Peuniyoh, Sekilas Tentang Rumah Adat Aceh

Saya tidak banyak tahu tentang Rumah Adat Aceh. Apa filosofi dari setiap komponennya. Tiga tahun yang lalu, saya mengikuti kompetisi Aceh Documentary Junior. Saat itu ada finalis yang membawa ide cerita tentang rumah Aceh.

Dari sana, saya banyak mengetahui tentang rumah adat Aceh ini. Saat pembedahan ide menjadi treatment, ide cerita kami dibedah satu persatu. Saat ide Rumah Adat Aceh didiskusikan, saya dengan tekun menyimak setiap penjelasan dari si sutradara.

Film dokumenter tersebut diproduksi dengan judul "Peuniyoh". Peuniyoh artinya tempat tinggal atau rumah. Setiap komponen rumah adat Aceh ternyata ada manfaatnya. Pintu masuk rumah atau rambat dalam bahasa Aceh dibuat agak rendah. Hal ini dimaksudkan supaya orang yang masuk menundukkan kepala. Filosofinya, untuk memuliakan orang yang punya rumah.

Selain yang mengandung makna filosofis tersebut, ada juga yang terlihat langsung manfaatnya. Misalnya, ada tali pengikat atap yang disebut Buy Teungeut. Jika terjadi kebakaran pada atap rumbia terseebut, maka tali pengikat itu akan dipotong, dan atap yang terbakar akan langsung jatuh ke tanah tanpa terbakar lagi rumahnya.

Saat hendak membuat rumah, orang Aceh terlebih dahulu mencari kayu yang layak untuk dipakai. Ada semacam ritual untuk memotong kayu tersebut, tidak sembarang memilih kayu. Begitupula dengan ukiran-ukiran yang ada pada rumah Aceh, semua mempunyai makna filosofisnya.

Rumah Aceh juga tahan gempa. Penghuninya juga tidak perlu khawatir kepada bencana banjir juga binatang buas. Karena rumah Aceh tinggi lebih dari dua meter. Saat perang DI-TII, ada peraturan menembak hanya boleh dilakukan dengan tinggi 2 meter. Maka orang yang menginap di Rumah Aceh, akan terlindungi dari tembakan.

Foto oleh : @akbarrafs

Salam Hangat
Nindi