The Diary Game - 20 Desember 2021 : Liburan Ke Takengon, Hari ke 1

Akhir tahun adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, dimana pada bulan 12 ini banyak orang memiliki kesempatan untuk berlibur ke tempat wisata. Menghilangkan pikiran jenuh yang telah lama bersarang di otak. Setiap orang memiliki tempat yang ingin mereka tuju, termasuk diriku yang memutuskan untuk menghabiskan liburan tahun ini di dataran tinggi yang berhawa sejuk yaitu Takengon.

Pagi hari yang cerah sekitaran jam 08:00 Wib, kami sekeluarga yang beranggotakan 6 orang (ayah, ibu, 2 kakak perempuan, 1 abang laki-laki, dan diriku), berangkat ke Takengon dengan melewati jalur Simpang KKA (Gunung Salak). Jalur ini tentu sangat menghemat waktu dan jarak ketimbang kita pergi ke Takengon melewati jalan dari Bireuen.

Sepanjang perjalanan di gunung salak terasa sepi, mungkin dikarenakan masih terlalu pagi dan situasi jalannya agak sedikit berkabut dan menanjak. Di beberapa badan jalan pun masih dalam tahap perbaikan akibat longsor yang terjadi. Jembatan yang baru-baru ini dibuat pun masih harus dilakukan tahap perbaikan seperti pengaspalan jalan setelah jembatan tersebut yang masih terdapat tanah becek yang dapat mengakibatkan kendaraan tergelincir jika tidak berhati-hati.

Kami tiba di lokasi ± jam 12:00 wib, tepatnya di desa Paya Tumpi 1, kami bersilaturrahmi dengan salah seorang saudara saya yang telah lama tinggal di Takengon. Beliau adalah seorang petani kopi, dimana aktivitasnya sehari-hari adalah memanen, menjemur, mengiling, meroasting kopi dan menjualnya kepada konsumen. Tidak hanya mengolah kopi yang berasal dari kebunnya, dia juga seorang pengumpul kopi, dimana petani-petani kopi kecil lainnya menjual barang dagangan mereka (kopi) kepadanya.

Kami beristirahat sejenak di kebun beliau dengan ditemani secangkir kopi dan diiringin dengan canda tawa untuk melepaskan rindu. Beliau bercerita banyak tentang kopi, ada berbagai jenis kopi dan cara pengolahannya yang berbeda-beda, cara mengolah kopi menjadi beras kopi / bubuk yang siap dikemas dan dijual ke masyarakat, dan masih banyak lagi. Saya mendapatkan banyak sekali ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berkualitas dari beliau.

Tak lupa juga, untuk menjaga kebun lebih aman dan terhindar dari pencurian barang berharga, buah kopi dan lain-lain. Beliau memelihara 2 ekor anjing, satu jantan dan satu lagi betina. Dimana yang berwarna putih ialah jantan, anjing tersebut memiliki bulu yang indah dan sangat tebal, bersikap lebih tenang, dan hanya menggonggong saat merasa terancam / bahaya. Berbeda dengan betina, dimana anjing tersebut memiliki warna merah kecoklatan, bulu nya sedikit tebal dan rapi, dan bersifat sangat agresif daripada si jantan.

Sore harinya, kami beranjak untuk menikmati pemandangan yang ada di daerah takengon. Kami sekeluarga berkumpul untuk menentukan tempat wisata yang akan kami tuju. Setelah beberapa menit akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke cafe PANGMOED, yang tepat berada di kawasan Penarun, Kec. Linge, Kabupaten Aceh Tengah. kata saudaraku yang ada di takengon, disini terkenal dengan es cendol yang khas akan manisnya. Dimana gula yang dihasilkan adalah murni dari air nira pohon aren. Selain es cendol, ada juga makanan khas lainnya yaitu tape dari singkong. Namun sayang, ketika kami hendak membelinya, tape tersebut sudah habis terjual.

Tepat pukul 20:00 wib, kami beranjak kembali ke rumah untuk beristirahat dikarenakan rasa lelah yang sangat. Sepanjang perjalanan diselimuti oleh kabut dan gerimis hujan. Sesampai di rumah saudara, kami langsung mencuci muka dan kaki serta mengambil selimut yang sangat tebal. Di sini baik itu orang asli takengon maupun pendatang, tidur dengan menggunakan selimut yang tebal, hal ini dilakukan agar tubuh kita tidak kedinginan saat malam hari.