JIWAKU YANG PERGI
Sore itu, beliau berkata “ Nanti jika pulang kuliah langsung pulang terus ya, Tolong lihat ibu dan adik- adik dirumah mana tahu mereka membutuhkanmu. Saya berkata” iya ayah sedikit begitu sinis karena pekerjaan rumah yang belum selesai pada perkuliahku. Setelah itu saya pergi meninggalkan ayah ketika beliau sedang membersihkan badan ( Mandi ).
Diperjalanan saya mengerutu kenapa ayah tiba – tiba menyarankan saya cepat pulang padahal biasanya ayah sering mengajuhkan saya setiap harinya sehubungan saya sekarang sudah dewasa. Sesampainya saya dikampus, Saya menyelesaikan terus pekerjaan kampusku dengan mata kuliah dari jam pertama hingga mata kuliah ke jam berikutnya.
Hatiku sangat tenang tanpa terfikir satupun tentang ucapan beliau, terlupakan hinga terus terlupakan. Sesekali telpon berdering. Saya bertanya dalam hati “ ada apa gerangan tiba tiba abangku menelponku. Telpon dari abang saya angkat dengan santai.
Abang : Haloo…. Wan…iwan dimana sekarang? kemudian tiba tiba telpon terputus. Saya kembali menelpon abangku namun telpon tidak tersambung seolah-oloh lenyap membisu pergi entah kemana. Saya berguman dalam hati, ada apa gerangan abang ini menelepon namun tiba tiba terputus, Apakah beliau sedang tidak ada pulsa ataukah tidak berada pada lokasi yang memiliki sinyal.
Hatiku terus kebingungan dengan peristiwa itu, perlahan lahan saya terduduk diam di ruang kelas kampus.Lima belas menit kemudian Bang Anto ( Wakil Kapolsek ).
Bang Anto : Hallo….. dimana iwan?
Saya : iwan di kampus bang.
Bang anto : Iwan segera pulang kerumah sekarang.
Saya : Ada apa bang?
Bang anto : Kau sudah dewasakan? Abang bilang pulang sekarang ( Dengan nada tegas )
Saya : Iya bang iwan Pulang sekarang.
Bang anto : Iwan tenang ya, pulang langsung kerumah sakit Cut Mutia ya.
Saya : Iya bang, dengan rasa cemas ada apa gerangan di rumah sakit cut mutia. Kututup
telpon dan berjalan untuk persiapan pulang dan menuju rumah sakit Cut Mutia.
Tiba tiba suara telpon berdering kembali dan segera kumengangkat telpon secepatnya . Rupanya Dosen pembimbing Skripsiku yang menelpon dari luar kota.
Dosen : Halo, Ridwan .sesuai dengan jadwal seminar skripsi bua tolong besiapkan segala administrasi dan seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk seminar skripsi kamu besok.
Saya : Insyaallah, siap pak dengan berfikir dokumen yang belum saya selesaikan untuk seminar skripsi besok. Dan fikiran ini seperti terbagi setengah untuk skipsiku dan setengah telpon dari abang – abangku.
Ketika diperjalanan hatiku dan fikiran seperti kebingungan meloncat ke kiri dan ke kanan seakan rasanya ingin segera terbang dan mengetahui kejadian yang terjadi dari telpon bang anto yang menyuruhku untuk segera kerumah sakit cut mutia.
Dengan hati cemas, ku telpon kembali abangku. Namun hand phone beliau sepertinya diluar jangkauan dan kuteruskan perjalanan menuju rumah sakit cut mutia. Sesampainya kawasan rumah sakit cut mutia saya tidak langsung masuk keruangan rumah sakit melainkan berjalan menuju rumahku.
Sesampai rumah saya melihat keadaan begitu sepi dan kulihat dari kejauhan ibuku tercinta duduk dengan wajah pucat dan lemas bersandar di samping tiang tembok rumahku seraya berkata,
Saya : Assalamulaikum ,
Ibu : Waalaikumsalam, He …iwan sudah sampai….seraya sedikit menangis.
Saya : ada kejadian apa bu ?
Ibu : Ayah ..wan…
Saya : Ayah kenapa bu?
