The Diary Game (5 Juni 2024): Tentang Dosenku

in Steem SEAlast month

IMG_20240605_100733.jpg

Kejadian mati lampu selayak yang terjadi kemarin terulang lagi dengan jam-jam yang relatif sama. Saya kembali terbangun dengan rasa gerah yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kali ini rasa gerah tersebut kian mengganggu karena hawa panas yang luar biasa.

Dalam dua hari ini, Banda Aceh dan sekitarnya senantiasa diterpa terik dan tak setetespun pancaran hujan sempat turun. Saya meraba-raba sekeliling, mencari lampu emergency yang memang sudah saya sediakan sebelumnya untuk berjaga-jaga. Dengan sigap saya memasangkan fitting gantung di lampu tersebut dan menjadikannya alat penerang di malam gelap nan sepi ini.

Lolongan doggy dari luar jendela menjadi teman melanjutkan tidur di waktu dini hari. Kali ini suaranya tidak begitu menggelegar dan hanya berlangsung selama beberapa saat saja. Lampu darurat yang barusan saya hidupkan akan merangkap fungsi sebagai senter guna menjadi penuntun menuju ke toilet. Kebiasaan baru saya adalah mules dulu sesaat setelah bangun tidur. Sebuah kebiasaan yang datang dari kerja alam bawah sadar yang berpola sekaligus cara makan saya yang awut-awutan belakangan ini. Tak peduli bangun jam berapa, hal yang pertama saya lakukan adalah pup lebih dulu.

Pagi nanti saya akan bersiap-siap menuju ke kampus untuk menemui petugas akademik di mana saya meletakkan transkrip nilai terakhir kalinya. Kabarnya dari teman-teman yang sudah melakukan hal serupa, butuh waktu dua harian untuk mendapatkan tanda tangan wakil dekan jika melalui alur birokrasi akademik, jadi ada kemungkinan hari ini sudah bisa diambil.

Tapi… yang namanya birokrasi sudah pasti tidak lepas dari prosedur-prosedur baku yang harus dipatuhi atau tidak sama sekali. Kalau tidak satu ya nol. Kalau tidak patuh ya get out. Benar saja ketika saya sampai di sana, lembaran yang saya serahkan dua hari lalu masih tergeletak di tempat yang sama bersamaan dengan puluhan lembar berkas milik mahasiswa lain. Saya menghampiri salah satu petugas akademik yang menerima berkas transkrip saya dua hari lalu, seorang ibu berwajah jutek dengan kaca mata bold. Dengan sopan saya bertanya, kok, tidak ada selembar pun dari transkrip saya yang ditandatangani wadek 1.

Tatapan jutek petugas itu seakan sudah menyerocos lebih dulu sebelum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Ternyata, sebelum mendapatkan tanda tangan wakil dekan, harus meminta tanda tangan dosen wali terlebih dulu. Tidak boleh ada yang mendahului kecuali jika jabatannya lebih tinggi.

Oh, okay. Saya mengambil empat lembar transkrip dan keluar dengan rasa kecewa. Kenapa petugas di sana tidak memberi tahu saya sejak awal. Saya mencari tahu ke beberapa teman yang juga ikut mendaftar magang, sayangnya mereka juga tidak tahu menahu tentang prosedural ini. Saya menyarankan teman-teman lain untuk ikut mengecek berkas mereka di biro akademik, jangan-jangan nasibnya sama seperti berkas milik saya, hanya saja mereka belum tahu.

Saya mengira-ngira, ini sudah hari Rabu, berarti masih ada kemungkinan transkrip ini akan saya upload esok kalau saja tanda tangan dosen wali saya dapatkan hari ini. Jari-jari saya gercep mengetik pesan ke Pak Bukhari, sang doswal, melalui aplikasi perpesanan WA.

“Assalamu’alaikum, Wr.Wb. Dengan hormat… (Blablabla),” begitu kira-kira format pesan yang saya kirim, berikut dengan seribu puja-puji lain agar beliau bersedia untuk menandatangani transkrip nilai saya.

IMG_20240605_140505.jpg

Beliau jawab, “Saya sedang di warkop ****, ayo kita ngopi.”

Saya berpikir ulang keputusan saya untuk mengirim pesan ke beliau tadi. Bukan apa-apa, sih, hanya saja saya harus menempuh jarak Darussalam-Batoh jika ingin menemui beliau saat ini juga. Dengan kecepatan sedang bisa memakan waktu sekitaran 30 menit, dan 20 menit kalau mau ngabrut, eh ngebut maksudnya.

Bagaimanapun Pak Buk, beliau para mahasiswa memanggilnya, adalah orang yang kepalanya dipenuhi ide-ide out of the box. Dia dikenal sebagai dosen yang paling menguasai seluk-beluk teori sosiologi dari berbagai paradigma, baik di kalangan mahasiswa maupun sesama dosen lainnya. Pun dengan para pengajar lain yang bahkan menjadikannya guru dalam memperdalam teori mereka. Dengan kata lain Pak Buk adalah suhu-nya para suhu.

