The Diary Game (12 Juni 2024): Si Paling Politik

in Steem SEAlast month

IMG_0983.jpeg
Sepaket produk perawatan kulit wajah yang kupesan secara online terpantau hanya tersisa setengah setelah beberapa waktu lalu aku mengatur alamat pengirimannya ke Lhokseumawe. Ternyata oh ternyata pelakunya adalah orang dalam. Tapi aku ikhlas karena yang pelaku yang memakainya selama ini wajahnya sudah makin mulus.

Aku bangun dengan mata yang masih berat, tubuh terasa kaku karena semalam tidur sekeluarga di satu kamar dan aku hanya kebagian space yang sangat sempit. Maklum, semalam aku jadi orang terakhir yang tidur setelah semuanya. Tak biasa memang, tapi setelah sebulan lebih di perantauan, tidur sekamar jadi cara untuk mempererat ikatan dan melepas rindu. Di sebelah kiri, ada ayah yang masih mendengkur pelan, sementara ibu dan dua adik sudah bangun lebih dulu.

Di dapur, aku melihat ibu sibuk beres-beres, tapi tak ada tanda-tanda masakan baru. Tiba-tiba, Amru, si adik paling jahil berteriak, "Woy tetangga semua, mamak aku malas masak!" Sontak aku tertawa terbahak-bahak. Ibuku lebih ngakak lagi, dia sampai membalas candaan adikku dengan teriakan yang sama kerasnya, “Ini anak gak tau diri, woy! Sehari gak masak langsung ngamuk-ngamuk.”

Di meja makan, ada sisa dua potong ayam sambalado yang dimasak di hari sebelumnya, tapi sudah dihangatkan lagi pagi tadi. Aku menghabiskan kedua potong yang tersisa karena aku adalah yang terakhir belum sarapan.

Setelahnya ibuku lebih banyak menghabiskan waktu membantu persiapan acara aqiqah di rumah sahabatnya. Dia berperan sebagai juru masak utama, dan semua orang tahu betapa berbakatnya dia di dapur. Tak heran jika teman-temannya selalu memintanya untuk membantu ketika mereka bikin acara ini-itu.

Siang harinya, Dik Amru mengajak keluar ke warkop. Aku menolak karena cuaca masih terlalu panas. "Duluan aja, nanti aku nyusul bareng Khalis," kataku. Waktu sudah menunjukkan pukul empat, aku segera mandi dan bersiap-siap menyusul Amru di kopisyop langganannya, Station Coffee Premium.

Khalis yang tengah sibuk dengan mobile game-nya sulit sekali diajak keluar. Aku bahkan harus membujuknya berkali-kali. Akhirnya dia setuju untuk ikut, meski wajahnya menunjukkan rasa setengah sebal. Aku tahu persis dia bukan tipikal orang yang suka pergi ke tempat-tempat yang dipenuhi orang hedonis, sementara Amru kebalikannya.

Ketika kami sampai di Station Coffee Premium, aku menyaksikan adikku Amru duduk berdua dengan owner kafe yang juga merupakan bakal calon wali kota Lhokseumawe. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas adik laki laki tertuaku ini kini mulai ingin menggeluti dunia perpolitikan. Aku jujur takjub, bagaimana ada anak SMA yang bisa nongkrong dengan orang orang sekelas bupati dan pejabat lain. Kuakui juga dia adalah salah satu anak dengan kemampuan komunikasi perusasi paling apik yang kukenal.

IMG_20240612_205041.jpg
Aku dan Khalis memilih duduk di meja berbeda agar tidak mengganggu pembicaraan rahasia dua elit global itu. Aku langsung menyelesaikan tugas moderasi di komunitas, lalu mencoba membuat sebuah postingan. Lebih baik sedikit produktif daripada nongkrong tanpa tujuan jelas, pikirku. Beberapa saat kemudian, Amru pindah duduk ke meja kami setelah pembicaraannya selesai

Khalis mulai terlihat bosan seiring dengan semakin ramainya orang yang datang. Tadi dia asyik bermain gim online dengan teman-temannya, tapi sekarang semua teman-temannya sudah pada offline. "Aku lapar," rengeknya. Saat kutanya dia mau makan apa, dia bilang tak mau makan apapun yang bisa dipesan di sini, alih-alih ia minta dibelikan satu slice pizza yang dijual di toko roti yang tak terlalu jauh dari sini.

Aku minta Amru untuk keluar dan membeli roti yang diinginkan Khalis. Kuminta Amru membelikan tiga slices kalau dia mau, dan dua kalau tidak mau. Setelahnya, kami makan roti tersebut untuk menunda lapar. Amru juga berinisatif mentraktir makanan yang bisa dipesan langsung di coffee shop itu. Kami juga disuruh memesan minuman lagi olehnya. Senangnya hatiku malam ini.

IMG_20240612_194751.jpg
Pemandangan unik kembali kutemui saat sedang menyelesaikan postingan. Adik usilku kembali disamperin oleh owner Station Coffee dan mereka berbincang sejenak sebelum si bapak cabut lebih dulu. Usut punya usut, si owner meminta nomor WhatsApp Amru usil setelah sehari sebelumnya ia kehilangan nomer adikku di hape-nya yang lain. What the hell?!?!

Aku tak bisa berhenti tertawa melihat tingkah sok dewasanya. Bagaimana mungkin seorang anak SMA bisa begitu percaya diri dan persuasif? Mungkin jika tak kusaksikan langsung malam ini, cerita-ceritanya selama ini masih kuanggap bualan belaka. Aku mulai merasa ada kemungkinan dunia politik akan menantinya dalam beberapa tahun ke depan. Sejak SMP, dia sudah bercita-cita jadi politikus, dan membangun modal sosial sedini mungkin adalah langkah yang patut diacungi jempol.

Mungkin suatu hari nanti, aku akan melihat namanya terpampang di papan reklame besar dengan slogan kampanye yang catchy. Mungkin saja si paling politik ini bakal jadi pemimpin di masa yang akan datang. Nasib tak ada yang tahu…

Sort:  
 29 days ago 

Thank you very much for publishing your post in Steem SEA Community. We encourage you to keep posting your quality content and support each other in the community

comment

DescriptionInformation
Verified User
Plagiarism Free
#steemexclusive
Bot Free
BeneficiaryNo
burnsteem25
Status ClubClub75
AI Article✅ Original (Human text!)
I invite you to support @pennsif.witness to grow across the whole platform through robust communication at all levels and targeted high-yield developments with the resources available.

Click Here
 28 days ago 

Terima kasih

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 58679.35
ETH 3155.04
USDT 1.00
SBD 2.44