Masjid di Nusantara, 1880

Sebagai agama dengan pemeluk terbanyak di Indonesia, keberadaan Islam tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjalanan bangsa. Dan salah satu peninggalan arsitektur utama yang terkait kebudayaan Islam adalah masjid. Masjid merupakan pusat kegiatan umat Islam terkait perintah kewajiban shalat lima waktu, karena itu dimana ada komunitas Islam hampir pasti disana akan dibangun masjid.

Di kerajaan-kerajaan Jawa masjid merupakan bangunan sentral bersama dengan keraton dan alun-alun kota. Merupakan hal yang penting bagi raja-raja masa lalu untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki otoritas keagamaan untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya. Bahkan banyak dari raja-raja yang berangkat ke Mekkah demi menjadi seorang haji, legitimasi kesalehan tertinggi dalam Islam. Jika seorang penguasa dianggap memiliki otoritas dari Tuhan tentu akan lebih mudah untuk memerintah masyarakatnya.

Menariknya di beberapa tempat dimana pengaruh Hindu masih kuat, arsitektur masjid juga menyesuaikan diri. Terlihat akulturasi kebudayaan Hindu-Islam disana. Foto diatas memperlihatkan sebuah masjid di Yogyakarta, Jawa pada tahun 1880. Terlihat masjid itu memiliki atap berundak, sebuah arsitektur khas Hindu, namun juga memiliki sebuah menara (minaret) yang mencirikan arsitektur Islam.

Sedangkan foto diatas ini memperlihatkan sebuah masjid di Bukittinggi, Sumatera pada tahun 1880. Tidak terlihat ciri arsitektur Hindu di sana, karena memang Hindu kurang berkembang di Sumatera. Ciri Hindu banyak kita temui di masjid-masjid di Pulau Jawa dimana Hindu sebelumnya merupakan agama yang dominan di sana seperti yang terlihat di Masjid Agung Kudus.

Dibawah ini adalah foto-foto aslinya dalam hitam-putih.

Foto: Stoop