Thediarygame, Kamis, 18 Januari 2024: Menikmati suasana malam hari usai berbuka puasa.
Aku sudah tiga kali berpuasa sunat di bulan Rajab. Hari pertama Rajab, Sabtu, 13 Januari 2024. Kemudian Senin, 15 Januari dan Kamis, 18 Januari. Bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan mulia yang terdapat di kalender hijriah. Empat bulan tersebut adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab. Pada bulan-bulan mulia ini umat Islam dianjurkan untuk banyak melakukan perbuatan amal saleh. Nah, salah satunya berpuasa di bulan Rajab seperti yang Aku kerjakan.
Tidak ada kegiatan signifikan yang Aku perbuat pada hari Kamis, 18 Januari 2024. Waktu pun berjalan cepat. Tanpa terasa waktu magrib hampir tiba. Aku masih berpuasa walaupun sahurnya dengan roti biskuit Hatari. Jika sudah niat kuat maka setiap godaan insyaallah bisa dilewati. Memang perut terasa kosong. Tapi hanya sesaat kemudian kembali seperti biasa tanpa hadir rasa lapar. Semua ini tak terlepas dari ketahanan mental setiap diri.
Aku sudah didalam kamar bersiap untuk buka puasa. Kamar yang berukuran 3 x 3 meter menjadi saksi perjalanan hidupku berjihad mencari nafkah dengan niat beribadah mencari ridha Allah. Aku yang dinas di Tanjungpinang dan istri serta anak-anak tinggal di Medan. Insyaallah jika dijalani dengan ikhlas dan waktu diisi dengan kegiatan positif, salah satunya membuat diarygame mengisi tulisan di komunitas Steemith dan lain sebagainya maka waktu itu tidak ada yang sia-sia. Rindu keluarga pasti namun rindu itu harus dikumpulkan dengan rapi dan disaat pulang berjumpa keluarga maka akan dimuntahkan dengan penuh kasih sayang dan keceriaan.
Azan magrib telah dikumandangkan. Aku mendengar dari kejauhan suara khas muazin dari masjid Al-Barkah komplek TNI AL Dewaruci menembus telinga. Aku juga mendengar suara azan dari Tablet A9 merk Samsung milikku. Aku sengaja mengatur waktu salat dengan memunculkan suara azan. Aku langsung berbuka tanpa melalaikan waktu. Minuman teh manis panas dan makanan pop mie yang sudah diseduh dengan air panas sudah bisa dicicipi. Panas-panas sedikit tak menjadi persoalan karena Aku mengejar salat magrib berjamaah di masjid Al-Barkah.
Pak Agus, sang muazin tetap, purnawiran TNI AL yang rajin dan taat sudah mengumandangkan iqamah. Aku mengejar waktu salat dengan berjalan kaki menuju masjid. Aku pernah menghitung langkah kaki dari rumah tempat tinggalku menuju masjid Al-Barkah sebanyak 336 langkah. Artinya, kurang lebih 336 meter. Tidak jauh dan masih mampu dijangkau. Kembali lagi hal ini bisa dilakukan karena Allah masih menitipkan iman dalam diriku sang hamba yang dhaif atau lemah. Dan, juga faktor mental dan kebiasaan menjadi pendorong semangat untuk salat setiap waktu berjamaah di masjid.
Adalah kurang lebih delapan bulan Aku punya sepeda motor merk Xeon yang dipinjamkan. Walau suka batuk-batuk karena lebih banyak diengkol daripada di starter untuk menghidupkan mesin motor, namun setidaknya sudah banyak jasanya. Kini motor itu sudah diambil sang pemilik untuk digeser kekota lain, karena infonya sang pemilik akan pindah tugas ditempat yang lain. Aku saat ini berjalan kaki. Aku bahagia masih bisa berjalan karena ada orang yang tidak punya kaki alias cacat. Aku bersyukur. Dan, dengan rasa syukur inilah Aku berjibaku dengan waktu salat magrib untuk salat tidak terlalu lama masbuk alias terlambat. Aku masih bisa salat berjamaah lengkap tiga rakaat mengikuti imam.
Selesai salat magrib Aku mencari tambahan berbuka. Bagiku nasi menjadi menu utama.Jika tak kena nasi maka belum sah atau belum makan namanya. Aku kurang tertarik dengan kue-kue, baik kue basah maupun kue kering.Kalau nasi dengan lauknya idola yaitu telor dadar maka lahap sekali makannya. Aku keluar dari masjid masih berjalan kaki. Tujuanku adalah ke warung masih pecah lele Lamongan Mas Cahyo. Warung ini tempat biasa Aku makan. Tapi bukan makan usai magrib namun sekitar pukul 22.00 WIB waktu idola.
Aku berjalan kaki sekitar kurang lebih 150 meter. Tidak terlalu jauh namun terasa juga. Apalagi perut dalam kondisi mengerang menahan lapar dan dahaga. Tak lama kemudian Aku tiba di warung Mas Cahyo. Banyak lauk ikan yang harus dimasak sesuai pesanan. Ada ayam penyet, ikan lele, ikan asin, tempe dan tahu, dll. Namun semua ini belum membuat hati tertarik karena pesanan khususku adalah telur dadar dengan bahan baku dua butir telur dijadikan satu agar telur dadar yang digoreng besar dan tebal. Telur ini Aku mintalah Mas Cahyo yang masak. Memang ada wanita yang membantunya. Aku tidak mau dikerjai telur dadarku dengan wanita ini. Alasannya jelas Aku melihat wanita ini merokok aktif. Jadi dalam kondisi bau asap rokok, bau tubuh dengan asap rokok tak suka Aku melihat yang bersangkutan mengolah pesananku. Terus terang Aku tak merokok dan tidak berusaha untuk merokok. Memang pernah sekali waktu merokok, itupun hanya buang asapnya saja dan satu batang pun tak habis. Merokok membuat diriku langsung tidak enak badan.Tubuh langsung meriang dan gigiku terasa ngilu. Entah ngak tahu mengapa bisa demikian. Pokoknya Aku bukan perokok walau asap rokok sering terhirup dari teman-teman yang aktif merokok.
Makan malam di warung Mas Cahyo
Mas Cahyo sudah menyelesaikan pesananku. Nasi putih, sambal pedas dan telor dadar menambah selera makanku. Aku makan cepat dan memang Aku tak lalai saat makan. Apalagi Aku mengejar waktu isya dengan harapan makan selesai isya pun dapat. Sempurna. Selesai makan Aku segera meninggalkan warung Mas Cahyo. Aku melihat ke sebelah jalan wanita setengah tua menjual empek-empek Palembang. Wah, naik seleraku. Makan nasi tadi seakan belum membuat kenyang.
- Membeli empek-empek*
Aku menyeberang jalan dan menghampiri penjualnya. Aku pesan satu porsi empek-empek kapal selam dengan harga Rp 15.000,- per porsi. Rupanya enak sekali empek-empeknya dan yang memasaknya sudah ahli. Sang wanita setengah tua yang menggunakan jilbab dengan teliti mengoreng makanan khas dari Palembang. Terbukti ada beberapa pesanan. Aku tidak makan dilokasi. Waktu tak cukup banyak karena beduk pertanda salat isya beberapa menit lagi akan ditabuh. Aku bawa pulang dan nantinya makan sendiri di rumah.
- Juru Parkir mengawasi motor*
Aku segera meninggalkan wanita penjual makanan empek-empek. Dihalaman parkir Aku bertemu dengan seorang pemuda yang profesinya juru parkir dan pernah beberapa kali berjumpa denganku menyapa,"jalan kaki Pak. Motornya mana ya?" tanya anak muda ini. "Motornya sudah diambil kembali oleh pemiliknya,"jawabku santai.
"Jadi Bapak jalan kaki dong," pemuda bertanya kembali. "Alhamdulillah, ya," jawabku sambil tersenyum.
Kini Aku balik bertanya pada saat ngobrol ringan,"Sudah salat magrib." Nah inilah jawabnya jujurnya,"belum."
"Aku salat Pak, namun masih bolong-bolong alias tidak penuh lima.waktu," lanjut jelasnya. Melihat hal ini Aku menyampaikan, "Hidup hanya sesaat Dek. Banyak nikmat yang kita cicipi dari Allah. Salat lah karena salat itu sebagai bentuk pengabdian kita kepada Allah dan komunikasi langsung dengan pemilik alam semesta raya."
"Ayo bangkit dan semangat lagi untuk beribadah. Jangan lalai dengan bentuk apapun pekerjaan, termasuk pekerjaan mulia sebagai juru parkir (jukir)," jelasku.
Selesai berbicara singkat Aku pergi menuju masjid dengan membawa bungkusan berisi makanan empek-empek. Aku masih menyusuri jalan setapak demi setapak. Aku tak ambil pusing dengan pakaian koko dan kain sarung yang Aku pakai. Aku berjalan hampir mendekati pertigaan yang menuju arah ke masjid. Aku berhenti sejenak karena mata memandang setumpuk rambutan dijual disisi jalan. Sudah lama sekali semenjak Aku bertugas di Tanjungpinang tak pernah makan buah yang berambut kemerahan ini. Aku melihat dua anak gadis kecil berjualan mencari nafkah dalam rangka mempertahankan hidup yang semakin hari sulit dan besar biaya hidup.
Membeli rambutan
Aku berhenti dan membeli dua tumpukan rambutan dengan harga Rp. 24.0000,-. Aku kagum dengan dua gadis kecil ini. Masih kecil sudah jualan dan keduanya masih duduk dibangku sekolah dasar. Sang kakak bernama Selma, usia dua belas tahun.Dan, adik kecil satunya bernama Vira, usia sepuluh tahun. Rupanya kedua gadis kecil anak Minang. Luar biasa membantu orang tua dan mencari jajan untuk sekolah. Selma kelas 6 SD dan Vira kelas 5 SD. Kedua gadis kecil ini menyiapkan api untuk menghalau nyamuk dan butuh kehangatan tubuh karena cuaca agak sejuk. Aku beli dua gandeng rambutan. Setelah itu Aku lanjutkan perjalanan menuju masjid.
Malam ini ada beberapa kisah hikmah yang dapat menjadi renungan dan iktibar buat kita bahwa beginilah kisah perjuangan hidup yang pasti kita lalui. Aku juga berjuang dengan belajar sabar menjalaninya. Aku harus berjalan kaki dari rumah menuju masjid kemudian usai salat magrib berputar mencari makan dan membeli makanan dan buah-buahan. Dengan niat ibadah walau hanya dengan berjalan kaki agak sedikit jauh maka tidaklah membuat lelah dan bahkan bahagia bisa mengetahui perjuangan hidup saudara-saudara kita lainnya. Azan isya pun berkumandang. Pak Agus sang muazin tetap dengan suara khas seraknya tanpa bosan mengajak umat untuk menunaikan salat. Aku salat dan setelah itu kembali kerumah dengan jumlah langkah 336 kali dari masjid hingga tiba dirumah indah. Baiti Jannati.Allahumma shalli 'ala Muhammad.***
Berkah selalu komandan....
Aamiin Ya Allah
Semoga puasanya duterima Allah swt, dan mendapat keberkahan yang melimpah amiin.
Aamiin ya Allah.Teurimeng Geunaseh
Terima kasih telah berbagi bersama di sini
Tks Senior atas motivasi dan dukungannya agar kami istiqamah