TEUNGKU ABDUL WAHAB SEULIMUEM (1898-1966) Pejuang dan Negarawan Sejati
Tungku Abdul Wahab yang lahir pada tahun 1898, anak dari seorang kepala desa (keuchik) di kampung Buga kecamatan Seulimum Aceh Besar. Tungku Abdul Wahab adalah orang yang tegas, jujur dan berani terhadap penjajahan Belanda waktu itu.
Pendidikan Tungku Abdul Wahab pertama sekali di Governement Inlandscheschool pada tahun 1908 sampai 1913 Seulimuem dan lulus dengan hasil yang sangat baik. Kemudian melanjutkan pendidikan di Dayah Jeureula kecamatan Sukamakmur kabupaten Aceh Besar dari tahun 1913-1925. Selama di Dayah dia banyak belajar Bahasa Arab, fiqh, tasawuf, tauhid, sejarah, hadits dan tafsir sehingga menjadikannya ulama yang sangat disegani pada waktu itu. Untuk memajukan lembaga pendidikan Islam, Tungku Abdul Wahab menawarkan konsep pembaharuan sistem pendidikan Islam, seperti dengan membuat ruang kelas belajar di lembaga pendidikan Islam, menggagas berdirinya koperasi di Dayah serta membuat organisasi pelajar di Dayah. Tungku Abdul Wahab belajar di Dayah selama 12 tahun dan kemudian dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan ijazah untuk mendirikan Dayah.
Dayah memaikan peran yang sangat besar ketika Belanda datang ke Aceh, ulee balang sangat kewalahan dalam menghadapi penjajahan Belanda, oleh karena itu ulama diminta untuk bersatu dalam pergerakan melawan penjajah. Tungku Abdul Wahab diminta oleh Panglima Polem ketika itu untuk mengajak rakyat supaya berperang melawan Belanda dan Tungku Abdul Wahab menyetuji permintaan Panglima Polem.
Rasa kebencian Tungku Abdul Wahab terhadap Belanda sangat besar, hal ini sudah dirasakan oleh beliau ketika berada di Dayah Jeurela, ia juga sudah bercita-cita untuk mengusir Belanda dari Bumi Aceh. Begitu juga kepada murid-muridnya selalu diajak memperjuangkan kemerdekaan dan cinta terhadap tanah air dan harus siap berperang melawan Belanda. Dayah Tungku Abdul Wahab selain sebagai tempat belajar ilmu agama juga sebagai tempat membina murid-muridnya untuk memperjuangkan kemerdekaan melawah Belanda dan menanamkan rasa cinta tanah air.
Pada masa penjajahan Tungku Abdul Wahab tampil terdepan sebagai pembela rakyat. Banyak rakyat yang dibela oleh Tungku Abdul Wahab ketika rakyatnya diadili oleh Belanda di pengadilan. Keinginan mengusir Belanda dari Aceh terus dilakukan oleh rakyat Aceh demi mendapatkan sebuah kemerdekaan. Pada suatu hari dibawah pimpinan Tungku Abdul Wahab tentara Belanda tewas di tangannya.
Pemberontakan pertama di Seulimeum dimulai pada pertengahan februari 1942, pemberontakan ini baru reda setelah beberapa minggu, kemudian berkecamuk lagi pada beberapa hari setelah Jepang mendarat di Aceh. Pemberontakan di Seulimeum digerakkan atas kerjasama antara Tungku Abdul Wahab dan Teugku Hasballah Indrapuri,pemuda PUSA, A. Hasjmy dan Teungku Ahmad Abdullah dan beberapa ulee balang seperti Teuku Muhammad Ali Panglima Polem. Tungku Abdul Wahab sangat aktif menghadapi penyerangan kembali tentara Belanda. Karena kaki tangan Belanda sangat banyak di Aceh termasuk orang-orang yang dulunya tidak senang. Pada masa kemerdekaan 1 Mei 1946 Tungku Abdul Wahab diangkat menjadi bupati Kabupaten Pidie. Tungku Abdul Wahab dapat menjalankan tugasnya dengan baik karena pengalamannya sebagai Ulama dan piawai dalam beroganisasi. Selain sebagai bupati Tungku Abdul Wahab juga pernah diangkat menjadi Kepala Kementeraian Agama Sumatra Utara, pada bulan juli 1953 ia menunaikan Ibadah haji dan tinggal di Mekkah selama tiga tahun. Selama di Mekkah ia pernah bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Pada tahun 1955 ia kembali ke Indonesia dan ditempatkan di Jakarta sebagai pegawai tinggi yang diperbantukan pada Kementerian Agama Republik Indonesia.
Perjuangan yang lama semenjak usia muda sampai akhir hayatnya demi kepentingan umat, dan banyak murid-muridnya menjadi orang-orang penting dalam Negara Republik Indonesia. Tanggal 6 februari 1966 Tungku Abdul Wahab berpulang kerahmatullah menghadap sang pencipta. Almarhum meninggalkan seorang istri dan empat orang anak.
Tungku Abdul Wahab ulama yang memberi pengaruh besar dalam bidang agama, social dan politik di Aceh. Beliau selalu aktif dalam persoalan yang terkait dengan agama, negara dan masyarakat. Dan yang terpenting dari Tungku Abdul Wahab adalah selain sebagai ulama pendidik beliau juga sebagai pejuang dan seorang negarawan sejati yang dimiliki oleh Bangsa Aceh.
Hai, hello @rijalinstitute.. Selamat datang di Steemit! Senang melihat anda datang di sini.. sudah diupvote.. =]
Thaks, semoga kita bisa berbagi
Lon ikot peurame bak postingan droeneuh pak Doktor 😄
Gure, ka awai hadir lago inoe, memang maju sabe gata