First Try Kuah Cue From Aceh, So Tasty!!! (Bilingual)

Months ago I had a chance to travel to Gerutee, Aceh with some sweet and lovely Steemians. They took me to this restaurant on the way to Gerutee from Banda Aceh to try something that I never tried before. This restaurant is very popular restaurant that sells Kuah Cue, a very unique dishes from a kind of snails called Cue in Aceh language. I know Aceh dishes are yummy, but I was a bit scared in the beginning, though I tried to hide it very much. I was afraid that I would not like it, but well, I didn’t expect it will be very tasty! I love it!

Beberapa bulan lalu saya mendapatkan kesempatan travel ke Gerutee di Aceh bersama beberapa orang steemian yang lucu-lucu dan baik hati. Mereka mengajak saya pergi ke sebuah restoran di pinggir jalan menuju Gerutee dari Banda aceh, untuk memakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah saya coba. Restoran itu sangat populer yang menyediakan Kuah Cue, masakan unik dari sejenis keong, yang disebut dengan cue dalam bahasa Aceh. Saya tahu masakan Aceh enak-enak, namun kali ini saya agak ngeri-ngeri juga awalnya, meskipun saya mencoba menutupinya dengan baik. Saya takut saya tidak akan suka, tetapi ternyata enak banget, deh! Saya suka!

In Bandung, there is another kind of snails, called Tutut in Sundanese, which are very tasty as well. Tutut habitats’s is at the paddy rice fields and near the river. People used to cook it as spicy soup, just like Kuah Cue without coconut milk. But, it is difficult to find Tutut everyday, we use to have it during Ramadhan month. A lot of people sell Tutut on the street, for snack after the break.

Di Bandung ada sejenis keong lain yang disebut dengan Tutut dalam bahasa Sunda, yang juga sangat lezat. Kalau tutut ini biasanya ada di sekitar sawah dan dengan sungai. Orang-orang di sini biasa memasaknya menjadi kuah yang agak pedas, mirip dengan Kuah Cue tanpa santan. Namun, kita tidak bisa makan Tutut setiap hari, biasanya tutut ini banyak dijual pada saat bulan Ramadhan saja. Ada banyak orang yang menjajakannya di jalan untuk kudapan selepas buka puasa.

Kuah Cue is different, we can eat it with rice. They serve it with some potatoes and pumpkin, and the coconut milk with traditional spices really make me want to have more and more. Especially when they also serve their special salty fish, oh my, I could eat a lot! The truth, I miss Kuah Cue at the moment, that is why I am writing about it now. As soon as I go to Aceh, I will definetly will ask someone to take me to that place again. I want to eat Kuah Cue, a lot of Cue!!!

Kuah Cue ini berbeda, kita dapat memakannya dengan nasi. Mereka menyajikannya dengan kentang, labu, dan santan dengan bumbu tradisional yang khas, yang membuat saya ingin lagi dan lagi. Apalagi mereka juga menyajikan ikan asin yang khas, aduh, saya bisa makan banyak! Jujur saja, saya sedang rindu dengan kuah Cue ini, makanya saya menuliskannya saat ini. Pokoknya, kalau ke Aceh lagi, saya mau minta diantar ke sana lagi. Saya mau makan Kuah Cue dengan cue yang banyak!!!

I know it is protein and fat, but who cares. Ha! It is ok to have it once in a while, but definetly not everyday. I don’t know how fat I will become if I stay nearby, I might want to eat it again and again. I hope some Aceh restaurant in my hometown, Bandung, will serve this Kuah Cue as well. I am sure plenty of people will love it, but I don’t know if we can get Cue in Bandung. I do believe there is, it just a matter of tradition and culture, perhaps people in Bandung are not familiar with this Cue. I need to find out what it is called in Bandung.

Jelas isinya memang cuma protein dan lemak, tapi siapa yang peduli, deh! Enak! Lagipula tidak masalah bila sekali-kali, tidak setiap hari ini. Saya tidak tahu juga kalau saya tinggal dekat sana, sudah dipastikan saya mau terus. Saya cuma berharap restoran Aceh di Bandung mau menyajikan Kuah Cue ini sebagai salah satu masakan dalam daftar menu. Saya yakin akan banyak orang yang suka, tapi saya tidak tahu bagaimana cara mendapatkan cue di Bandung. Saya yakin pasti ada, hanya soal budaya dan tradisi saja, mungkin orang Bandung tidak terlalu terbiasa dengan cue ini. Saya harus mencari tahu apa sebutan untuk cue di Bandung.

Thanks to @kemal13, @levycore, @abduhawab, @cutthara, @orcheva, @fahry, @mubarak, dan @moli for taking me there. You guys are very sweet and lovely, now I cant forget about Kuah Cue, and of course baby Siamang who loves me very much, who thought that I am his mom. Next time, we should go over there again, I am sure that baby Siamang already grown up, but Kuah Cue in that reastaurant should be still very yummy!

Terima kasih banyak kepada @kemal13, @levycore, @abduhawab, @cutthara, @orcheva, @fahry, @mubarak, dan @moli yang mengajak saya ke sana. Kalian memang sangat baik hati, deh, sekarang saya jadi tidak bisa melupakan kuah Cue, dan tentunya bayi Siamang yang cinta banget saya itu1 Lain kali, kita harus ke sana lagi, saya yakin bayi Siamang itu sudah tumbuh menjadi remaja, tetapi Kuah Cue di restoran itu tetap lezat! Ya, kan?!

Bandung, 31 August 2018

Warm Regards – Salam hangat selalu,

Mariska Lubis