Belanda Tiba di Tanah Rejang (Bagian II)

in #history7 years ago (edited)
Ringkasan sebelumnya: Belanda telah melakukan percobaan pertama ekspedisi ke Tanah Rejang pada 1819. Ekspedisi ini adalah yang pertama sekaligus yang terakhir hingga 1830. Berdasarkan keterangan dari pribumi-pribumi Belanda berhasil menyusun sebuah peta sketsa antara Bengkulu-Rejang-Empat Lawang menuju Palembang.

Rejang Musi-Tengah dalam tulisan ini mengacu kepada Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong pada hari ini.


72c588e45b0776ea04fb343a073f5dae_600780c9-692c-44c4-9b80-efb1888e0c22.png
Pusat Rejang Musi-Tengah (Kepahiang hari ini), circa 1876 (Private File)

8 Mei 1835 ekspedisi menuju Rejang Musi-Tengah dan Empat Lawang mulai bergerak dari Benteng Malborough, Bengkulu. Ekspedisi dengan 200 orang serdadu yang dipimpin langsung oleh Residen Bengkulu, J.H. Knoerle, itu dilengkapi dengan meriam, amunisi, peralatan dan perbekalan lainnya. Saat malam mereka mencapai Pagardin sebelum melanjutkan perjalanan ke Rindu Hati.

Rindu Hati sendiri pada masa itu dianggap sebagai gerbang menuju wilayah pedalaman Rejang, atau lazim disebut dalam bahasa Rejang sebagai daerah-daerah belek tebo (di balik gunung). Inggris sendiri hanya melakukan ekspedisi atau patroli militer sampai Rindu Hati saja, karena terikat perjanjian dengan Belanda mengenai terra nullius, wilayah-wilayah yang disepakati sebagai penyanggah dan batas kekuasaan, yang tidak boleh dikuasai oleh satu pihak. Wilayah terra nullius itu sendiri meliputi Rindu Hati – Pulo Geto, yang wilayahnya adalah keseluruhan Rejang Musi.

Setelah melewati Lubuk Sini, Taba Penanjung dan bermalam di Rindu Hati, pada 12 Mei 1835 J.H Knoerle tiba di Tertik (dalam Kabupaten Kepahiang hari ini). Selain melakukan pengawalan dan membawa perbekalan perjalanan, serdadu-serdadu itu juga bertugas untuk melakukan penebasan membuka dan melebarkan jalan, salah satu gunanya adalah untuk mempermudah gerak kereta meriam yang ditarik kerbau. Pasukan ekspedisi ini kemudian berkemah di Keban (dalam wilayah Kecamatan Seberang Musi, Kepahiang, hari ini), yang selanjutnya menjadi markas utama militer Belanda untuk wilayah Rejang Musi-Tengah.

Dalam kisah lisan disebutkan juga bahwa jalur-jalur yang dilalui Belanda setelah Rindu Hati adalah Talang Payang, Taba Padang dan Cugung Kiyue Blitot. Masyarakat berbondong-bondong keluar dari talang-talang, berbaris di sepanjang jalan dusun menyaksikan barisan konvoi ekspedisi ini. Sebagian besar masyarakat baru saat itulah untuk pertama kalinya melihat orang-orang Eropa yang putih, berpostur tubuh tinggi dan berhidung sangat mancung.

Belanda menemui sebagian kecil dari masyarakat telah beragama Islam. Namun, kehidupan keislaman itu juga masih sangat dangkal. Kepercayaan terhadap takhyul, pandangan animisme dan dinamisme di kalangan masyarakat masih begitu kuat.

Belanda juga menemukan, jika penduduk banyak berpenyakit gondok, bahkan ada beberapa orang yang memiliki 2 gondok sekaligus di lehernya. Menariknya, mereka yang mengidap penyakit itu sendiri tampak tidak begitu terganggu dengan gondoknya. Penduduk juga banyak mengidap penyakit lepra dan disentri. Van Rees mencatat, berdasarkan pemeriksaan dokter ekspedisi militer Officer Bunning, bahwa penyakit-penyakit ini terutama sekali disebabkan oleh kebiasaan orang Rejang Musi-Tengah mengkonsumsi air minum yang tidak sehat, seperti air yang tidak dimasak, air sungai yang kotor atau pun air di sawah rawa-rawa.

Abdullah Siddik, dalam buku Hukum Adat Rejang, menyatakan bahwa pada tahun 1859 belum ditemui agama Islam di Rejang. Berdasarkan catatan Van Rees di atas, pernyataan tersebut tidak begitu tepat. Nama-nama berbau Islam, tata cara bersumpah dengan menyebut Kitab Suci Al Quran dan menyebut nama Nabi, telah ada sebagaimana dilihat oleh van Rees di masyarakat Rejang. Belum ditemukan orang-orang yang menjalankan syariat Islam yang murni, atau belum ditemukan juga adanya bangunan mesjid atau surau di wilayah pemukiman masyarakat Rejang, bisa jadi sebagai alasan Abdullah Siddik menyatakan belum ditemukan agama Islam di Tanah Rejang. Namun, pada dasarnya benih-benih Islam dan keislaman telah ada di Rejang Musi-Tengah.

