Puisi #7 : Bekal makan siang

in #freewriting6 years ago

Hah, akhirnya aku sampai di kantor dan sekarang sudah pukul 09.15 aku yakin presentasinya sudah selesai. Aku tidak tahu apa yang dikatakan pak Haidar kepadaku nanti. Dikasih amanah buat presentasi malah gak bisa berangkat. Kira-kira mbak Nita bisa menggantikan presentasiku nggak ya? Menurutku sih bisa karena projek ini adalah projeknya mbak Nita sedangkan aku hanya membantu karena pak Haidar bilang kalau aku disuruh belajar lewat projeknya mbak Nita. Tapi kira-kira dimarahin nggak ya?
Kalau mbak Nita aku ceritakan soal anak SMA yang namanya kevin itu gimana ya? Ahh... Sudahlah lebih baik aku fokus dengan pekerjaanku sekarang. Aku segera membuka laptopku dan menyiapkan beberapa projek yang harus dikerjakan minggu depan. Terdengar ada suara pak Haidar dan mbak Nita dari belakang. Duh, aku harus bagaimana? Lebih baik pura-pura sibuk saja.
"Hei Amara, baru nyampek kantor?" tanya mbak Nita.
"Eh mbak Nita, iya mbak. Udah selesai mbak presentasinya?" tanyaku sedikit takut.
"Iya udah barusan selesai. Kamu datengnya lama sih" ucap mbak Nita yang membuat tidak enak hati dengannya. Dari belakang terlihat pak Haidar berjalan menuju ruangannya. Aku dan mbak Nita pun menyapa namun balasan yang ku dapat hanyalah sebuah senyuman yang masam. Sepertinya aku telah melakukan kesalahan yang besar, aku harus siap-siap untuk dimarahin atau mungkin malah aku dipecat dari kantor. Aku belum siap jadi pengangguran lagi :') pak.
"mbak Nita kayaknya aku bakal dimarahin pak Haidar deh gara-gara gak bisa dateng presentasi" ucapku.
"Nggak kok, tadi presentasinya bagus. Jujur ya presentasi yang kamu buat kali ini tuh bagus dan rapi jadi dalam waktu semalam aku bisa memahaminya" puji mbak Nita.
"Apa sih mbak muji-muji gitu. Kan ini juga berkat bimbingan mbak Nita. Tapi kenapa pak Haidar senyumnya asem gitu mbak?" tanyaku penasaran.
"Gak tahu juga soalnya dari tadi pagi udah gitu. Lagi sariawan mungkin" ucap mbak Nita yang membuatku sedikit tenang.
Mengobrol dengan mbak Nita memang membuatku sedikit melupakan kejadian dengan si Kevin tadi. Jujur saja mbak Nita orangnya baik dan dewasa banget aku belajar banyak hal dari dia. Mbak Nita sudah seperti kakakku sendiri, padahal dirumah kan aku cuma anak tunggal berkat mbak Nita aku merasakan punya kakak yang bisa diajak curhat, diajak main dan diajari juga.
Sedang asyiknya mengobrol hp berbunyi, sepertinya ada sebuah pesan dan itu dari Rino.
"Sepertinya nanti siang cerah, bagaimana kalau sebuah masakan rumahan atau mi goreng instan untuk makan bersama?" tertulis pesan dari Rino.

Aku tahu maksud pesan ini ya dia ingin mengajakku makan siang bersama, bagiku tidak masalah apalagi saat ini hubunganku dengan dia hanyalah teman kerja. Akupun menjawab iya dan berjanjian bertemu dikafe pelangi. Sebenarnya didalam hati aku tidak percaya dia masih ingat.
image
Sumber gambar :
http://www.smartsehatkuat.com/2018/05/22/kreasi-bekal-anak/

Dulu waktu SMA, hampir setiap pagi ibuku membawakan bekal makanan untukku. Sebenarnya sudah hampir setiap hari juga aku protes. Aku selalu bilang kepada ibuku untuk tidak membawakan bekal lagi. Dan ibuku selalu memarahiku, dia bilang biar aku gak jajan dan uangku bisa ditabung. Tapi waktu itu aku juga ingin seperti teman-temanku lainnya, yang setiap jam istirahat mereka bisa makan diluar. Jajan di warung batagor atau bakso bersama-sama. Setiap mau ngerjain tugas sekolah sambil jajan bareng. Aku ingin seperti itu, tapi ibuku tetap saja memarahiku jika aku beralasan seperti itu.

