The diary game, Mudik Lebaran Ke Kampung

in Steem SEAlast year (edited)

Assalammualaikum Wr Wb. Apa kabar rekan-rekan steemian yang hebat dan luar biasa. Semoga sehat selalu. Untuk menulis kisah diary memang hanya dua kata semangat dan istiqamah. Untuk istiqamah butuh kekuatan niat. Proses itu saya rasakan dan harus dilalui. Nah, seperti tulisan saya ini sudah diambang senja. Namun tak apalah untuk merangkai kalimat semoga ada kebaikan walau seberat zarrah. Beginilah kisahnya semoga bermanfaat buat kita semua;

Satu hari tiba dirumah usai perjalanan jauh dari kota Tanjung Pinang (19/4), Aku harus mempersiapkan diri dan mengumpulkan kekuatan penuh. Tubuh harus bugar karena perjalanan selanjutnya mudik ke kampung halamaan untuk berlebaran bersama ibunda dan saudara lainnya. Kami berangkat bersama keluarga pada hari Jum’at, 21 April 2023.

Masih dalam suasana Ramadhan. Kami semua berpuasa. Kami bersama-sama sahur dengan niat berpuasa untuk menggapai ridha Allah. Rencana berangkat usai sahur meleset jauh. Sudah Aku perkirakan karena berangkat bersama keluarga banyak hal yang harus dipersiapkan. Waktu molor. Barulah pukul 07.30 WIB Aku bersama keluarga berangkat. Untuk memotong waktu maka Aku memanfaatkana jalan TOL. Pintu Tol Marelan menjadi pilihan. Kalau lewat jalan biasa bisa telat karena macet dengan banyaknya kendaraan hilir mudik. Melalui Tol Marelan kami sekitar satu jam bisa keluar gerbang Tol Stabat. Irit waktu dan lebih cepat tiba di Stabat.

Aku, sebagai driver membawa mobil lebih santai. Kecepatan 60 s.d. 80 KM/jam. Aku bukanlah pembalap. Pastilah tiba ditempat yang dituju akan molor jauh. Kalau normal dengan kecepatan 100 KM/jam maka sekitar 10 jam akan tiba di kampungku, Kota Bakti (Lamlo) Kabupaten Pidie. Sampai sang istri dan anak-anak mengoda kalau kecepatan begini kapan sampainya. Hehehe. Aku masih istiqamah dengan santainya.

Sekitar pukul 08.16 WIB kami sudah melintas di daerah Secanggang Stabat. Mobil terus dipacu tanpa henti. Aku harus melewati jembatan baru nan panjang di daerah Stabat. Dari jembatan bisa dilihat sungai lebar dan arusnya kencang. Airnya berwarna kecoklatan.Perjalanan masih lancar. Suasana kendaraan masih sedikit. Mungkin karena masih pagi.

20230421_084116.jpg

20230421_085225.jpg

20230421_090603.jpg

20230421_090634.jpg

20230421_090805.jpg

20230421_091448.jpg
Suasana di Masjid Azizi dan Makam T.Amir Hamzah

Pada pertengahan jalan, Aku melihat sebuah masjid indah yang berwarna kuning. Hobi fotoku muncul. Mobil Aku belokkan ke kiri untuk masuk ke halaman masjid. Aku bersama keluarga mampir di masjid Azizi atau lengkapnya Masjid Sultan Abdul Aziz, masjid di era Kesultanan Langkat yang berada di Kelurahan Tanjung Pura, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Masjid ini dibangun tahun 1889 saat kepemimpinan Sultan Abdul Aziz.

Bangunan berwarna Kuning dan terdapat sedikit warna hijau berdiri dengan indah dan megah. Saat berada di dalam masjid, Aku bisa melihat tulisan indah kaligrafi dengan berbagai warna dan juga mimbar yang unik dan menarik tempat khatib atau penceramah menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Mimbar yang diapit oleh dua pasang bendera berwarna hijau. Melihat mimbar tersebut teringat dengan mimbar agung yang terletak di Raudhah yang terletak di dalam masjid Nabawi. Lampu hiasannya sangat indah. Karpet warna merah maron yang empuk menambah nikmat dan nyaman saat sujud menghambakan diri kepada Allah. Aku sempatkan untuk sesaat salah sunat dhuha.
Di area masjid terdapat banyak makam para Raja dengan keluarganya. Selain makam para Raja juga terdapat pusara pahlawan nasional dan merupakan Sastrawan Indonesia angkatan Pujanga Baru, yaitu T. Amir Hamzah. Nama lengkapnya adalah Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putra. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Amir Hamzah. Beliau adalah putra Tanjung Pura, Langkat, yang dilahirkan pada 28 Februari 1911 dan meninggal 20 Maret 1946. Beliau meninggal muda pada usia 35 tahun.
Selesai dari masjid kami lanjutkan perjalanan panjang. Kali ini supir diambil alih oleh anak bujangku. Pastilah lebih kencang. Wilayah Pangkalan Brandan kami tiba dan terus memacu kendaraan. Tak beberapa lama kemudian kami meninggalkan Provinsi Sumatera Utara dan memasuki Provinsi Nanggroe Atjeh Darussalam (NAD) dengan ucapan selamat datang di Aceh Tamiang,Kuala Simpang dan lanjut memasuki Kota Langsa. Suasana jalan belum terlalu ramai makanya kami agak lancar di jalanan.

