The Diary-Game [Minggu, 26 Juni 2022] Ziarah ke Makam Aulia
Aroma pindah tugas sudah terasa. Jelas dan nyata. Sekitar 14 bulan Aku bertugas di Lanal Sabang dan Akan bergeser ke Lantamal I Belawan. Banyak kisah indah, suka maupun duka tercatat rapi. Dan, diakhir jalan Aku ingin ziarah ke makam Aulia yang infonya ada 44 makam Aulia di Kota Sabang.
Memang Aku pernah ziarah tatkala awal bertugas sekitar bulan April 2021.Pertama yang Aku ziarahi makam yang terletak di Kantor Polres Sabang, Tgk. Nyak Pon Pon di dekat Posal Satrad TNI AL, Pria Laot dan Pulau Rubiah. Setelah itu tak pernah lagi ziarah.
Menjelang akhir penugasan maka Aku kuatkan hati untuk ziarah lagi di beberapa makam Aulia. Minggu, 26 Juni 2022, saat yang tepat menurutku. Waktu agak lenggang. Selama beberapa hari lalu kegiatan dalam dinas padat merayap. Untuk teman yang mendampingi Aku ajak anggota yang bernama Pak Marwan.
Pak Marwan merupakan anggota Pomal Lanal Sabang. Beliau sesaat lagi akan memasuki purna tugas. Berperawakan tinggi dan besar tubuhnya beliau sangat respek bila diajak ziarah. Rupanya beliau sering mendampingi rekan kerja dan para tengku yang ingin mengirimkan do'a untuk para Aulia Allah. Pilihanku tepat mengajaknya untuk bersama-sama ziarah.
Hari itu cuaca sangat bersahabat.Tidak terlalu panas dan juga tak terlalu mendung. Asyik pokoknya. Aku hubungi Pak Marwan dan mengukir janji. Usai salat dhuhur kami akan bergerak.Hampir saja rencana batal tatkala menunggu waktu salat Aku tertidur lelap. Mungkin efek lelah dari bermain bola, pertandingan persahabatan antara Samudera FC Lanal Sabang dengan Pemko Sabang FC masih terasa. Pertandingan ini merupakan pertandingan perpisahan diriku dimana beberapa hari lagi akan pindah tugas. Aku terjaga dan melihat jam pukul 14.00 WIB. bergegas bangun dan tegakkan salat duhur dengan sebelumnya menghubungi Pak Marwan agar meluncur kerumah.
Makam Aulia yang terletak di Tapak Gajah
Usai salat kami awali niat suci ke makam yang terletak di Tapak Gajah. Dari rumah jarak tempuhnya tidak terlalu jauh, sekitar 5 menit. Jalan yang dilalui agak sempit dan jika lewat mobil atau berpapasan maka harus ekstra hati-hati. Kami tiba pukul 14.18 WIB
Menurut pak Marwan makam yang terletak di Tapak Gajah adalah yang tertua. Tak ada identitas nama aulia tersebut. Asal diripun tak tahu. Makam yang sudah lanjut usia diarea makam ada pohon tinggi dan besar. Pohon tersebut pohon sejenis pohon kuda-kuda. daunnya hijau dan lebat dan cabangnya banyak. Sangat subur.
"Saya heran melihat pohon yang tumbuh di area makam Aulia. Pernah saya lihat pohon tersebut sudah gosong atau mau mati. Rupanya tumbuh subur dan menjulang tinggi, " jelas pak Marwan. "Bahkan saya pernah merasakan bulu ditubuh merinding saat berdo'a," tambah ceritanya.
Aku hanya mangut-mangat saja. Aku niat untuk berdo'a dan mengirimkan bacaan surah Yasin kepada Almarhum. Titik dan tidak ada lain. Tak lama Aku disitu dan kemudian lanjutkan tugas mulia.
- Makamm Aulia Syeikh Nasrullah Al-Junaidi Habsah dan Syarifah Siti Fatimah Al-Khadad Pakistan*
Perjalanan lanjut ke Jaboi. Jaraknya cukup jauh dari makam yang awal kami ziarahi. Makam kedua yang terletak di Jaboi.Sekitar pukul 14.45 WIB kami tiba. Aulia yang terdapat dimakam tersebut sepasang suami istri dari Pakistan (sesuai tertulis). Aulia Allah bernama Syeikh Nasrullah Al-Junaidi Habsah dan Syarifah Siti Fatimah Al-Khadad Pakistan.
