MP-46: Rumôh Raya Guruek Bajoe, Hana Thèe Droe Yöh Masa Muda

Selamat pagi steemian …

Perjalanan hidup manusia menjadi rute panjang lintasan sejarah, sarat dengan berbagai hal, persoalan dan “tragedi” masa lalu. Catatan-catatan itu bisa hadir kembali di ingtan kita masing-masing, atau bahkan ada yang terdokumentasikan dalam buku-buku atau album sejarah.

Bagi yang sudah memasuki usia tua, pastinya pernah mengalami masa-masa muda. Berbeda dengan mereka yang masih tergolong muda, tentu belum bisa merasakan dua masa/ keadaan tersebut.

Pada kedua masa dan orang-rang di dalamnya itu, tentu banyak pengalaman dan pelajaran yang tercipta. Pengalaman baik-buruk, susah-senang, pahit-manis, dan seterusnya, menjadi “karya” hidup masing-masing orang.

Namun yang paling penting adalah semua kita selalu mengingat-ingat apa yang pernah kita lakukan dan alami dulu. Lalu menjadikannya pelajaran dan pembelajaran bagi diri dan generasi setelah kita.

Rasanya kurang bijak ketika kita melihat kelakuan gerasi di bawah kita kemudian dikomentari negative atas berbagai prilaku dan pengalaman mereka. Bukan bermakna membiarkan mereka larut dalam pengalaman buruk.

^Sumber
Namun proses pembelajaran yang baik dari generasi tua ke generasi muda, jauh akan lebih bermakna dan konstruktif. Melalui sharing pengalaman baik untuk mereka teruskan, juga sedikit pengalaman buruk sebagai pembelajaran, bukan untuk diikuti.

Tidak perlu “mengajari” mereka yang muda-muda dengan “keangkuhan” kebaikan kita di masa lalu, dengan menafikan pengalaman buruk kita. Bahkan “tragedi" paling buruk yang pernah kita lakoni dulu. Ini sangat penting dalam memcoba memperbaiki masa depan.

Tidak seperti pepatah orang tua Aceh dulu yang mengatakan: ”Rumôh raya guruek bajoe, hana thèe droe yöh masa muda,”(rumah besar longgar baji/ pasak, tak tahu diri di masa/ waktu muda). Artinya, orang tua yang melupakan perbuatan-perbuatan mereka ketika masa mudanya, padahal mereka sendiri pernah berbuat seperti itu pada masanya.

Salam pagi dan tetap semangat,
@farizalm