Sang Pencetus (Jilid 2)

in #esteem6 years ago (edited)

cartoon1519998304952.jpg


Peristiwa unik beberapa hari lalu di sebuah warung kopi, belum terlupakan. Masih melekat diingatan. Mungkin karena masih penasaran, siapakah lelaki itu? Melihat gesturnya belum terlalu tua. Kalau saja tubuhnya terawat baik, normal seperti lelaki lainnya, dia pasti belum mencapai setengah abad usianya. Bahkan bisa mencapai dua puluhan tahun lebih muda. Ya kira-kira sekitar tiga puluhan usianya. Tetapi kelihatan lebih tua, begitu ringkih, giginya bisa dikatakan ompong. Rambutnya acak-acakan, mungkin tidak berani disisir oleh asprinya, takut akan tidak punya rambut lagi karena rontok.

Dering dan getaran serentak berbunyi di android, pertanda ada wattsap masuk. Entah dari siapa, memang tidak ada tersimpan dalam kontak WA. Tidak ada foto profil, tidak punya nama. Namun aku baca juga isi chatingnya, bahwa akan mengundang semua handai taulan, semua diakuinya sebagai saudaranya, karena yang hadir adalah saudara-saudaraku, teman-temanku. Hhm sempat juga mengerutkan kening membaca undangangnya, tidak sepeti biasanya dengan redaksional yang aneh. Alamat tempat, hari dan waktunya tertera di bawah. Sangat bermohon untuk bisa hadir, walau hujan dan badai. Hhm.. aku menarik nafas dalam-dalam melepaskan pelan-pelan, belum juga lega. Makin aneh.

Memang warung kopi tempat yang mudah mengumpulkan massa di negeri ini. Walau tidak ada undangan, selalu saja ramai dikunjungi pelanggan.

Aku dan para hadirin yang lainnya sudah berada di dalam warung kopi yang tertera dalam undangan WA kemarin. Ruangannya tidak disekat lagi, sengaja dicopot sementara, agar bisa menampung para undangan, jumlahnya lebih banyak dari beberapa hari lalu. Kami saling bertegur sapa, sambil senyum-senyum masam, saling bertanya, diundang juga ya?

“iya, aku datang ke sini, bukan karena undangannya, tapi karena aneh dan penasaran”. Menjelaskan alasan kedatangannya. Nyengir malu-malu.

“yaa sama, aneh dan penasaran, aku juga begitu” ucapku spontan.

“Jeeh… berarti kita sama semua” sambung hadirin lainnya. Kami menutup mulut menahan tawa.

“tapi siapa dia? Mungkin aku terlalu sibuk atau sok sibuk selama ini, sehingga tidak terpantau apa yang telah terjadi di sekeliling kita”. Tanyaku lirih, nyaris berbisik.

“jeeh…kan dia bilang kemarin itu, dia Pencetus”. Jawab kawan disampingku.

“iya. Tapi siapa…? eeh Ini sudah pukul 5 sore, belum ada tanda-tanda kehadirannya”?.

“nah itu asprinya datang”. Tunjuk kawan ke arah perempuan separuh baya itu.

Perempuan separuh baya itu berjalan anggun, menuju sofa dan meja tempat lelaki itu akan berorasi. “saudara-saudara, mohon maaf sedikit terlambat, karena ada sesuatu dan lainnya. Bapak tadi sedang menunggu pesanan obat. Sebentar lagi bapak akan tiba, mohon bersabar sejenak”. Permohonan maaf basa-basi dari aspri itu.

cartoon1519998030808.jpg


Asisten Pribadi yang luar biasa menurutku. Berpakaian muslimah serba hitam, berhidung mancung, masih tetinggal kecantikan padanya. Sangat sabar melayani lelaki itu, Senyumnya menawan, tapi terasa getir. Matanya. Ya mata kenapa begitu duka, seperti berat sekali beban ditanggung batinnya, begitu menderita dia. Ah! Matanya tidak bisa menyembunyikannya. Bukankah mata gerbang jiwa? Kenapa masih betah mendamping lelaki itu? Atau barangkali dibayar dengan gaji besar sebagai aspri? Entahlah.

Lelaki itu tergesa-gesa memasuki ruangan warung kopi, semua yang hadir diam, bersiap-siap mendengar ocehannya lagi. Mereka mempersiapkan kamera foto, kamera video, tidak ketinggalan mengunakan fasilitas android masing-masing.

Setelah mengucapkan salam. Lelaki itu memohon maaf atas keterlambatannya. Tampaknya hari ini nafas dia semakin tidak beraturan.

“saudara-saudaraku, saya sangat berterimakasih, hasil pertemuan kita beberapa hari lalu, di warung kopi yang dekat sungai itu. Sangat luar biasa, begitu cepat viral di media cetak, televisi, internet, bahkan di jaring sosial sangat viral. Itu berkali-kali saya ucapakan beribu-ribu terimakasih.

Rasa bangganya terlihat jelas dari wajahnya dengan senyuman sumbringah, begitu percaya diri walau dengan gigi tertinggal satu-satu. Tak henti-henti mengapresiasi kehadiran pada para undangan kala itu.

“Saudara-saudaraku. Dengan kata apa harus saya ucapkan rasa hormat saya kepada saudara-saudara semua?” dia menyebarkan pandangan matanya kepada para undangan, dari kiri, tengah, kanan. Atas, tengah, bawah. Tidak ada yang menjawab, lalu dia lanjutkan lagi ocehannya.

“saudara-saudaraku, tahu tidak? Hadirin yang hadir di sini karena saya undang. Saudara-saudara semua adalah orang-orang yang terhormat”. Aku memandang kawan di samping dengan menyatukan kedua alis. Kawan membalas dengan mengangkat keatas kedua alisnya, sambil menutarkan kedua matanya. Cara lain ungkapkan kebingungan kami.

“saudara-saudara semua pasti membaca undangan yang saya kirimkan, melalui WA, kartu undangan dan lainnya. Saya tulis Kepada YTH. Tahu tidak kepanjangannya? YE TE HA, Yang Terhormat menggunakan huruf capital alias huruf besar. Berarti saudara semua sangat terhormat”. Satu-satu para undangan mulai merasa gerah. Lelaki melanjutkan ocehannya.

“kalau yang saya undang berhuruf kecil, ye te ha. Pasti mereka tidak akan datang, ye te ha yakni yang tidak hormat. Makanya saya tidak undang mereka, dan mereka tidak datang”. Dia tersenyum, sangat tidak menarik.

Hampir mendekati kata memuakan,. