The Diary Game, Selasa, 27 Juni 2023:Berjumpa Bang Badut

in Steem SEA11 months ago (edited)

Tak ada pertemuan yang kebetulan dalam hidup ini.Pastilah Allah SWT dengan segala ke Maha Kuasaan-Nya telah mengatur semuanya. Bahasa lain sudah suratan takdir.

IMG-20230627-WA0088.jpg
Sumber internet: Masjid Al-Falah Tanjung Pinang

Malam ini (27/6) Aku berjumpa dengan Bang Badut. Aku tak pernah janjian.Kenal pun tidak. Adalah usai salat magrib di Masjid Al-Falah Aku langsung pulang ke rumah. Aku melihat beberapa teman yang suka berdakwah dengan cara tablig masih duduk didalam masjid. Pastilah usai salat akan ada Bayan dari salah satu mereka.

Aku sengaja pulang mau mengisi bahan bakar alias mau makan.Usai puasa sunat belum diisi perutnya. Aku sempatkan makan bakso ditempat biasa. Bakso nya enak dirasa. Sambil memesan Bakso aku tanya kepada dua anak muda yang berjualan.
"Dek, sudah salat magrib," tanyaku.
"Belum pak!" jawabnya santai.
"Ayo salat dulu sebentar. Bisa gantian satu dengan lainnya," saranku.
Aku perhatikan kurang respek dengan ajakanku. Mungkin karena sering rak salat atau suka meremehkan salat mereka tetap berjualan.
"Hidup hanya satu kali dek.Ntar kalau sudah mati dan minta hidup lagi untuk salat tak ada cara untuk dibangkitkan lho," jelasku singkat.

Aku kemudian duduk dan pesanan Bakso sudah terhidang cepat. Aku juga makan ala militer. Cepat dan tuntas. Selesai makan Aku menuju meja kasir untuk membayar. Sebelum pergi sekali lagi Aku ingatkan agar tinggalkan jualannya sebentar untuk salat. Mumpung waktu magrib masih ada. Tapi tak gerak juga.Namun setidaknya Aku sudah mencoba berpesan dalam kebaikan.

Aku meninggalkan mereka yang asyik lanjutkan jualan bakso. Saat mendekati masjid Al-Falah dari pertigaan Aku melihat Bang Badut berjalan kali santai. Aku berhenti dan memanggilnya. Sang Badut awalnya tak tahu datang suara panggilan. Namun setelah Aku beri kode dengan gerakan tangan maka Bang Badut datang memenuhi panggilanku.

IMG-20230627-WA0087.jpg

IMG-20230627-WA0086.jpg
Bersama Bang Badut
"Ada apa ya Bang," Tanya Bang Badut keheranan.
Kami memang tak saling mengenal. Tapi dengan tegur sapa nantinya akan saling kenal.
"Bang, sudah salat magrib" tanyaku singkat.
"Alhamdulillah sudah Bang," jawabnya santai.
"Masyaallah, kita harus salat Bang karena telah banyak rezeki yang Tuhan berikan," seperti ustad Aku jelaskan.
"Pekerjaan Abang sebagai Badut ini mulia karena memenuhi kebutuhan keluarga. Semua pekerjaan baik dan apalagi kita menjaga waktu salat maka akan lebih baik lagi," jelasku.
Aku masukkan tangan dilakukan baju dan ada sedikit fulus yang Aku berikan. Aku bahagia mendengarkan bahwa Bang Badut sudah salat.
"Alhamdulillah, terima kasih Bang, semoga sehat dan banyak rezeki," do'a Bang Badut kepadaku.
"Aamiin," jawabku bahagia.

Selanjutnya kami berpisah. Bang Badut berjalan lagi mencari nafkah dan Aku mengikuti bayan di masjid Al-Falah. Aku mendengarkan bayan sambil niatkan i'tiqaf didalam masjid. Bayan selesai menjelang salat isya. Untuk kali ini Aku ijin untuk menjadi muazin. Walau suaraku tak seindah para qari namun setidaknya tidak terlalu jelek untuk memanggil umat agar menegakkan salat.

Salat isya selesai dan Aku pulang. Tak disangka Aku melihat Bang Badut dan dengan suara nyariin Aku tegur. Aku tak berhenti dan dalam hati Aku ingin mengetahui nama dan berfoto dengannya. Usai tiba dirumah dan mengambil keperluan Aku segera menyusul Bang Badut.

Secepat kilat Aku sudah berjumpa dengan Bang Badut dan Aku panggil serta ijin berfoto.Dengan senang hati foto memakai topeng dan tampang asli kena jepretan.Aku melihat raut wajah termakan lelah mencari nafkah kehidupan.
"Abang sudah salat isya?" tanyaku ringan.
"Belum pak," jawabnya.
"Nanti tiba dirumah jangan lupa salat ya Bang," pesanku.
"Abang sehari apakah salat lima waktunya penuh?"Aku mencoba agak jauh bertanya.
"Kadangkala penuh dan juga ada bolong-bolongnya," jujur dijawabnya
"Aku harus terus terang dengan tak lengkap lima waktu salat. Tak bohong Pak," jelasnya.
"Ok Bang, cuba kuatkan hati dan niat untuk salat lima waktu dengan tidak bolong-bolong ya," harapanku.
"Iya Pak," jawabnya tanpa rasa tersinggung.

Bang Badut ini bernama Zainuddin. Pemuda kelahiran tahun 1992. Usianya 31 tahun. Jauh Aku lebih tua yaitu 21 tahun. Bang Zai mempunyai anak sepasang. Sekitar tahun 2019 menetap di kota Tanjung Pinang. Pekerjaan menjadi Badut rupanya sudah tiga bulan ditekuni. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya siang hari bekerja sebagai buruh bangunan. Nah, hal ini salah satu yang menyebabnya saat salat dhuhur tidak dikerjakan. Mungkin alasan pakaian kotor dll.

Sebelum berpisah Aku sisihkan sedikit lagi rezeki dengan penuh keikhlasan Aku berikan kepada Bang Badut. Aku melihat senang dihati dan tampak dari raut wajahnya.Aku bahagia bisa menyisihkan sedikit rezeki. Aku senantiasa berdo'a agar Allah banyak beri rezeki kepadaku agar Aku bisa banyak membantu sesama. Banyak berinfaq.

"Terima kasih ya Pak," katanya.
"Semoga Bapak sehat dan banyak rezekinya," tambah do'anya untukku.
"Terima kasih Bang Zai do'anya. Jangan lupa salat ya. Karena telah banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Salat juga sebagai rasa syukur kita kepada sang pemilik alam semesta," jelasku.

Akhirnya kami berpisah. Bang Badut melanjutkan perjalanan malamnya untuk mencari nafkah sebelum pukul 22.00 wib sudah tiba dirumah.Dan, Aku kembali menjadi bulok (bujang lokal) tinggal di rumah dinas. Belum bisa menikmati liburan dan berhari raya Idul Adha 1444 H bersama keluarga sampai nantinya selesai menjalani tugas sebagai panitia Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban yang diamanahkan oleh pimpinanku. Nantinya takbir sendiri tanpa keluarga.Allahu Akbar 3x Walillaahilhamd.

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 66671.81
ETH 3087.26
USDT 1.00
SBD 3.68