Having Bee Larvae For Dinner? Unbelievably Delicious! (Bilingual)
Beyond my imagination, not even ever cross in my mind that I am going to eat bee larvae for my dinner. I tried to eat some insects while I visited Thailand and some regions in West Java, Indonesia, I even had kind of maggot in Papua, but I never know that people also eat bee larvae with rice for dinner. This is an amazing experience for me, though at first I was afraid but it turned out to be very delicious. I like it and I want to have it again!
Benar-benar di luar bayangan, tidak pernah terbersit sedikit pun saya akan makan tempayak lebah untuk makan malam. Saya pernah mencoba makan beberapa jenis serangga sewaktu berkunjung ke Thailand dan beberapa daerah di Jawa Tengah, saya malah pernah mencoba ulat sagu di Papua, tetapi saya tidak tahu orang makan juga bayi lebah dengan nasi. Ini pengalaman luar biasa bagi saya, meskipun awalnya takut tapi ternyata enak banget! Saya suka dan mau lagi, deh!
This is the only picture that I have, it is quite dark over there and it is difficult for me to take picture with my Samsung Handphone at that time.
Ini satu-satunya foto yang saya punya, agak gelap di sana dan susah sekali mengambil gambar menggunakan kamera dari HP Samsung saya saat itu.
The story began when I visited my relative in Jember, East Java. I often visit that area to meet my teacher who teach me a lot about all the things important for me and all. Though the area is a bit hot for me, but since this place is far away from the city, very natural, no pollution, I am happy to stay. Well, at night when I just arrived over there, they asked me to have dinner together, and the menu was bee larvae.
Ceritanya ketika saya dengan berkunjung ke rumah salah satu kerabat di daerah Jember, Jawa Timur. Saya memang sering ke sana, karena di sana adalah pesantren tempat saya juga menimba ilmu pengetahun yang tentunya amat sangat berguna bagi saya pribadi dan semua. Meskipun di sana cenderung panas, tetapi karena masih di daerah pedesaan dan banyak sekali tanaman asri serta tidak ada polusi, saya jadi betah saja. Nah, malam hari ketika saya baru tiba, saya pun diajak makan malam bersama ala pesantren, dan menu malam itu adalah tempayak lebah.
Bee Larvae looks like white or yellow caterpillar, and they stay in the holes inside the bee hive which built for nursery. Everyday bee workers are taking care of them, and according to the people over there, the most delicious one and eatable is from honey bee and kind f wasp. Bee larvae that I ate were taken from the forest near the area which taken by citizens who are looking for honey.
Tempayak lebah bentuknya seperti ulat berwarna putih atau kuning, biasanya ada di lubang di dalam sarang yang memang dibuat untuk tempat pertumbuhan. Setiap hari mereka dijaga dan dirawat oleh lebah pekerja, dan katanya, yang paling enak dan bisa dimakan adalah dari jenis lebah madu dan tawon endas. Tempayak yang saya makan juga diambil dari dalam hutan, oleh mereka yang pekerjaannya mencari madu di dalam hutan.
Before it was cooked, these larvae were washed by salt to clean certain substance that could trigger alergic. This food is not for you who are allergic to bee, including honey and its stink, it could make you get itchy and swollen. I did not know about it and was a bit afraid, but I was very curious and really want to know how it taste. I dare myself, then. After it was cleaned, these larvae were mixed by spices and grated coconut, wrapped by banana leaves, and steamed. This dishes is called "bongko" or "pelas tala".
Sebelum dimasak, tempayak ini katanya dicuci dulu dengan garam agar tidak terlalu membuat alergi. Memang masakan ini tidak diperuntukkan bagi mereka yang alergi pada lebah termasuk madu dan sengatannya, bisa membuat gatal dan bengkak-bengkak. Berhubung saya tidak tahu, saya sempat takut juga, tetapi saking penasarannya saya beranikan diri juga mencoba. Setelah dicuci, tempayak ini dicampur dengan bumbu dan kelapa parut, lalu dibungkus daun pisang dan dikukus. Jadilah kemudian menjadi masakan yang disebut bongko atau pelas tala.
