The Diary Game [March 18, 2021]: The Reunions and Forgetten Parties |

Bertemu dengan Bang Lubis, kawan semasa konflik bersenjata di Aceh. Meski sama-sama di Lhokseumawe, jarang berjumpa.

---

AKU memulai kegiatan hari ini agak lebih pagi karena mengajar mulai pukul 08.00 WIB. Meski secara online, aku selalu berusaha on time meski terkadang mahasiswa masuk terlambat. Dan aku juga tidak terlalu ketat dengan mahasiswa terlambat, mereka tetap kubolehkan masuk.

Untuk mengajar online mata kuliah Komunikasi Bisnis dan Negosiasi, aku memilih melakukan di kantor saja agar sekalian bisa mengisi abses finger dan lebih mudah untuk sekalian mengerjakan tugas-tugas kantor yang berkaitan dengan kegiatan kampus.

Aku menyukai mata kuliah ini karena komunikasi menjadi passion-ku. Sayangnya, perkuliahan harus dilakukan secara online karena mereka dari semester 6 dan 8. Sedangkan kuliah tatap muka hanya untuk mahasiswa semester 2 dan 4 saja.

---

---

Memulai hari dengan mengajar mata kuliah Komunikasi Bisnis dan Negosiasi.

---

Meski seperti yang dikatakan @darmawanbuchari ada keasyikan tersendiri kuliah daring, bagiku tetap lebih efektif kuliah secara tatap muka.

Hari ini ada pesta di rumah seorang pegawai Universitas Malikussaleh di Bireuen. Aku tidak bisa ikut karena mengajar, tetapi aku melupakan dua pesta lainnya di Lhokseumawe.

Pertama, pesta pernikahan keponakan kawan di Hotel Lido Graha. Dan kedua, pesta sunatan keponakan kawan juga di wilayah Panggoi, Lhokseumawe. Aku tidak ingat sama sekali dan baru sadar pada malam hari.

Dulu, semasa masih menjadi anggota KIP Aceh Utara, aku selalu diingatkan oleh pegawai di kantor bila ada kegiatan pesta dan kegiatan lainnya. Sejak nggak ada jabatan lagi, harus mengingatnya sendiri. Di tengah kesibukan yang sangat padat, itu sering terlupakan.

---

Mengirim peta untuk kawan yang pergi kondangan.

---

MALAMNYA, seperti biasa Bang Atha yang muridnya @radjasalman di MIN 3 Kutablang, meminta nasi uduk Berkah 82 di Lhokseumawe.

Tak disangka, di sini aku berjumpa dengan Bang Lubis. Di masa konflik bersenjata di Aceh, kami akrab karena aku sering konfirmasi berita sama Pak Letkol Suyatno, yang masa itu menjabat sebagai Komandan Kodim 0103 Aceh Utara. Bang Lubis adalah ajudan Pak Dandim tatkala itu.

Dari sekian banyak pejabat yang akrab denganku di masa lalu, baik yang sekarang sudah menjadi jenderal maupun yang sudah pensiun, Pak Yatno termasuk yang masih menjaga silaturahim sampai sekarang.

---

Selfie setelah mengajar online.

---

AKHIRNYA, kami berbagi kenangan tentang masa lalu yang membuat aku terlambat membawa pulang nasi Bang Atha. Kalau tidak teringat dengan nasi itu, mungkin bisa lebih panjang cerita kami.

Bang Lubis ternyata kenal dekat dengan pemilik Berkah 82 yang belakangan aku tahu namanya Mas Yadi. Dia asal Brebes yang terkenal dengan telur bebek asin dan bawang. Kami malah disuguhi teh hangat karena asyik bercerita.

Banyak pengalaman dan kisah aku dengan Bang Lubis. Kami berswafoto dan kemudian kukirimkan kepada Pak Yatno. Aku ingat ketika meliput PSSB Bireuen vs tuan rumah Persib Bandung, Pak Yatno yang masih aktif sebagai kolonel, waktu itu menjemputku dan mengajak makan.

Jadi ingat dengan sebuah kutipan; Kadang-kadang menjadi teman berarti menguasai seni waktu. Ada waktu untuk diam. Sebuah waktu untuk melepaskan dan memungkinkan orang untuk melemparkan diri ke nasib mereka sendiri. Dan waktu untuk mempersiapkan diri untuk mengambil potongan ketika persahabatan berakhir. – Octavia Butler

---

Membeli nasi uduk di Berkah 82 dan bertemu dengan Bang Lubis.

---