VOC Kembali ke Aceh?

in #history6 years ago

VoC_steemit.jpg

Usai shalat jumat kami bertolak lagi hingga tiba di Calang, persisnya di Komplek Pertokoan Pemkab Aceh Jaya. Seorang anak muda "menggiring" kami untuk menuju warung yang bersisian dengan jalan. Di situlah saya melihat logo VOC.

"Sudah berapa lama ada VOC di Calang ini?"
"Masih baru, belum terlalu lama."

Voc_risman.jpg

Pada logo VOC tertulis angka 1602 - 2018. Jikalau saja ini angka periode yang merujuk kepada kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) maka sungguh periode yang panjang, 416 tahun.

Entah kenapa pemilik warung mengambil nama Serikat Dagang Belanda dengan membubuhkan periode yang lebih panjang dari periode sesungguhnya VOC ada di negeri ini.

Rasanya periode itu seperti sebuah satir yang pahit, persis seperti rasa kopi tanpa gula. Saya menangkap pesan sindiran, seakan hendak berkata, Aceh belum lepas dari politik ala VOC, bersebab selalu terjebak dalam politek peuglah pucok droe. Benarkah?

Hok_canton_steemit.jpg

Drama Hok Canton

Saat menuju Kota Calang, saya sempat kembali ke masa lampau kala melintasi Rigaih, Aceh Jaya. Dahulu kala, Kapten Hansen tergoda hadiah harga kepala Teuku Umar sebesar 25 dollar. Hansen menyusun siasat dagang untuk menjebak Teuku Umar naik ke kapalnya, Hoc Canton.

Tapi, Umar tahu siasat licin Hansen. Setelah mengirim tim kepung, Umar menuju kapal Hok Canton dengan Kapal Eagle. Setiba di Hok Canton terjadilah drama saling sergap. Hansen yang sudah terkepung mencoba lari, tapi akhirnya tewas tertembak.

Singkat cerita, uang hadiah dari Belanda untuk kepala Teuku Umar justru terpaksa diberikan kepada Teuku Umar untuk menebus para sandera. Kapal Hok Canton dibolehkan keluar dari Teluk Rigaih, namun tersangkut kembali di Lhok Geulumpang. Kapal perang Belanda murka, dibakarlah Lhoek Geulumpang dan Rigaih.

IMG_20180422_133115.jpg

Warung kopi VOC bisa jadi hanya sebuah nama. Tapi Vereenigde Oostindische Compagnie bukan sekedar nama tapi juga catatan sejarah silam. Di Aceh. VOC disebut pernah mengikat perjanjian dengan raja Aceh, raja sebelum Iskandar Muda.

Alkisah, dari arsip yang oleh sejarawan disebut arsip De Jonge, tercatatlah sebuah perjanjian VOC dengan Aceh, dan itu terjadi pada 17 Januari 1607, tahun-tahun VOC lagi sangat bergairah. Menurut para pencatat dan penyuka sejarah, perjanjian 11 butir itu (bukan UUPA ya), berat sebelah. Ukurannya, menurut prediksi sejarawan, jika perjanjian itu terlaksana, maka ibukota Indonesia saat ini bukan Jakarta, tapi Aceh.

Perjanjian yang menguntungkan VOC itu terjadi karena saat itu intrik politik melemahkan Aceh dalam menghadapi tekanan asing. Jadi, ketika ada rayuan ingin membantu maka lupa diri negeri jadi dikuasai asing. Apa di Steemit ini ada gejala asingisasi akibat intrik di dalam negeri?

Tentu saja tidak ada salahnya berkerjasama dengan asing. Aceh juga punya catatan kerjasama nan luas dengan berbagai negara. Tapi, itu semua terjadi bukan karena ingin mendapat untung sendiri-sendiri, atau istilah Hasan Tiro nafsi-nafsi, melainkan untuk apa yang oleh pemimpin dari family di Tiro itu disebut sebagai national interest. Kalau untuk sendiri-sendiri, pantas warung VOC di Calang disebut sebuah deklarasi satir bahwa VOC sudah kembali. Kalau sudah begitu akankah drama Hok Canton akan terulang kembali?!

Keterangan: Foto kapal Hok Canton dan Teuku Umar di foto dari Buku Piasan Raya, terbitan 1996

Sort:  

Sejarah kelam bangsa, semoga menjadi pembelajaran untuk kedepan.

Hok canton masih bisa jalan bang? Gimana kalau sesekali kita berlayar di Selat Malaka itu! Ha ha ha ha

postingan yang bagus senior @rismanrachman

Menarik, abang memang kuat dalam menghubungan suatu kisah dengan kisah lainnya. Menyatukan suatu pertiwa dengan cerita lain berbalutkan data dan informasi yang akurat.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 62864.56
ETH 2538.87
USDT 1.00
SBD 2.93