The Diary Game (Jum'at, 02/04/2021): Jum'at Agung Bagi Umat Islam, Juga Untuk Kristen Dan Katolik

^{Sidang jama'ah Jum'at sedang kusyuk memanjaatkan doa yang dipandu oleh Imam usai salam, di Mesjid Al Hikmah Keude Cunda. (Dokumentasi pribadi)}

Jum'at pagi, saya tidak ingat lagi bangun pukul berapa. Saya hanya ingat, segera salat subuh setiap bangun pagi karena itu adalah kewajiban paling wajib dilakukan oleh seorang muslim sebelum memulai aktifitas lain setelah bangun pagi. Lagian Almarhum Abu saya—ayahnya Mak saya—semasa hidupnya sering berpesan, "jangan pernah tinggalkan salat subuh kalau tidak mau jadi manusia kaplat."

Mengingat Jum'at 2 April hari libur nasional karena perayaan Paskah bagi umat Kristen dan Katolik, saya bisa bersantai tanpa harus mengantarkan anak-anak ke sekolah. Tapi dibilang santai tidak juga, karena istri minta tolong saya bilas kain cucian. Ya begitulah, soal cucian kami berdua terbiasa berbagi tugas. Dia yang mengurus kain kotor ke mesin cuci, saya yang bilas, dan dia dapat bonus tambahan mengurusi jemuran.

Usai beres-beres perkara cucian, mandi, sikat gigi, berpakaian anak soleh, dan menyisir rambut tanpa diminyaki, saya bergegas menghidupkan skuter dan menuju Warkop D'Brunei untuk ngopi pagi. Ngopi pagi adalah aktifitas rutin yang tidak bisa saya tinggalkan. "Kalau pagi belum kena kopi, alamat mulut terasa reuhang. Lebih baik tidak sikat gigi ketimbang tidak ngopi pagi, " saya teringat ucapan Cupo Khadijah, tetangga saya di kampung.

Tiba di Warkop D'Brunei, ternyata kolega saya @abduhawab juga ada di situ. Kami mengobrol banyak soal aneka koin crypto mana yang bagus untuk investasi. Juga cerita nostalgianya sewaktu masa gegap gempita berSteemit antara tahun 2017-2018. Suara berisik pintu besi yang ditutup oleh pelayan warkop menyudahi obrolan kami. Kami bubar, pulang ke rumah masing-masing.

Di rumah, saya menemukan anak-anak sedang bersiap-siap hendak ke mesjid untuk menunaikan salat Jum'at. Awalnya, saya ingin mengajak anak-anak untuk salat Jum'at di Mesjid Jamik Kandang.
Tapi anak-anak saya tidak ada yang mau, mereka inginnya salat Jum'at di Mesjid Al-Hikmah, Keude Cunda. Usai keduanya menyalami umminya, kira-kira pukul 12.20 kami bertiga bergegas menuju mesjid dengan menunggangi Beat Merah, kendaraan dinas kesayangan saya.

^{Sidang jama'ah Jum'at sedang kusyuk memanjaatkan doa yang dipandu oleh Imam usai salam, di Mesjid Al Hikmah Keude Cunda. (Dokumentasi pribadi)}

Usai mengakhiri salat jum'at dengan salam, setelah berzikir alakadarnya, saya bangkit dari duduk tanpa mengikuti imam yang tengah membacakan doa. Saya naik ke lantai dua mesjid untuk mengabadikan momen saat sidang jama'ah Jum'at sedang kusyuk memanjatkan doa untuk bahan dokumentasi diary game.

Setibanya di rumah, rupanya istri saya tidak sempat masak siang. Saat hendak keluar buat beli nasi bungkus, anak-anak minta ingin makan di luar. Saya dan ummi mereka menyanggupinya. Kami makan di sebuah restoran yang menyediakan menu khas daging asap.

^{Syamil dan Maher, dua putera saya sedang asyik mengobrol sambil menunggu daging asap berasap dibawakan oleh pramusaji. (Dokumentasi pribadi)}

Sebelumnya saya sudah pernah mencium aroma kuliner daging asap ketika berkunjung ke ibukota propinsi tetangga. Hanya saja saya tak berani mencobanya, karena daging yang disediakan di sana adalah daging babi.

Sementara di restoran lokal di sini, daging yang disediakan adalah daging sapi, 100% halal buat dikonsumsi oleh umat Islam. Anak-anak saya makan daging asap dengan cukup lahap, tapi saya sendiri barangkali karena lidah apa gampong hanya makan sedikit karena tak tahan dengan bau asap yang bikin mulut saya terasareuhang bukan buatan. []

---

Alhadulillah, puji syukur kepada Tuhan yang masih memberikan kekuatan sehingga dua jempol tangan saya ini masih sanggup mengetik walau sudah mengantuk berat.

Lhokseumawe, 2 April 2021

@akukamaruzzaman