My Experience Traveling During Pandemic Period in My Province

in Steem SEA4 years ago

IMG_20190611_120552.jpg


Dear Steemian friends

I have not been active here for a long time, today I am back active here and join my steemian friends around the world and Indonesian steemians in particular. Well, on this occasion, I will write my trip with my family.

Sudah lama saya tidak aktif di sini, hari ini saya kembali aktif di sini dan bergabung bersama teman-teman steemian di seluruh dunia dan steemian Indonesia khususnya. Nah, pada kesempatan kali ini, aku akan menulis perjalanan saya bersama keluarga.

Some time ago, my family and I traveled to the capital of Banda Aceh, the current condition of the province of Aceh post-social distancing was very uncomfortable to travel, along the way my family and I had to be checked several times in the sterilization post prepared by each district/city that I through.

Beberapa waktu yang lalu, saya dan keluarga melakukan perjalanan ke ibukota Banda Aceh, kondisi terkini provinsi Aceh paska social distancing sangat tidak nyaman untuk melakukan perjalanan, sepanjang jalan saya dan keluarga harus beberapa kali diperiksa di post sterilisasi yang disiapkan oleh setiap kabupaten/kota yang saya lalui.


© erika 1.jpg


From Lhokseumawe, there are at least 4 regencies/cities that I must pass to arrive in the capital of my province. Departed in the morning hoping to enjoy the atmosphere of the city of Banda Aceh in the afternoon, but this desire must be disappointed due to the time wasted only for inspection in several post-sterilization posts between districts/cities.

Dari Lhokseumawe, setidaknya ada 4 kabupaten/kota yang harus saya lalui untuk tiba di ibukota provinsi saya. Berangkat di pagi hari dengan harapan dapat menikmati suasana kota Banda Aceh di sore hari, namun keinginan tersebut harus dikecewakan akibat waktu yang terbuang hanya untuk pemeriksaan di beberapa post sterilisasi antar kabupaten/kota.


© erika 11.jpg

© erika 12.jpg


Bireuen Regency, and Pidie are two districts that implement Covid 19 security protocol very tightly, all passengers must come down and check their body temperature and luggage also sterilized there. In the other two regencies/cities we passed, we did not get any significant problems, just a quick glance and not too strict an inspection was carried out.

Kabupaten Bireuen, dan Pidie adalah dua kabupaten yang melaksanakan protokol pengamanan covid 19 dengan sangat ketat, seluruh penumpang wajib turun dan diperiksa suhu badan serta barang bawaan turut disterilisasikan disana. Di dua kabupaten/kota lainnya yang kami lalui tidak mendapatkan persoalan yang berarti, hanya sekilas saja dan tidak terlalu ketat pemeriksaan yang dilakukan.


© erika 5.jpg


Departing at 8:00 WIB, finally arrived in the city of Banda Aceh at 17:00 WIB, there were about 4 hours of time wasted during the trip due to inspection. Usually from my city to the provincial capital of Aceh, we only need about 6 hours, and it can arrive earlier if using a private vehicle. Arriving in the city of Banda Aceh, unfortunately, we did not bring a health certificate from the regional hospital, so that every inn visited refused our registration. This was a very unpleasant experience in making a trip during the COVID pandemic19.

Berangkat pukul O8.OO Wib, akhirnya tiba di kota Banda Aceh pada pukul 17.OO wib, ada sekitar 4 jam waktu terbuang selama perjalanan akibat pemeriksaan. Biasanya dari kota saya menuju ke ibukota provinsi Aceh, kita hanya perlu waktu sekitar 6 jam, dan itu dapat tiba lebih awal jika menggunakkan kendaraan pribadi. Tiba di kota Banda Aceh, sialnya kami tidak membawa surat keterangan sehat dari Rumah Sakit regional, sehingga setiap penginapan yang dikunjungi menolak registrasi kami. Ini adalah pengalaman yang sangat tidak menyenangkan dalam melakukan sebuah perjalanan di masa pandemi covid19.


© erika 6.jpg


To stay at our brother's house is also not allowed, the village head limits the time guests visit the capital, every village entrance is guarded by residents. Our brothers can only meet us at the village gate only for friendship. Finally, I chose to return to the city of Lhokseumawe that night, fortunately, my family and I had a chance to capture a few moments at the Baiturrahman Grand Mosque, the rest we went home feeling disappointed.

Untuk menginap di rumah saudara kami juga tidak diperbolehkan, kepala desa membatasi waktu tamu berkunjung di Ibukota, setiap pintu masuk desa di jaga ketat oleh warga. Saudara kami hanya bisa menemui kami di gerbang desa hanya untuk silaturrahmi. Akhirnya saya memilih untuk kembali ke kota Lhokseumawe malam itu juga, untungnya saya dan keluarga sempat mengabadikan sedikit moment di Mesjid Raya Baiturrahman, selebihnya kami pulang dengan rasa kecewa.


© erika 10.jpg


This is one of the most unpleasant experiences on a trip, so that I have chosen not to travel first before all conditions in the province of Aceh are stable. Instead of getting pleasure in vacation, even a wasted trip is obtained.

Ini adalah salah satu pengalaman yang sangat tidak menyengkan dalam sebuah perjalanan, hingga kini saya memilih tidak melakukan perjalanan dulu sebelum semua kondisi di provinsi Aceh stabil. Bukannya mendapatkan kesenangan dalam liburan, malah perjalanan yang sia-sia didapatkan.


© erika 1.jpg

© erika 3.jpg

© erika 4.jpg

© erika.jpg

THANKS FOR VISIT MY BLOG

BEST REGARDS

@ericha

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 58363.73
ETH 2484.43
USDT 1.00
SBD 2.39