Bagian II Kisah Kelamin Raja Lima Belas Pengawal Usung
Dipisahkan dari yang lain, Puteri Hamidah jadi sering bermenung. Ia ingat kekasihnya. Di manakah dia sekarang? Apakah dia juga tewas sebagaimana para perwira lain? Dari mana ia bisa mendapatkan keterangan tentang Abdullah?
Kalau ia bertanya pada pangeran itu, tentu ia akan ditanya, siapakah laki-laki itu? Kalau ia menipunya? Hm . . . Kalau ia mengungkapkan yang sebenarnya?
Baiknya yang tahu dulu sifat pangeran itu. Jelas pangeran itu menyukainya.
Saat Kerajaan Panai diserbu Kerajaan Asyi, Komandan Pasukan Berani Perang yaitu Abdullah sedang bertugas mencari bantuan ke negeri seberang. Saat ia tiba di negeri tersebut, kabar serbuan itu tiba di telinganya dari pedagang-pedagang Gumar. Mereka sempat melabuhkan kapal dari Kerajaan Panai karena karena izin blokade Kerajaan Asyi dibuka untuk para pedagang asing.
"Tuan jangan pulang dulu," kata Amar, Komandan Pengawal Raja Kerajaan Sunka ketika Abdullah menerima kabar itu dari warung kopi dekat istina.
"Mengapa Tuan berkata begitu. Aku tak bisa membiarkan Panai tumpas oleh Asyi terkutuk itu!" Komandan Abdullah. Ia geram dan memukul meja depan mereka seraya berdiri.
Komandan Amar ikut berdiri dan menatap tamunya. "Dengarlah Komanda Abdullah. Kami sedang menunggu keputusan Raja kami mengenai pengiriman bala bantuan ke Panai."
"Sahabatku," ujar Komandan Abdullah dengan wajah mohon maaf," aku tahu kalian sahabat baik kami. Maafkan sikapku. Aku tak bisa duduk diam di sini sementara di sana, ribuan orang di sana membutuhkanku."
Melihat laki-laki muda berbadan tinggi, berambut gelombang dan bermata lebar itu, Komandan pun memutuskan segera memghadap Raja Sunka.
Ia mengatakan keputusan itu kepada sahabat di depannya dan mereka pun berangkat ke istina.
Di istana Kerajaan Sunka, Raja Sunka Yang Mulia Padaku Adabur sedang membicarakan bantuan bala tentara kepada Panai.
"Biarkan saja Paduka. Sejak dahulu, siapa yang kuat dialah yang menang. Menurut saya demikian, meskipun Sunka dan Panai punya hubungan kekeluargaan."
Menteri Perang Dalimna sejak dulu tidak menyukai Panai. Sebabnya karena bibi Raja Sunka adalah kekasihnya. Tapi untuk mengikat hubungan yang lebih kuat, bibi Raja Sunka yang sekarang diberikan kepada Raja Panai sebagai salah seorang istri. Dan Raja Adabur tahu di balik kata-kata menterinya itu.
https://steemit.com/hive-133935/@gabrielmiswar/kiah-kelamin-raja-lima-belas-orang-pengawal-usung
"Tapi Menteri Dalimna, bagaimana pun Raja Panai masih keluarga ada hubungan kekeluargaan dengan Kerajaan Sunkha."