Pada 28 Juli 1835, Asisten Residen Bengkulu J.H. Knoerle, terbunuh. Sebab-sebab terbunuhnya Asisten Residen J.H. Knoerle (1831-1835) adalah akibat kebijaksanaan politik pemerintahannya yang dianggap merugikan kepentingan tradisional pemuka pribumi. Karakter masyarakat yang begitu berbeda antara Sumatera dan Jawa kurang diperhitungkan Knoerle untuk menerapkan politik tanam paksa di Bengkulu. Dipastikan jika Knoerle telah membaca informasi Inggris tentang peristiwa dan latar belakang terbunuhnya beberapa petinggi Inggris oleh rakyat, ia akan lebih berhati-hati menghadapi orang-orang Bengkulu.

Setelah terbunuhnya Thomas Parr, 1807, oleh beberapa penguasa lokal yang tidak menerima perlakuannya terhadap pribumi Bengkulu, Inggris sendiri mulai sangat berhati-hati dalam menerapkan aturan-aturan kolonial mereka di Bengkulu

Terbunuhnya J.H. Knoerle itu akhirnya dianggap sebagai akhir pelaksanaan Tanam Paksa.

P.J.B. Perez, Asisten Residen Bengkulu, pengganti Knoerle memerintahkan untuk mempercepat pembangunan jalan ke Palembang. Untuk itu maka perlu memperkuat pertahanan di pedalaman, yang meliputi wilayah Rejang Musi-Tengah hingga ke Pasemah. Perintah ini juga diberikan menyusul rencana kedatangan Gubernur Jenderal Van den Bosch ke Bengkulu, untuk mengunjungi Sentot Ali Basa Prawiro Dirjo yang tengah menjalani masa hukuman pembuangannya di Bengkulu, usai Perang Padri di Minangkabau.

Belanda kemudian mendirikan pos penghubung di Keban, sebelum selanjutnya akan melanjutkan ekspedisi ke arah Pasemah. Pada 25 Mei 1835, menyusul satu pasukan dengan 100 orang serdadu lainnya dari Bengkulu yang dipimpin oleh Kapten L. de Leau, terdiri atas 6 orang serdadu Belanda totok dan 94 serdadu pribumi Jawa dan Bugis. Pasukan ini menyusuri Bukit Barisan dan Sungai Musi, berhasil mencapai Keban di awal Juni 1835.

Di Keban juga Belanda membangun pusat pertahanan untuk wilayah Rejang dan Pasemah, dengan Komandan Militer Mayor II Cobet. Pertahanan ini diisi oleh 250 orang serdadu yang terbagi atas dua detasemen, dengan komandan masing-masing detasemen adalah Kapten P. G. J. van Swieten dan Kapten L. de Leau. Pasukan ini diperkuat 6 pucuk meriam dan 2 pucuk mortir 13 mm. Selain itu pasukan ini juga diperkuat juga oleh 59 orang milisi fusilier (juru tembak) pribumi Jawa dan Cina, 2 orang pemukul genderang, 2 orang peniup terompet, dan 2 orang pembawa panji-panji.

Untuk urusan administrasi, dipimpin oleh seorang kontrolir yang bernama Pruijs van der Hoeven, dibantu oleh 1 orang dokter dan 10 Pegawai Sipil termasuk seorang penerjemah yang berasal dari Rejang-Bengkulu.

Selain pasukan militer, terdapat juga 150 orang kuli, yang terdiri dari orang Jawa dan Cina. Kuli-kuli ini bertugas untuk membuka jalan, juga membuat jalan perintis dari Rejang Musi-Tengah ke Pasemah. Dalam melakukan pekerjaan itu, banyak di antara kuli itu yang meninggal, terutama disebabkan oleh disentri, malaria dan karena serangan harimau.

Bacaan sebelumnya:
Belanda Tiba Di Tanah Rejang (Bagian I)

Kisah Selanjutnya: Perang-Perang Orang Rejang Melawan Belanda


Referensi:
Bastion, Adolf. Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipel. Berlin: Ferd. Dümmlers Verlagsbuchhandlung Harrwitz und Gossmann. 1886
Hooyer, Gijsbert Brandt. De Krijgsgeschiedenis van Nederlandsch-Indië van 1811 tot 1894. 1896. De Haag: De Gebr van Cleef, Batavia: G. Kolff
Gids: Nieuwe Vaderlandsche Letteroefeningen, Amsterdam: NV Weekblad De Groen, 1837
Marsden, William. The History of Sumatera. London: T. Payne & Son. 1811.
Van Rees, W.A. De Annexatie der Redjang. Rotterdam: H.Nijgh. 860

||Steemit Chapter Bengkulu||
| @emong.soewandi | @willyana | @blogiwank | @gandasucipta02 |
| @caboediwijaya | @derifebrianto | @deniskurniawan | @arirahmadi |
| @sajakaditya | @puterikurnia | @piceska | @idajohan |

Emong Soewandi || @emong.soewandi

emong steemit .jpg

Sort:  

Mantap bang. Teruskan sampai selesai. Bisa jadi buku sejarah nih. 😀

Siap, Bang. Semoga akan kita tuntaskan.... :)

Ditunggu kelanjutannya Brader @emong.soewandi semoga sejarah terus terawat dalam sebaik-baiknya tulisan. Mari terus merevitalisasi nilai-nilai sejarah. Salam.

Hi @emong.soewandi. This is not a STEM-related content, hence the tag "steemstem" used was not justified. STEM refers to any article related to the field of Science, Technology, Engineering and Mathematics. Please consider using other tags to maximise your readers. You can click the link below to find out more.

All Steemit Relevant Tags

Thank you and good luck.

Mentor_3.png

Ok... Thank you for your attention...

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by emong from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.15
TRX 0.17
JST 0.028
BTC 68748.32
ETH 2464.48
USDT 1.00
SBD 2.36