Bangunan makam semi permanen dengan tegelnya berwarna putih. Makam tersebut dibangun seperti gazebo yang berkubah Mesjid. Agak terawat kondisinya. Makam terletak di sebelah kiri jalan menuju ke Jaboi dengan titik masuk dari Balohan.
Masih sekitar Jaboi, kami menuju makam yang ke tiga yang terletak arah menuju Gunung Berapi Jaboi. Untuk di ketahui bahwa di Pulau Sabang terdapat gunung berapi aktif.Jika kita menuju Sabang atau ke Banda Aceh, sebelum kapal beberapa saat merapat bisa kita melihat seperti asap putih yang keluar dan membumbung ke angkasa, maka itulah lokasinya. Maka pastilah ada air panas yang mengalir. Kami tiba di makam ini sekitar pukul 15.09 WIB.
Makam Aulia Syeh Hubaidillah Junaidi Al-Habsy
Makam yang terdapat Aulia Allah dan bernama Syeh Hubaidillah Junaidi Al-Habsy dibangun baik dan menarik. Pohon beringin besar yang bergandengan dengan makam tidak merusak makam yang ada. Bangunan menarik dibuat dengan seni ukir dan warna warni indah terkesan makam tersebut dirawat. Kami hanya mengirimkan bacaan Alfatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas dan dilengkapi dengan ayat kursi dan sebentar do'a.Hanya sesaat saja karen masih ada yang mau dituju.
Kami terus melangkah. Waktu ashar setengah jam lagi tiba. Makam yang terletak di pinggir laut sasaran selanjutnya. Angin laut sangat terasa. Sengatan mentari masih mampu diterima tubuh. Deburan ombak bergumul kencang. Berputar arus tak karuan.
Makam Aulia Tengku Gampong Beurawang
Sekitar pukul 15.24 WIB kami tiba di makam yang ke empat, yaitu makam keramat Ujong Tengku Gampong Beurawang Kecamatan Sukakarya. Sesaat kami berhenti dan berdo'a di makam yang sederhana bangunannya. Bangunan yang kurang terawat tanpak terlihat. Catnya terkelupas dan asbesnya mulai rentan rusak. Namun untuk bangunan makam sudah bagus dengan keramik putih mengakar. Saat itu ada beberapa warga yang bekerja membuat sesuatu bangunan secara bersama-sama.
Sepasang Ayam Kalkun di jalanan
Sasaran selanjutnya ke Pria Laot. Baru sesaat kami berjalan, sepasang ayam kalkun berkeliaran di jalan. Kami klakson malah dijawab dengan suara khususnya.Seumur di Sabang baru kali ini melihat kalkun.Hiburan nyata tanpa dipungut biaya. Beraneka macam makhluk ciptaanNya.
Menuju Pria Laot membutuhkan waktu setengah jam dari tempat bertemu sang kalkun. Kami harus berputar menuju arah ke Iboih. Jalan yang mendaki dan menurun serta berkelok wajib dilalui. Luar biasanya jalannya mulus dan terdapat cat putih dan kuning. Cat putih di sisi kanan dan kiri serta cat kuning ditengah jalan.
Aku mengejar waktu dan semoga sebelum asar tiba. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 30 menit. Terbukti dari pukul 15.24 WIB setelah kami meninggalkan Gampong Beurawang, kami tiba di pria laot pukul 16.05. Tiba disana kami tidak langsung ziarah. Istirahat sejenak minim kopi dikedai warga. Nikmat sekali apalagi ada tape sebagai pelengkap. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?. Demikian Allah ingatkan sebanyak 31 kali kepada sang insan yang tertera di surah Ar-Rahman.
Makam Aulia Tgk. Chik Pria Laot
Tak lama menyeruput kopi Aku masuk kedalam bilik makam salah satu Aulia.Aku pernah kemari beberapa bulan silam.Saat itu Lanal Sabang mengadakan kegiatan bersih-bersih pantai. Aku hanya kirimkan Al-Fatihah saja dan tidak sampai masuk karena fokus untuk kegiatan.Aku niatkan suatu masa Aku akan kemari lagi ziarah resmi. Niat tersebut hari ini terealisasi yaitu masuk kedalam makam Aulia Allah Tgk. Chik Pria Laot dan mengirimkan do'a. Bangunan yang semi permanen berada dipinggir pantai dalam kondisi biasa saja. Aku berdo'a dengan khusuk. Makamnya biasa saja.Hanya gundukan batu nisan diselimuti kain putih dan terlingkar tasbih berwarna hitam. Ketika Aku ziarah waktu ashar belum tiba. Usai ziarah sejenak bersilaturahmi dengan warga. Hanya sesaat karena waktu Ashar sudah beberapa menit berlalu. Mesjid yang disamping jalan dekat pertigaan jalan masuk ke Makam tidak mengumandangkan azan.
