12 Journalists and CSOs were Selected as Participants in the Environmental Investigation Workshop | Bilingual |

in #fellowship6 years ago



After selecting from dozens of incoming proposals, 12 journalists from print media and electronic were finally selected throughout Aceh. They will take part in environmental investigative journalism training held on 26-28 October 2018 at Rajawali Hotel, Lhokseumawe, Aceh (Indonesia). Environmental issues are only limited to the sustainability of Krueng Peusangan, Krueng Jambo Aye, and Krueng Tamiang. Journalists and civil society organizations, CSOs, also come from these three regions.

In addition to gaining knowledge, insight, and knowledge about the coverage of environmental investigations, the participants were also required to make proposals for coverage of several themes in the three river streams in Aceh Tamiang, North Aceh, and the Bireuen. Some themes related to environmental investigation fellowship are:

  1. Corporate responsibility for licensing providers around Krueng Tamiang, Krueng Jambo Aye, and Krueng Peusangan. The number of companies that obtain exploration permits around the river must be accompanied by the responsibility of caring for the environment and not just exploring nature.
  2. Legal aspects of improving policy making such as rules or regulations, permits, and so on. Licensing problems are often the cause of the emergence of environmental damage due to the weak alignment of legal rules for environmental sustainability. Economic factors are sometimes preferred.
  3. Community-based forest management (area of community management and social forestry, one of which includes customary forests). The presence of corporations often disrupts forest management rights for indigenous peoples. When illegal logging occurs, often people become victims.
  4. Capital network and marketing of forestry and oil palm plantations. Government policies that still favor investors make palm oil land continue to grow regardless of the long-term impact on the environment.

Broadly speaking, that is the theme that participants presented to the committee. It is expected that participants can improve the proposal and are ready to present during the worshopp.

The 12 participants who passed were:

  1. Abdul Razak
  2. Azharul Husna
  3. Cut Islamanda
  4. Darmadi Ridwan
  5. Fajrizal
  6. Fazil
  7. M Agam Khalilullah
  8. Maimun
  9. Murdeli
  10. Syawaluddin
  11. Zamzami
  12. Zulfikar Husein

After participating in the investigative training delivered by Walhi and senior journalist @yarmen-dinamika, participants were asked to present their proposals for assessment. Then the committee will choose the three best proposals for each of the Rp10 million coverage. The activity was fully supported by Shared Resources Joint Solution (SRJS) and the Bina Rakyat Sejahtera (Bytra) Aceh institution. The writing of the investigative results must be published in their respective media or on the SRJS website for environmental activities.[]






12 Jurnalis dan CSO Lolos Jadi Peserta Pelatihan Investigasi Lingkungan

Setelah menyeleksi puluhan proposal yang masuk, akhirnya terpilih 12 jurnalis dari media cetak dan elektronik serta aktivis lingkungan di seluruh Aceh. Mereka akan mengikuti pelatihan jurnalisme investigasi lingkungan yang diselenggarakan pada 26 – 28 Oktober 2018 di Hotel Rajawali, Lhokseumawe. Isu lingkungan hanya dibatasi pada kelestarian Krueng Peusangan, Krueng Jambo Aye, dan Krueng Tamiang. Para jurnalis dan civil society organization, CSO), juga berasal dari ketiga wilayah tersebut.

Selain mendapatkan ilmu, wawasan, dan pengetahuan tentang liputan investigasi lingkungan, para peserta juga wajib membuat proposal liputan beberapa tema di ketiga aliran sungai di Aceh Tamiang, Aceh Utara, dan Bireuen tersebut.

Beberapa tema terkait fellowship investigasi lingkungan adalah:

  1. Tanggung jawab perusahaan terhadap penyelenggara perizinan di seputar Krueng Tamiang, Krueng Jambo Aye, dan Krueng Peusangan. Banyaknya perusahaan yang mendapatkan izin eksplorasi di sekitar sungai harus disertai tanggung jawab merawat kelestarian lingkungan dan bukannya hanya mengeksplorasi alam.
  2. Aspek hukum perbaikan pembuatan kebijakan seperti aturan atau regulasi, perizinan, dan sebagainya. Masalah perizinan seringkali menjadi penyebab munculnya kerusakan lingkungan karena lemahnya keberpihakan aturan hukum terhadap kelestarian lingkungan. Faktor ekonomi terkadang lebih diutamakan.
  3. Pengelolaan hutan berbasis masyarakat (wilayah kelola masyarakat dan perhutanan sosial yang salah satunya mencakup hutan adat). Kehadiran korporasi seringkali menganggu hak kelola hutan bagi masyarakat adat. Ketika terjadi penebangan liar, seringkali masyarakat yang menjadi korban.
  4. Jaringan permodalan dan pemasaran kehutanan dan perkebunan kelapa sawit. Kebijakan pemerintah yang masih berpihak kepada pemodal membuat lahan kelapa sawit terus bertambah tanpa mempedulikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan.

Secara garis besar itulah tema yang disampaikan peserta kepada panitia. Diharapkan peserta dapat memperbaiki proposal dan siap mempresentasikan selama worshopp berlansung.

Adapun ke-12 peserta yang lolos adalah:

  1. Abdul Razak
  2. Azharul Husna
  3. Cut Islamanda
  4. Darmadi Ridwan
  5. Fajrizal
  6. Fazil
  7. M Agam Khalilullah
  8. Maimun
  9. Murdeli
  10. Syawaluddin
  11. Zamzami
  12. Zulfikar Husein

Setelah mengikuti pelatihan investigasi yang disampaikan Walhi dan jurnalis senior @yarmen-dinamika, peserta diminta mempresentasikan proposalnya untuk dinilai. Kemudian panitia akan memilih tiga proposal terbaik untuk diberikan biaya liputan masing-masing Rp10 juta. Kegiatan itu didukung sepenuhnya oleh Shared Resources Joint Solution (SRJS) dan lembaga Bina Rakyat Sejahtera (Bytra) Aceh. Tulisan hasil investigas harus dimuat di media masing-masing atau di website SRJS bagi aktivitas lingkungan.[]






Badge_@ayi.png


follow_ayijufridar.gif

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 61979.42
ETH 2916.97
USDT 1.00
SBD 3.63