Kedalaman ilmunya tidak pernah menjadikan beliau tinggi hati. Tidak sama sekali. Bagi orang yang tidak mengenalnya, mungkin Pak Buk cenderung terlihat biasa-biasa saja atau malah cenderung invisible. Saya adalah salah satu mahasiswa yang beruntung banyak berinteraksi dengan beliau, terutama dan hal riset dan publikasi.

Beberapa kali dalam penelitiannya saya diajak untuk menjadi tim pengambil data, sementara beliau sendiri telah beberapa kali menjadi dosen pembimbing dalam beberapa penelitian yang telah saya lakukan, baik dalam lomba-lomba KTI ataupun esai.

Kali ini, satu-satunya yang ditakutkan adalah kalau sudah nongkrong dengan beliau, kecil harapan untuk kembali lebih cepat karena saya akan terlena dengan diskusi-diskusi tak berujung. Sedangkan rencana awal saya saya harus segera kembali ke kampus setelah mendapatkan tanda tangan beliau, agar berkas-berkas ini segera diproses oleh pihak akademik.

Salah besar jika saya mengira akan kembali lebih cepat. Kami berdiskusi banyak hal usai beliau membubuhi tanda tangannya pada kertas-kertas ringkih yang ada. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk meminta pendapatnya terkait kegiatan magang yang sedang dalam proses pendaftaran ini. Saya menunjukkan perusahaan mana saja yang menurut saya menarik untuk di-apply beserta posisi yang diminta.

IMG_20240605_152614.jpg

Ada satu hal yang masih menjadi dilema bagi saya saat ini. Tentang kegundahan untuk memilih melanjutkan semester 5 dengan aktivitas magang atau mengambil mata kuliah seminar proposal. Pak Buk mengungkapkan pendapat yang tidak berat sebelah, artinya jika pun ingin ikut magang terlebih dahulu, upayakan untuk mengambil data dari perusahaan tempat magang agar proses penyusunan skripsi.

Pada kesempatan ini saya juga meminta maaf pada Pak Buk atas “kaburnya” saya beberapa waktu lalu dari peredaran. Di semester tiga lalu saya pernah menolak ajakan beliau untuk ber-partner dalam prosiding dan diseminasi, padahal saat itu saya ditawari menjadi first author sekaligus pembicara dalam seminar berskala internasional. Biaya pendaftaran yang saat itu berkisar ratusan dollar pun beliau siap untuk provide, namun apalah daya saat itu saya masih merasa sangat-sangat inferior dengan kemampuan diri sendiri.

Saya mengungkapkan kebenaran bahwa saat itu saya merasa belum pantas untuk ikut serta dalam ajang internasional disebabkan kapasitas yang masih sangat rendah. Saya tidak ingin membuat beliau rugi lebih banyak jika nantinya hasil yang saya tunjukkan tidak cukup memuaskan.

Usai berdiskusi tentang rencana-rencana ke depan dan mengungkapkan penyesalan-penyesalan, saya memutuskan untuk pamit pada doswal saya. Waktu sudah menunjukkan pukul 4.30, yang artinya saya tidak berkesempatan untuk kembali ke kampus lagi. Para sobat filsuf mengajak nongkrong di base camp dan seketika itu juga saya iyakan. Peng-iya-an ini bukan berdasar pada alasan bahwa saya gila hiburan atau karena kenakalan ultimate, melainkan tadi saya dapat kabar dari house mate bahwa listrik di rumah masih padam dan jaringan internet mulai hilang-timbul.

IMG_20240605_160702.jpg

Sesampainya di lokasi, yang saya dapatkan hanya meja dan kursi kosong tanpa ada yang mengisi. Kali ini saya jadi personel pertama yang tiba dari yang lain. Sembari menunggu Sobat Filsuf menyusul, saya membuka laptop dan menyicil sebuah postingan diary game. Saya pikir warkop ini bagus untuk dijadikan tempat “balas dendam” untuk mengisi daya semua perangkat mobile yang saya bawa ke mana pun. Sampai saya menemukan bahwa di sini juga tak lepas dari bencana mati lampu.

Setidaknya suasana di sini lebih proper ketimbang di rumah…


haram untuk dicuri.png

Sort:  

Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.


curation-post.webp

We invite you to continue publishing quality content. In this way you could have the option of being selected in the weekly Top of our curation team.

 last month 

TYSM👏

 last month 

Pak buk nya sangat senang berdiskusi dengan mahasiswa imut dan pintar seperti anda. Sukses selalu untuk anda. Semoga cepat selesai urusan nya. Salam kenal

 last month 

Thank you very much for publishing your post in Steem SEA Community. We encourage you to keep posting your quality content and support each other in the community

DescriptionInformation
Verified User
Plagiarism Free
#steemexclusive
Bot Free
BeneficiaryNo
burnsteem25
Status ClubClub5050
AI Article✅ Original (Human text!)
I invite you to support @pennsif.witness to grow across the whole platform through robust communication at all levels and targeted high-yield developments with the resources available.

Click Here

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 58679.35
ETH 3155.04
USDT 1.00
SBD 2.44