Kami pamit. Sebelum melanjutkan ziarah ke makam terakhir salat asar tegakkan terlebih dahulu. Berdua pak Marwan kami mendirikan salat secara berjamaah.Aku tak tahu ini Mesjid atau Meunasah. Karena tidak ada papan nama diluar. "Ini Mesjid Palaksa, "kata Pak Marwan. "hanya ada satu mesjid disekitar kampung ini, " tambahnya memberi info.
Mesjid di Gampong Pria Laot
Aku melihat mesjid ini belum terawat rapi. Mesjidnya tampak ada bangunan yang retak. Catnya memudar dan ada asbes yang rusak. Rumput diluar panjang. Gapura mesjid catnya pudar. Perlu semangat mengurus mesjid.
Kumpulan Monyet Hutan
Salat Ashar telah selesai didirikan.Kami lanjut keperjalanan terakhir. Mobil menuju arah ke Iboih. Ada jalan pendakian tajam yang perlu hati-hati membawa mobil. Agak sedikit licin karena bumi Sabang baru saja diguyur hujan. Sedang asyik mengemudi mata memandang puluhan monyet hadir disisi jalan. Aku berhentikan sejenak mobil mengabadikan momen ini. Aku tak bawa apa-apa di mobil. Kisah ini mirip perjalanan ketika melewati Gunung Seulawah maka salah satu pemandangan adalah para kelompok monyet yang berseleweran seputar sisi jalan. Ada yang tua lagaknya seperti pimpinan rombongan. Ada juga monyet berjenis betina mengendong bayinya. Asyik dan lucu menikmati suasana.
Kami lewati dengan santai. Mobil terus melaju mengejar waktu. Matahari mulai pelan cahaya bersinar. Perlahan akan tengelam. Pak Marwan kali ini bingung jalan menuju lokasi makam yang hendak dituju. Kami lewati jalan pintas dan akhirnya tanya sana sini sama warga. Kami bergerak melewati jalan yang semakin sempit. Hanya satu mobil bisa lewat. Kalau papasan ada mobil lain pastilah repot untuk manuvernya.
Sepanjang jalan kami lewati tak ada mobil lain. Sepi dan hanya diselimuti hutan serta ditengah jalan banyak ranting pohon yang jatuh berserakan. Aku jumpa dengan anak muda yang pernah main bola bersama. Aku tegur dan beliau berhenti serta Aku tanya info tentang lokasi makam. Bahkan kami bisa hadir disalah satu resort ditengah hutan yaitu Fieresort Iboih Sabang.
Fieresort Iboih Sabang
Pak Marwan mampir dan bertanya untuk mencairkan kebingungannya mencari lokasi. Beliau masih belum mendapatkan jawaban karena yang ditanyakan tidak tahu. Kami lanjut dengan penuh tanda tanya. Mungkinkah akan berjumpa makamnya? Mobil terus berjalan menyisiri jalan kecil. Rupanya tanpa diduga jalan yang kami tempuh benar mengarah ke lokasi salah satu makam aulia 44, yaitu Komplek Makam Aulia Keramat Sabang Tgk. Paya Dua yang terletak di Gampong Iboih.
Makam Aulia Tgk. Paya Dua di Gampong Iboih
Tiba di makam langsung berdo'a. Melihat makam tersebut miris hati. Aku tak tahu yang mana kepala dan kakinya jasad Aulia yang terkubur dibawahnya. Apakah sudah tertimbun oleh akar pohon yang tumbuh besar nan tinggi. Kondisi makam tidak terawat.Mengapa begini? Pamplet yang tertulis dan terpajang sudah berkarat serta tak jelas tulisannya. Perlu perhatian serius sehingga makam ini bisa menimbulkan daya tarik wisatawan untuk melaksanakan ziarah religius. Ziarah yang tidak merusak nilai aqidah.
Selesai ziarah Aku langsung pulang karena mengejar waktu agar tidak terlambat menyongsong magrib. Akhirnya di penghujung dinas Aku dapat ziarah kebeberapa makam Aulia yang tersebar di Pulau Sabang. Walau hanya beberapa saja namun setidaknya do'a baik sudah tercurah. Untuk yang infonya Aulia lainnya dan belum diziarahi maka kalam ilahi, Lahul Al-Fatihah yang Aku kirimkan.
Ini maksudnya apa bang
apanya ya