20230421_125403.jpg

20230421_133812.jpg

20230421_134135.jpg
Salat Jum’at si Masjid Raya Baitul Mu'min

Kami mudik di hari Jum’at dan harus berhenti sejenak untuk menunaikan salat Jum’at. Kami masih mencari masjid yang tepat. Masjid yang terletak di sebelah kiri jalan dan area parkir luas. Akhirnya kami memilih Masjid Raya Baitul Mu’min di kemukiman Alue Lhok. Alue Lhok merupakan sebuah gampong yang terletak di kecamatan Peureulak Timur, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, Indonesia. Waktu Jum’at sekitar pukul 12.50 WIB. Usai Bilal azan maka sang khatib menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Tengku yang menjadi khatib Aku lihat masih muda, mungkin usianya sekitar 30-an. Waduh, lama juga pesan dakwah yang disampaikan. Kurang lebih tiga puluh menit. Dalam hal ini ‘Ammar bin Yasir pernah memberi khutbah kepada kami, lalu dia menyampaikannya secara singkat, maka ada seseorang dari kaum Quraisy yang berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya Engkau telah menyampaikan ungkapan yang singkat lagi padat, kalau saja Engkau memanjangkannya.’ Lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kami untuk memanjangkan khutbah’.” [HR. Ahmad]

Masjid Raya Baitul Mu’min agak luas. Khutbahnya bercat hijau dan tidak sepertinya tidak ada kaligrafi yang tertulis di dinding masjid. Saat salat jum’at jamaah penuh. Halamannya pun cukup luas untuk parkirkan kendaran roda empat dan dua. Bus pun jika parkir muat juga.Hehe. Aku masih menunggu istri dan anak gadisku salat. Selesai rangkaian salat maka kami lanjutkan perjalanan. Dan, wilayah selanjutnya kami lewati adalah Idi. Jalan mulus tanpa berlubang semakin membuat nikmat perjalanan.

20230421_142545.jpg
Masjid Agung Darush Shalihin

20230421_143044.jpg
Berbelanja buah-buahan

Kita juga bisa melihat Masjid Agung Darush Shalihin Idi Kabupaten Aceh Timur yang berdiri indah. Kami tidak mampir hanya mencuri foto dari dalam mobil. Kami mampir sejenak sebelum melewati jembatan yang terdapat orang menjual buah-buahan. Ada pesan dari keluarga untuk membeli buah Pir dan Naga serta jeruk. Pesan adalah amanah yang harus dilaksanakan. Hanya sesaat saja kemudian kami lanjutkan perjalanan.

20230421_153305.jpg

20230421_153147.jpg
Masjid Raya Pasee

Kini giliran Aku yang menyetir karena si bujang sudah kelelahan. Tanpa terasa kami akan memasuki wilayah Aceh Utara. Kita bisa melihat kanan dan kiri jalan pemandangan sawah yang menghijau. Sawah yang tak lama lagi akan panen. Sehat mata memandang. Pada pukul 15.28 WIB kami memasuki Kabupaten Aceh Utara. Jelas tertulis diatas jembatan “Selamat Datang di Aceh Utara”. Tak lama berselang kami mampir di masjid Raya Pasee yang indah dan sangat berseni. Kubah yang warna warni serta banyaknya menara serta luasnya halaman masjid menambah gairah untuk mampir serta salat. Pastilah jika melihat kedalam masjid kita akan terkagum-kagum akan keindahan masjid dengan segala ukiran dan kaligrafinya. Sangat indah masjid yang terletak di Panton Labu, Tanah jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara, NAD.
Masjid ini pertama sekali dibangun pada tahun 1972. Satu tahun setelah kelahiranku (1971) maka masjid ini dibangun. Menurut informasi bahwa Masjid ini merupakan bagian dari sejarah megahnya kerajaan Islam Pase yang dibangun oleh seorang tokoh masyarakat Aceh Utara yang bernama Muhammad Anshari atau yang sering di sapa Harun Kumis. Peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan oleh Kementerian Agama Islam yang diwakili oleh Direktur Jenderal Agama Islam RI dan dihadiri oleh tokoh masyarakat Pantonlabu Teungku Ibrahim Thaib dan Teuku Amin Umar. (Wisata Budaya,8/2/2022).

