The Story of NSFW and "Punten" in Meetup Bandung | Kisah NSFW dan "Punten" Dalam Meetup Bandung |

in #funny6 years ago (edited)

The story of NSFW and "Punten" in Meetup Bandung

Meetup Bandung_01.jpg

Meetup Bandung has passed, but the memories behind it never endure all the time. A friend of Steemian (his name and origin is kept secret), felt the need to be massaged after a tired happy meetup took place. Steemians used the services of a masseuse to be refreshed.

The masseuse is a beautiful woman who has experienced to face various characters of her guests, ranging from shy, naughty, to the brash. She is very polite in the face of every guest, including the guests who sometimes like fun. She can dodge without making his guest offended. Please do not think negatively, this masseur is very professional although still young, about 22 years. She only serves the massage just to relax the muscles, not to relax the other.

Due to wanting to fall asleep, our friend just asked for a message for 30 minutes. Our friend was face down on a white bed with only panties, black in contrast to her white skin. Massage starts from the soles of the feet, calves, thighs, to the entire body. The masseur knows all the requisite points so as to make his guests very comfortable. Each touches the sensitive part, not forgetting he apologizes: "Punten ..." she said when massaging in sensitive areas. Punten means "excuse" or "sorry" in Sundanese.

When it was fun, the phone in the room rang. "Punten, 30 minutes is over," the masseur said with a friendly smile. "Do you want more?"

"Sure, with pleasure. But a lot of "punten", please..."

The long-haired massager nodded while still smiling. She re-smeared his hands with olive oil and a mixture of massage creams with powerful aromatherapy throughout the room. The aroma felt fresher in the cool air coming out of the air-conditioner.

On demand, the masseur's lips are ruddy red without lipstick, always say "punten" when his hand touches a certain area. This time, the word "punten" is more often out of his lips. Such is the guidance that exists in standard operating procedures. In the past, the masseur remembered him well not to forget. It is now part of the routine that his subconscious will say so without a negative thought. Even if there are negative-minded guests, then gently and courteously he pushes back into positive territory, such as the computer's automatic work with the emergence of "positive internet" when there are open adult sites.

The second 30 minutes passed quickly as Albert Einstein's theory of relativity. When in pleasure, time seems to run. But while waiting for Steem or Steem Dollars to rise, time slowly creeps as power loss.

The second ringing sounds very annoying. Our friend felt like a baby feeding her mom, then released immediately. She wants to cry. But since it was not a baby anymore, Steemians did not protest by crying. Steemians friend has his own more elegant way.

"Time's is over..." The masseur reminded as he straightened the bottle of olive cream and bottle of oil on the bedside table.

"Add another hour," our friend replied firmly. "But this time," punten " all, please..."

It looks like our Steemian friend is addicted to the touch of "punten".


Meetup Bandung_03.jpg


Did the story end here? Apparently not yet. As the masseur packed up the equipment, our long-haired Steemians friend, covered her body with a white towel from the chest to the bottom. She took some money in his wallet.

"Could I pay with SBD, Teteh?" asked the friend of the Steemians with his distinctive voice; sensual.

"What’s SBD? Siomay Bandung?" the masseur replied with a laugh. Steemian's friend also laughs while handing him some money along with her tips.

"Thank you," the masseur said. "By the way, your body is still good. Pardon me, what’s your name? "

"Please call me Mariska..."


Noted: NSFW = Not Safe for Work


Kisah NSFW dan “Punten” Dalam Meetup Bandung

Meetup Bandung sudah berlalu, tetapi kenangan di baliknya tidak pernah lekang sepanjang masa. Seorang sahabat Steemian (nama dan asalnya dirahasiakan), merasa perlu dipijat setelah lelah selamat meetup berlangsung. Dia menggunakan jasa seorang tukang pijat agar bisa segar kembali.

Tukang pijat itu seorang perempuan cantik yang sudah berpengalaman menghadapi berbagai karakter tamunya, mulai dari yang malu-malu, nakal, sampai yang kurang ajar. Dia sangat santun dalam menghadapi setiap tamu, termasuk terhadap tamu-tamu yang terkadang suka iseng. Dia bisa menghindar tanpa membuat tamunya tersinggung. Mohon jangan berpikiran negatif, tukang pijat ini sangat profesional meski masih berusia muda, sekitar 22 tahun. Dia hanya melayani pemijatan saja untuk melemaskan otot, bukan untuk melemaskan yang lain.

Karena ingin segera tertidur, kawan kita ini hanya minta dipijat selama 30 menit saja. Dia telungkup di atas ranjang putih dengan hanya mengenakan celana dalam saja, warna hitam yang kontras dengan kulitnya yang putih. Pemijatan dimulai dari telapak kaki, betis, paha, sampai ke seluruh tubuh. Tukang pijat mengetahui semua titik syarat sehingga membuat tamunya sangat nyaman. Setiap menyentuh bagian sensitif, tak lupa ia minta maaf: “Punten…” katanya ketika memijat di area sensitif. Punten artinya “permisi” atau “maaf” dalam bahasa Sunda.

Ketika sedang asyik-asyiknya, telepon di kamar berdering. “Punten, 30 menit sudah berakhir,” kata tukang pijat sembari tersenyum ramah. “Mau ditambah lagi?”

