Kisah Lie A Sie Kontraktor Cina Membangun Masjid Raya Baiturrahman

in #history6 years ago (edited)

Ini kisah Letnan berkebangsaan Cina bernama Lie A Sie, kontraktor yang membangun Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh pada tahun 1881, ketika Aceh masih berkecamuk perang.

Cerita bermula ketika Pemerintah Kolonial Belanda ingin merebut hati rakyat Aceh, agar perang bisa reda. Karena, salah satu penyebab fanatisme rakyat Aceh berperang adalah kecerobohan Belanda yang membakar Masjid Raya Baiturrahman setelah panglima perang mereka Mayor Jenderal JHR Kohler tewas ditembak pejuang Aceh di halaman masjid tersebut.

Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu benteng, pusat pertahanan rakyat Aceh ketika invansi Belanda pertama ke Aceh pada Maret 1873. Masjid ini dibangun oleh Sultan Alaiddin Mahmud Syah pertama pada tahun 691 Hijrian, atau sekitar tahun 1229 Masehi.

Dibakarnya masjid ini oleh Belanda membuat luka bagi rakyat Aceh. Sultan Aceh bersama para panglimanya berhasil membawa perang itu menjadi perang agama, jihat fisabilillah. Rakyat Aceh dengan suka rela menyumbang pajak dan bantuan logistik perang. Karena itu Belanda sukar untuk menaklukkan Aceh. Untuk membayar kesalahannya itu, dan menarik simpati rakyat, Belanda bermaksud membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman.

20180217_084114.jpg
Lukisan perang Aceh saat pendaratan Belanda pada invansi pertama Maret 1873. Repro: The Dutch Colonial War in Aceh

Sebagaimana ditulis oleh sejarawan Belanda J Kremeer dalam buku De Groote Moskee te Koeta Radja dalam Nederlandsch Indie Ouden Nieuw tahun 1920, Pemerintah Kolonial Belanda melalui Departement van Burgelijke Openbare Werken, yakni Departemen Pekerjaan Umum di Batavia, memerintahkan arsitek Bruins untuk membuat rancangannya.

Untuk tugas itu, Bruins tidak bekerja sendiri. Ia bekerja sama dengan Opdizchter LP Luyks dan beberapa insinyur di Batavia saat itu. Untuk mencari bentuk masjid yang akan dibangun, tim insinyur Belanda ini menjumpai seorang ulama di Garut, Jawa Barat. Mereka ingin mendapat masukan agar pola masjid yang akan dibangun tidak bertentanan dengan nilai-nilai Islam.

Kemudian, mengenai tahapan lebih lengkap tentang pembangunan Masjid Raya Baiturrahman digambarkan oleh J Staal dalam buku De Missigit Raya in Atjeh. Buku ini diterbitkan oleh De Indische Gids pada tahun 1882.

J Staal bercerita bahwa usaha membangun Masjdi Raya Baiturrahman di Aceh tidaklah mudah. Pertama, taka da kontraktor yang mau ke Aceh pada masa itu, karena perang masih berlangsung. Kedua, minimnya tenaga kerja, rakyat Aceh lebih memilih jalan perang dari pada bekerja pada proyek Belanda, meski proyek itu adalah membangun kembali masjid kebanggaan masyarakat Aceh. Maka untuk membangun proyek tersebut Belanda harus mendatangkan tenaga kerja dari Cina.

Tapi, ketika para pekerja sudah ada, dan akan dimobilisasi ke Aceh untuk membangun Masjid Raya Baiturrahman, masalah lain muncul, para kontraktor di Jawa yang ikut tender proyek tersebut, satu persatu mengundurkan diri. Mereka tidak mau ke Aceh setelah beberapa surat kabat seperti Penang Getaze di Semenanjung Melayu memberitakan tentang perang Aceh.

Dalam suasana seperti itu, muncul Letnan Cina bernama Lie A Sie. Dia akan membawa para pekerja Cina itu ke Aceh dan mengerjakan proyek pembangunan kembali Masjid Raya Baiturrahman dengan nilai anggaran f.203.000. Nilai yang besar untuk masa itu. Namun karena Belanda ingin membayar kesalahannya dan ingin merebut simpati rakyat Aceh, Pemerintah Kolonial Belanda di Batavia atas persetujuan Ratu dan Pangeran di Belanda, bersedia menguras anggarannya untuk Aceh.

Dengan anggaran sebesar itu bekerjalah Lie A Sie. Ia mengimpor bahan bangunan dari luar negeri. Besi untuk jendela diimpor dari Belgia, batu pualan untuk tangga dari Cina, batu bata lansung dikirim dari Belanda dengan kapal uap, kayu dari Birman (Muolmein), sementara kapur untuk cat bangunan didatangkan dari Pulau Pinang Malaysia. Hanya kerangka besi satu-satunya bahan yang didatangkan dari Surabaya.

20180217_084234.jpg
Bentuk Masjid Raya Baiturrahman yang dirancang oleh arsitek Bruins. Repro: The Dutch Colonial War in Aceh

Belanda sangat serius dalam membangun masjid ini. Ini dibuktikan dengan kedatangan Gubernur Militer Hindia Belanda Jenderal Van Der Heyden saat peletakan batu pertama. Dalam perjalanannya, pembangunan kembali Masjid Raya Baiturrahman sempat terhenti karena perang yang belum juga reda. Rakyat Aceh dalam kelompok-kelompok terpisah sering melakukan serangan frontal ke bivak-bivak Belanda di sekitar lokasi pembangunan masjid.

Pembangunan Masjid Raya Biturrahman baru selesai dikerjakan pada tahun 1881. Gubernur A Pruys Van Der Hoeven pada 27 Desember 1881 melakukan serah terima Masjid Raya Baiturrahman kepada T Kali Malikul Adil secara simbolis melalui penyerahan kunci. Peresmian masjid ditandai dengan tembakan meriam sebanyak 13 kali. Setelah itu pengurusan masjid diserahkan kepada Syeh Marhaban.

20180217_084223.jpg
Beginilah tampak dalam masjid Raya Baiturrahman yang dibangun kembali oleh Belanda. Repro: The Dutch Colonial War in Aceh

Sort:  

cerita menarik...dapat pengetahuan baru saya...

Shengkiyu Bro Ansari sudah dibaca dan divote. ditunggu feature terbaiknya muncul di steemit.

great post

Thanks sudah singgah.

Nambah pengetahuan baru...👍

Ya, semoga kita bisa saling terus berbagi pengetahuan

Pengetahuan baru yang penting.
Terima kasih

Sama-sama, mari saling berbagi pengetahuan melalui tulisan

Tulisan yang sangat bermanfaat, melebihi vitamin untuk otak, salam.

Waalaikumsalam, nikmati vitaminnya, semoga terus fit dalam menulis.

Cukop meuasoe postingan nyoe, tabeeek.

tabeek balek, yang peunteng tuleh dan tuleh.

semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 67164.91
ETH 3518.77
USDT 1.00
SBD 2.71