Ibu : ayah kecelakaan 2 jam yang lalu dan sekarang sudah di bawa di rumah sakit cut mutia dan adikmu si rani sudah berada di sana menjaga dan melihat kondisi ayah diruang UGD katanya.
Saya : Baik bu, ibu jangan cemas dan kita serahkan saja kepada Allah SWT apapun yang terjadi nantinya. Sekarang kita siap siap untuk menuju ruang UGD melihat bagaimana kondisi ayah di ruangan tersebut.
Ibu : Baiklah, kata ibu seraya kelihatan kesedihan diwajah mamsaya
Saya : Iya bu, seraya saya langsung berjalan menuju sepeda motorku.
Di perjalanan kenuju ruangan UGD rumah sakit cut mutia membuat hatiku bimbang dan tsayat dengan apa yang terjadi terhadap ayah. Sesampai diruang UGD tersebut saya di sambut dengan Bang anto seraya menjelaskan kronologi kejadian yang menimpa ayangku, namun saya hanya fokus pada wajah ayahku. Lalu adik perempuanku ( Rani ) menyapsaya seraya menagis terisak- isak dengan wajah yang yang sepeertinya sudah lama menangis. Kakiku lunglai seolah tidak tidak sangup melangkah masuk kedalam ruangan UGD tersebut. Namun ku sadar nasehat beliau ayahku bahwa anak laki laki tidak boleh kelihatan menagis dihadapan siapapun apalagi didepan adik adikku. Dengan kelunglaian langku namun sayan seolah olah sangat tegar dan tenang dalam mengadapi keadaan ini. Kulihat ayahku perlahan – lahan dan hatiku begitu sangat sedih ketika mendengar informasi dari perawat di ruang UGD tersebut bahwa ayah telah tiada. Terpukul rasanya hati ini, dimana sosok orang yang selalu memberi semangat dalam hidup ini terbaring dan telah meningkalkan kami untuk selama – lamanya. Ingin rasanya saya menjerit sekuat tenaga atas peristiwa ini namun ku perhatikan ibuku dari kejauhan menghapus tangisan dipipi nya. Kemudian kuhampiri ibuku dan adik perempuanku seraya memeluk mereka seakan memberikan kekuatan dan menjelaskan dalam hati bahwa jangan kwatir dan cemas karena mereka masih ada saya dan abangku untuk mereka.
Ku ajak ibu serta adik perempuanku untuk pulang dan mempersiapkan kodisi rumah yang kemungkinan belum sempat dibersihkan atas kejadian yang menimpa ayahku tersebut sehingga ibu masih dalam keadaan sedikit terkejut dengan keadaan ini. Tapi kami tak henti hentinya menguatkan ibuku tentang kejadian ini, sehingga beliau sangat faham busud dan tujuan kami untuk itu.
Sore itu jugan kami persiapkan untuk menyambut jenajah ayah tercinta yang sesungguhnya sangat menyesakkan hati khususnya bagiku dimana didalam fikiranku bahwa saya sepertinya belum cukup siap atas kepergian belian dikarenakan saya masih sangat butuh nasehat dan saran beliau untuk menjalani hidup ini.
Kemudian kutelpon abangku setelah kondisi rumah bersih dan orang – orang desa sudah berbondong bondong datang kerumahku.
Saya : Assalamualaikum bg,
Abang : Waalaikumsalam,
Saya : Bang, tolong abang jangan terkejut ya karena…… belum sempat kulanjutkan kata kat saya. Abangpun sudah langsung menjawab.
Abang : iya wan, abang sudah di telpon juga dengan bang anto tadi, iwan yang sabar ya dek? Terasa tagisan dari suara beliau yang yang ditutupi untuk menguatkan kami mengadapi kejadian ini, seraya membisikan saya dengan perlahan – lahan. Dek, Tolong jaga dan perhatikan ibu dan adek baik baik, dan buat tenang hati mereka sehingga mereka benar – benar ikhlas dengan kejadian ini, abang sedang dalam perjalanan pulang. Dan juga beliau menyarankan jangan perlihatkan kesedihan didepan ibu dan adik – adik, Berusahalah tegar ya dek, kita anak laki laki yang dipercaya oleh ayah untuk melindungi mereka kelak dek.