Source: https://www.bioexplorer.net/how-long-do-bees-live.html/
About its nutrient content, I have no idea, but according to people over there, these bee larvae is rich in protein. Not everyday they could easily get bee larvae, not even once a month. They need to wait the right season to get the honey as well as the larvae. They do not want to exploit the honey and killed the next generations of those bee as well.
Soal kandungan gizi, saya tidak tahu pastinya, tetapi menurut penduduk di sana, tempayak lebah ini kaya akan protein. Tidak setiap hari tempayak lebah bisa didapatkan dengan mudah, belum tentu sebulan sekali juga mereka bisa mendapatkannya, biasanya mereka menunggu waktu saja saat memang sudah bisa panen madu di hutan. Mereka juga tidak mau mengambil dan merusak agar bisa terus terjadi kelangsungan hidup para lebah yang sehat di dalam hutan, sehingga madu yang dihasilkan pun tetap baik. Katanya sih, mereka tinggal melihat saja, musim di mana banyak bunga di hutan, setelah musim bunga habis, mereka baru pergi ke hutan mengambil lebah dan juga tempayaknya.
I don't know what to say, is it a good luck or bad luck for me to have bee larvae for dinner. At least it become a new experience for me and I can share it over here as well. Who knows of there is anyone of you who wants to taste it as well. Good luck!
Entah mau dibilang beruntung atau apa ya enaknya, yang pasti bagi saya ini kesempatan yang menarik. Paling tidak saya jadi ada pengalaman baru dan bisa saya bagikan juga di sini. Siapa tahu juga ada yang mau mencoba, mari silahkan!
Bandung, April 11th, 2018
Warm Regards - Salam hangat selalu,
Mariska Lubis
Setelah di makan apa rasanya enak mbak
Di lampung sering kali mkan ini. Emang enakkk haha
wah harus ke Lampung nih buat cobain.. mau dong cobain yang masakan dari sana...
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya, mungkin pada saatnya saya akan mencoba. Kiriman yang bagus dan salam hangat dari ketinggian 1300 meter.
Ya semoga ada kesempatan ya mencobanya... salam juga dari ketinggian 900 meter... ;)
Kaya akan gizi. Madu asli sudah tergolong makanan langka. Klo lebih jangan lupa di via pos ya cut kak..hehe
Memang sudah susah mencari madu asli, tapi saya masih mendapatkannya walau harganya lumayan, tapi lebih baik daripada yang palsu deh... Berhubung nggak ada lebih dan nggak tahu dapat lagi di mana, jadi kirimannya terpaksa ditiadakan hahaha...
hahahahahaha gitu x kali kakak tuuhh.. gk pa2, yang penting ambo dah tau resep awet muda kakak nyo ha..
Wah, enak, saya mau dong :D
cariin yah, saya juga mau lagi! wkwkwk...
Wooww, uenaak tenan teh, memang apapun jenisnya asal melalui racikan tangan - tangan terampil, hasilnya akan pasti berbeda, ditempat kami juga banyak sih, cuma disini kebiasaan digunakan untuk umpan para pemancing di danau atau empang, kuliner di daerah pulau jawa memang tak ada matinya,, pengen juga sih nyicipin hehee. Terimakasih teh @mariska.lubis sajian enak buat makan malam
yah, sekali-kali dimasak jangan hanya dikasih ke ikan... hehehe... enak loh, beneran!
Belum pernah.
Tapi dari paparan yang diposting, rasanya, jadi ingin mencoba :)
Salam @mpugondrong
enak loh uda! mirip-mirip udang gitu rasanya...
Enak kali makanan nya tu kak. 😀😀😀🙏
iya enak banget!
Pengen nyoba.. Walau sedikit extrem, penasaran. Tadlpi di aceh mana ada yaa. Haha
wah nggak tahu deh, saya di Bandung juga nggak tahu nyari di mana hahaha...
waah makanan istimewa itu dan pasti jarang jarang bisa merasakannya. curiga pengen berenang setelah makan tempayak itu kak. badan panas dan energi semakin besar konon kata orang yang sudah makan tempayak begitu katanya.
jadi penasaran nyari sarang lebah nih 😂
ahaha ya memang jadi punya banyak tenaga dan panas, lebih dari habis makan kambing!