20230421_162117.jpg

20230421_162209.jpg

20230421_160457.jpg
Masjid Agung Baiturrahim

Kami tak salat di masjid tersebut dan hanya foto saja. Jarak tempuh kami mulai dekat jika sudah masuk wilayah Kabupaten Aceh Utara. Aku pacu kendaraan agar lebih cepat. Aku mengejar salat ashar di Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon. Alhamdulillah kami dapat mengikuti salat ashar secara berjamaah. Kami senantiasa berhenti disetiap masjid saat tiba waktu salat. Akibatnya waktu agak molor. Sejatinya bisa salat di jama’ dan qasar karena perjalanan jauh. Sekilas info bahwa Masjid ini jika kita melihat modelnya penuh gaya modern dengan kreasi khas budaya Timur Tengah. Pada tahun 1972 Masjid ini dibangun yang dipimpin oleh Tengku H. Ibrahim Bin Ya’qub bersama dengan para tokoh masyarakat lain yaitu Tengku Ismail bin Dayah, Abu Sulaiman, Temngku Kasem Usman. Tentunya tak terlepas dari dukungan kuat Bapak Buoati Aceh Utara Abdullah Yacob (Periode 1973 – 1978). Masjid ini sangat indah dan nyaman jika kita salat berada didalamnya. Letaknya pun strategis dipingir jalan.

20230421_163617.jpg

20230421_163720.jpg
Kantor Bupati Aceh Utara

20230421_163733.jpg
Kantor DPRK Aceh Utara

Selesai salat kami lanjutkan perjalanan.Kami sudah perkirakan bahwa tiba di kampung Lamlo Pidie malam hari. Hana masalah, yang penting pulang kampung. Waktu terus bergulir. Setiap momen yang indah pastilah kami berhenti untuk mengabadikan. Dan, kami tak melewatkan momen indah untuk berfoto di Kantor Bupati Aceh Utara dan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Utara. Kedua bangunan ini sangat bagus. Bangunan ini masih baru ditempati. Saat Aku bertugas di Lanal Lhoukseumawe tahun 2020 gedung ini belum dipergunakan. Masih sepi dan kantor tak berpenghuni. Kami hanya numpang lewat saja. Tak berlama-lama karena masih jauh jalannya.
Waktu magrib hampir tiba. Artinya kami harus berhenti untuk berbuka puasa.

20230421_185032.jpg

  • Rumah Makan Taj Mahal*

Walau berjalan jauh kami semua masih dalam status berpuasa. Dan, akhirnya kami putuskan berbuka dirumah makan Taj Mahal yang berlokasi di Desa Mane Tunong, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara. Saat makan suara azan berkumandang. Kami dapat berbuka dengan baik dan lancar. Ada beberapa orang Aku kenal. Karena Aku suka mampir di warung itu saat menonton bola di Stadion Mini Krueng Mane. Selesai makan kami bergegas pergi dan mencari masjid untuk melaksanakan salat magrib. Suara takbiran jelas terdengar dan artinya ini merupakan malam lebaran.
Kami sudah melewati kota Lhouksemawe dan Aceh Utara. Selanjutnya Kota Juang Bireun jalan lintas. Dari Bireun lanjut melewati Jeunieb dan tembus masuk ke Kabupaten Pidie Jaya (Pijay). Nah, setelah Pijay maka barulah masuk Kabupaten Pidie. Malam semakin larut. Sekitar pukul 22.00 WIB kami baru memasuki kota Beureunuen. Dari kota Beureunuen barulah menuju kekampun kami yaitu Desa Lamlo Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie. Alhamdulillah, dari pertolongan Allah kami tiba di rumah dengan selamat dan penuh kebahagian berjumpa dengan mamak, kakak dan adik tercinta. Selamat dijalan karena Allah lindungi. Terima kasih ya Allah. Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…Walillaahilhamd.

Sort:  
 last year 

Tks bang Raja atas votenya

 last year 

Nyoe diary tahun sang pak, payang. Bereh².
Semoga sukses pak

 last year 

Uroe raya barosa..sayang jika tak di tulis..hanjeut panek2..sayang data.hehe..masalah vote bak rezeki manteng.penting tuleh bang..

 last year 

Bereh👍

 last year 

Konten bagus dan mendapatkan dukungan kurasi 100% dari saya. Teruslah membuat tulisan berkualitas untuk post di Steem :)

 last year 

Siap.insyaallah.terima kasih Abangda dan mhn bimbingan dan dukungan sll agar lebih baik lagi.