Saya : Iya bang, ( Jawabku ) dimana terasa dada ini sesak dengan kepergian beliau yang tiba- tiba ditambah lagi naeshat dari abang untuk tidak memperlihatkan kesedian ini dengan mama dan adik – adikku, sangat terasa sedih walaupun hatiku ikhlas dengan ketetapan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT ini.
Ku tutup Telponku dengan mengucapkan salam dan hati – hati di perjalan pulang kerumah oleh abangku. Kuperhatikan ibuku membentangkan tikar perlahan- lahan satu persatu dengan sebuin bertambahnya usia beliau, dan kemudian ku perhatikan adik perempuanku yang tegar ini ( rani ) dan seraya berdoa didalam hati “ Ya Allah ini kehendakmu dan mudahkan lah urusan dan bimbinglah kami tetap di jalanmu dengan keikhlasan ini”.
Beberapa menit kemudia terdengar suara adik perempuanku ( Rina ) member kan salam karena baru pulang sekolah Menegah Pertama (SMP) nya :
Adikku (Rina ) : Assalamualaikum…
Ibu : Walaikumsalam..
Rina : Ada apa bu ramai – ramai diluar ..?
Ibu : Rina , kesini nak sambil sambil memanggil semua saudara perempuanku berkumpul ke kamar dengan air mata terus keluar mengalir dipipi beliau berkata, Sabar nak ya, tadi ayah kecelakaan dan sekarang ayah sudah mendahulukan kita berjumpa ke Allah SWT. Serontak keseluruhan saudarsaya dan ibu menangis di dalam kamar secara bersamaan.Saya pun terduduk lemas melihat wajah adik terkecilku dengan keadaan ini.
Rina berkata : Jadi sekarang rina tidak ada ayah lagi ya Bu?
Ibu : Sabar nak ya, Rina ada kakak, ibu dan abang seraya memeluk rina sambil menangis.
Saya : sudah ya, tolong semua mengambil air wudhu untuk dapat mengirimkan doa buat ayah.
Rina : iya bang, seraya bergegas menganti pakaian sekolahnya dan segera mengambil wudhu.
Beberapa menit kemudian mobil ambulan rumah sakit masuk ke pekarangan rumah pertanda mayit ayah sudah sampai untuk dapat di bersih dan sucikan. Perangkat desa dan masyarakat membatu untuk menyiapkan proses ferdu kifayah agar sesegera mungkin.
Terdengan Suara abangku baru sampai dari luar kota dan langsung mengucapkan dalam dan dan memeluk ibuku.
Abang : Tolong semua kumpul sebentar.
Saya : Iya bang.
Abang : tolong jangan ada yang menangis terisak – isak dengan kepergian ayah ya?
Saya : iya bang, sesekali air mata keluar mengalir dari pipi ini.
Kemudian abang dan saya pergi ke sumur untuk mengambil air wudhuk dan mebersikan tubuh.ku lihat air mata terus mengalir dari mata abangku yang terus beliau sembunyikan.
Kemudian saya dan abang ikut menyucikan dan memandikan ayah bersama bimbingan dan arahan Tengku imum desa. Air mata terus mengalir perlahan – lahan bersamaan dengan usapan tangan ke badan ayah dari ujung rambut hingga kaki.Selesai Disucikan semua berkumpul untuk melihat wajah ayah yang terakhir sebelum di makamkan.
Telah kami upvote yaa..
thanks ya
🎁 Dear @ridwanahmat,
SteemBet Seed round SPT sale is about to start in 2 days!
When our started the development of SteemBet Dice game, we couldn’t imagine that our game would go so viral and that SteemBet would become one of the pioneers in this field.
In order to give back to our beloved community, we’ll distribute 4000 STEEM to SPT holders immediately after Seed sale. Plus, investors in this earliest round will be given 60% more tokens as reward and overall Return on Investment is estimated at 300%!
Join the whitelist on SteemBet webiste now and start investing! Feel free to ask us anything on Discord https://discord.gg/tNWJEAD