(Tidak) Penting ?

asiahaiss (75)🆙Delegator⭐⭐ [2,100sp]|Club5050in Steem SEA • 4 months ago (edited)

^{Bagi yang paham-paham saja °kendati penulis sendiripun terkadang "tan" paham}

Apakah penting(nya) menulis hal yang dianggap tidak penting padahal bisa jadi ianya penting tanpa landasan kepentingan apapun namun hanya butuh asas pemikiran yang kukuh bahwa hal tersebut berpunya ianya berkepentingan dalam hidup ?

Kalimat introgrative di atas terlampau lalu riweuh, carut-marut, krasak-krusuk, agak kiranya ia nyeleneh merta unclear berputar-putar bak spinning top yang lepas dari tangan seorang bocah ingusan di tengah lapangan. Padahal bisa jadi memang bermakna ianya iya atau bahkan tidak (penting ?).

Jelas saja menurut penulis sendiri itu semua tergantung dari sudut kacamata pembaca sebagai penikmat kata atau dengan kata lain paradigma arah mana kamu memandang lambat laun barangkali menyimpulkannya.

Entah ini memang sedikit atau mutlak bersifat selfish sebagai seorang penulis yang hanya penuh peluh rusuh ego bermain dengan lempar ruah aksara sebagai seorang logophile dengan zamin edennya.

^{Thanks for nothing means something}

(Image source by : pixabay.com)

Penulis ingat beberapa tahun lalu ada seorang Stand Up Comedy-an berpunya nama ianya Indra Frimawan. Laki-laki sedikit kurus jangkung santuy ini salah satu members Komunitas Stand Up Indo Jakarta Barat. Beliau dianggap memiliki taste komedi yang agak sedikit aneh & terkadang nyeleneh.

Namun ketika ditelisik lebih jauh dan dalam lagi, komedi Indra Frimawan mengajak audience berpikir sedikit keras jua cerdas guna mengasah & mengetahui makna dari setiap perkataan dan perkalimatnya. Tak ayal banyak dijumpai sarat makna (hidup) atau carita di bentala-Nya dari setiap isi komedi Indra.

Pabila beruntung, maka Anda akan segera dapat mencerna & menemukan maknanya begitu mendengar perkalimatnya. Lamun bila tidak, maka cukup dibutuhkan effort yang keras untuk loading ke arah mana Indra menggiring lagi mempermainkan (jalan) pikiranmu hingga terombang-ambing tak tentu arah, kadang hilang arah hingga lupa pulang, marah.

Tentu saja bukan tanpa alasan membahas komedian yang suah di lable “aneh” dalam tanda kutip tersebut. Six sense logophile felt that she is one frequency with this commedian. Terlalu baku jua kaku untuk jadi normal mankind.

Terkadang kita perlu melakukan hal yang kita °sukai (read : °nyentrik asik) pula mengalir saja bagai ”emas” di atas sungai tanpa perlu berpikir sejadi-jadinya apakah orang akan paham segera atau paham nantinya atau bahkan mungkin tidak sama sekali.

Atau barangkali suka atau tidaknya, benci atau cintanya, ciamik atau lebih ke edannya, selama engkau masih bisa menjadi diri sendiri, belakang hari pasti jua kau temukan jati diri tanpa perlu verivikasi kanan kiri lebih -lebih sana apalagi sini.

Yazz, karena demikian perihal tersebut bisa jadi ianya nantinya akan mengungkung batasan daya berpikir logophile untuk menulis sejadi-jadinya.

Selama aturan main masih dalam penjaga’an gawang, aksara brutalmu nir barbar, tan menyinggung unsur SARA atau menyiksa lara anak Adam pula Hawa, lanjut terjangkan saja toh samudera juga tak jua pernah bosan henti muak mual ianya menjadikan bena sebagai intim karib lokanya meski sesekali bagaskara menepi tuk panggil genit pamit pulang sepulang sambekala di ujung garis cakrawala sana.

So, apakah tulisan ini masih terlihat tidak penting ? Atau bahkan memang tidak penting ? Atau bahkan memang dianggap tidak penting ? Atau apakah ianya berpunya kepentingan ? Atau posibility berkepentingan bagi mereka anasir yang penting ?

”Mboh, ra genah. Tak muleh sek, kulo arep tilem neng omah...”