Hingga aku ingat ketika dulu waktu masih berpacaran dengan Rino. Waktu itu, aku sendirian di kelas. Semua teman-temanku sedang pergi ke tempat tongkrongan yang baru saja dibuka di depan Sekolah. Karena aku uangku harus ku pakai buat bayar buku jadi aku menolak ajakan dari teman-teman. Sebenarnya kalau aku ikutpun aku bisa jajan disana tapi aku tidak enak saja jika nanti aku harus ditraktir oleh mereka. Aku juga tidak suka jika orang-orang berkata "Dia menjual kepintarannya buar bisa ditraktir makan" sungguh menjengkelkan. Padahal aku tidak menjualnya memang aku benar-benar mau membantu mereka dalam mengerjakan tugas. Dasar, gak dikasih jawaban tugas dibilang pelit, dikasih jawab dibilang ngejual.

Kalau mengingat omongan orang-orang itu selalu membuatku sedih. Lebih baik aku tidur saja. Baru sekejap aku tertidur tiba-tiba ada seseorang yang sepertinya memainkan rambutku. Akupun terbangun, dan ternyata itu Rino. Waktu SMA kelas ku dan Rino itu bersebelahan, Dia IPA 2 dan aku IPA 3. Jadi setiap jam istirahat Rino pasti ke kelasku dan meminta makan bersama.
"Kamu gak mau ke kantin?" tanya Rino.
"Engga" jawabku singkat.
"Kenapa?" tanyanya lagi.
"Ah udah ah, mau tidur" ucapku dan langsung memasang posisi seperti tadi. Aku tahu pasti Dia kebingungan dengan sikapku. Aku tak ingin mengatakan perasaanku yang sebenarnya kepada Dia. Aku takut kalau dibilang tukang ngadu sama pacar atau dibilang budak cinta. Seingatku Rino masih di situ hingga bel masuk jam terakhir berbunyi.
Mata pelajaran terakhir waktu itu adalah matematika. Dan keadaan kelasku waktu itu, ayo pak kapan bel pulang??!!!!! Akhirnya jam pelajaran matematika selesai. Perutku rasanya lapar, seharian ini aku tak makan apapun. Saat memberesi buku-bukuku terlihat Rino sudah didepan kelasku dan hendak menuju kemari.
"Kamu sakit?" ucap Rino sambil mengecek suhu badanku.
"Ihh nggak, jangan gitu malu dilihatin orang-orang" jawabku dan melepaskan tangannya yang menyentuh wajahku.
"Habisnya kamu seharian tidur terus, aku pikir kamu sakit. Kamu udah makan?" tanyanya lagi dan aku hanya menggeleng.
"Kenapa belum makan? Kamu mau makan dimana yuk aku temenin" ajak Rino.
"Aku nggak mau makan ditempat yang ramai. Aku gak mau makan dikantin, juga gak mau makan diluar sekolah" ucapku yang gak tahu kenapa aku ngeluapin semua ke Rino saat itu.
"Lha terus mau kemana?" ucap Rino pasrah.
"Disini aja" ucapku singkat.
"Yaudah makannya disini, aku pesenin makan dari kantin ya" ucap Rino saat itu keadaan kelasku sudah sepi. "Nggak udah sebenarnya aku udah ada" ucap ku sambil mengeluarkan bekalku.
"Astaga kenapa nggak bilang kalau kamu bawa bekal? Pakek ngambek segala" ucap Rino yang sepertinya kesal denganku.
"Aku kesel sama temen-temenku, aku gak ada temen yang buat makan bareng. Aku kesel sama temen-temenku yang bilang aku jual kepintaranku cuma buat ditraktir makan. Aku kesel ketika yang lain bisa jajan tapi aku nggak" dan masih banyak lagi yang aku ceritakan pada Rino waktu itu. Bekal yang dibawakan oleh ibuku akhirnya aku makan bersama Rino.
Sedikit gambaran tentang Rino saat itu, Rino adalah anak terakhir dari 3 bersaudara. Kedua orangtuanya mereka bekerja di Jakarta sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Rino saat itu tinggal bersama neneknya dirumah. Nenek Rino adalah seorang pensiunan pegawai negeri. Karena melihat aku sering membawa bekal Rino juga sering membawa masakan neneknya atau bahkan malah membawa mi goreng instan dan telur ceplok.
Setelah kejadian itu hampir setiap jam istirahat aku dan Rino makan berdua dikelas. Bahkan terkadang aku dan dia bertukar bekal.
image
Sumber gambar : https://www.google.co.id/amp/s/www.idntimes.com/life/relationship/amp/karyasih-marga-perwitasari/waktu-sma-dulu-kamu-pasti-pernah-pacaran-di-6-tempat-ini

Sekarang setelah 6 tahun tak bertemu aku tak tahu kenapa setiap kelakuan Rino membuatku teringat pada masa saat kami masih berpacaran. Aku berharap aku tidak terjebak lagi dalam cinta. Aku tahu Rino baik, tapi aku tak ingin sakit hati lagi.

Sort:  

enak ni makanannya

Posted using Partiko Android

hehe ngambil gambar dari tempat lain ituu

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 62832.46
ETH 3374.71
USDT 1.00
SBD 2.48