Gayo, adalah sebuah suku di Aceh, Indonesia. Suku Gayo menempati daerah pegunungan tinggi di wilayah tengah provinsi Aceh. Saat ini, secara administrasi, suku Gayo berada di wilayah Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Lues. Secara budaya dan tradisi, walaupun masih sama dalam ke-suku-an Gayo, namun ketiga daerah tersebut memiliki karakter dan aspek tertenu yang berbeda, yang menjadikannya ciri khas dari masing-masing kebudayaan Gayo di wilayah tersebut.

Gayo Lues merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara (pada tahun 2002-2003). Gayo Lues dianugerahi oleh Tuhan sebuah bentang lahan berupa hutan hujan tropis yang masih sangat hijau. Sebagaian hutan tersebut berada di dalam pengelolaan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser. Ya, dari sini saja sudah sedikit terungkap, pertama bahwa Gayo Lues memiliki hutan yang masih tinggi nilai biodiversitasnya, merupakan habitat bagi berbagai macam flora dan fauna. Kedua, Gayo Lues menjadi tuan rumah bagi salah satu gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Leuser (3400 mdpl). Ketiga, tentu Gayo Lues adalah daerah penghasil air dalam konteks daerah aliran sungai, yang mengairi daerah-daerah yang berada lebih rendah hingga menuju ke hilirnya.

Secara sosial, masyarakat Gayo Lues sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani. Jenis komoditas pertanian unggul di Gayo Lues antara lain padi, hortikultura, serewangi, coklat, kemiri, dan tentu saja, kopi arabika gayo. Masyarakat Gayo Lues masih menjunjung tinggi penerapan nilai budaya dalam aktivitas sehari-hari, baik itu dalam kegiatan pribadi, antar pribadi maupun dalam hal berkomunitas.

Potensi alam yang masih sangat melimpah, nilai kearifan yang terkandung dalam praktek sosial budaya, menjadikannya kekuatan bagi Masyarakat Gayo Lues, Masyarakat Aceh, Masyarakat Indonesia dan Masyarakat Dunia.