“Boleh, dengan senang hati. Tapi banyakin “puntennya”, yaaa…”

Tukang pijat berambut lurus panjang itu mengangguk sambil tetap tersenyum. Dia kembali melumuri tangannya dengan minyak zaitun dan campuran krim pijat dengan aroma terapi yang menguar kuat di seluruh kamar. Aroma itu terasa lebih segar di tengah hawa sejuk yang keluar dari mesin pendingin udara.

Sesuai permintaan, bibir tukang pijat itu yang merah ranum meski tanpa pulasan lipstik, selalu mengucapkan “punten” ketika tangannya menyentuh area tertentu. Kali ini, kata “punten” lebih sering keluar dari bibirnya. Begitulah tata kramanya yang ada dalam standar operasi prosedur. Dulu, tukang pijat itu mengingatnya dengan baik agar tidak lupa. Sekarang sudah menjadi bagian dari rutinitas sehingga alam bawah sadarnya akan mengucapkan sedemikian tanpa pikiran negatif. Kalaupun ada tamunya yang berpikiran negatif, maka dengan lembut dan santun ia mendorong kembali ke wilayah positif, seperti kerja otomatis komputer dengan munculnya “internet positif” ketika ada yang membuka situs dewasa.

Tanpa terasa, 30 menit kedua berlalu dengan cepat sebagaimana teori relativitas Albert Einstein. Ketika berada dalam kesenangan atau kenikmatan, waktu seolah berlari. Tapi ketika menunggu Steem atau Steem Dollars naik, waktu merambat pelan seolah kehilangan daya.

Dering telepon untuk kedua kalinya terasa sangat mengganggu. Kawan kita itu merasa seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya, lalu dilepaskan dengan seketika. Dia ingin menangis. Tapi karena bukan bayi lagi, dia tidak protes dengan cara menangis. Dia punya cara sendiri yang lebih elegan.

“Waktunya habis..” tukang pijat itu mengingatkan sambil merapikan botol krim dan botol minyak zaitun di atas meja kecil di sisi tempat tidur.

“Tambah satu jam lagi,” sahut kawan kita itu mantap. “Tapi kali ini, “punten” semuanya, ya…”

Sepertinya sahabat Steemian kita ketagihan dengan sentuhan “punten”.


Meetup Bandung_04.jpg


Berakhirkah kisah sampai di sini? Ternyata belum. Ketika tukang pijat mengemasi peralatannya, sahabat Steemians kita yang juga berambut lurus panjang, menutup tubuhnya dengan handuk putih dari bagian dada sampai bawah. Dia mengambil beberapa lembar uang di dompet.

“Bisa bayar dengan SBD, Teteh?” tanya sahabat Steemians itu dengan suaranya yang khas; sensual.

“SBD itu apa? Siomay Bandung?” balas tukang pijat sambil tertawa pelan. Sahabat Steemian juga tertawa sambil menyerahkan sejumlah uang berikut dengan tipsnya.

“Terima kasih,” kata tukang pijat. “Ngomong-ngomong, badannya masih bagus. Kalau boleh tahu, namanya siapa?”

“Panggil saja Mariska…”


Catatan: NSFW = Not Safe for Work


Meetup Bandung_02.jpg


National Meetup_05.jpg


Badge_@ayi.png


follow_ayijufridar.gif

Sort:  

Di Bandung banyak puntennya.

Pak @dsatria sebagai warga kehormatan Bandung psti tahu lebih banyak, hehehehe....

Hahaha. Kak Ay!!!! You end up the story that way? 😀😀😀😀

Kereen tauuu? I love the English version a lots! Bagus! 😊

Ahai, are you serious about ending the story above? I feel honored @alaikaabdullah. So add the spirit to write. Forget the English edition. That messed up, I know. But I am also learning to be better.

Haha mantap. Bukan ayijufridar namanya kalau tulisan2nya tidak menyentuh arah NSFW.

Padahal tidak perlu pakai tag NSFW, kan @morry? Kesannya 18 ++, Padahal untuk semua umur. Hehehehe. Terima kasih sudah berkomentar. Saleum.

Catatan bermanfaat

Duh punten Aa! Maenya deui deui deui... Hahaha....

Cari translate tools dulu Teteh @mariska.lubis.

Hayeu dan bereh surah malam jum'at bang @ayiejufridar. Njan kisah nyata pu cerita negeri dongeng lagei bak majalah bobo awai bang? Hahahahaha

Lage kisah 1001 Malam Jumat @doddybireuen. Gara-gara han teungeut eh...

Sudah Qduga, pasti endingnya sesuai dgn yg di foto awal..
Hahaha..

Kalau sudah bisa menduga, berarti tidak ada kejutan lagi @jamanfahmi. Modelnya memang sesuai.

Punten, numpang Baca yaa, jadi ikutan Punten . @ayijufridar
senyum sendiri bacanya. Sukses yaa, di tunggu cerita lanjutannya. ( bila ada) ngarep.

Monggo @cutagus. Kalau sudah tersenyum, tujuan cerita ini sudah tercapai.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 56111.00
ETH 2371.27
USDT 1.00
SBD 2.31