tajak cok u gunong geureudong lagee Nyak Amit lam sandwara Sinar Jeumpa jameun.
😍
Ini materi pehtem paling asyik 😂 jadi, Masih digoreng terus blok B?
Goreng menggoreng memang sudah lazim itu sejak zaman baheula, akhirnya cocok perkataan Endatu, busoe seureuloe ek meulila, ureung peh tuloe, ureung yue buta. ha ha ha ha.
Hahahaha... Get that na teuh, miseu ureung melayu kheun menari digendang orang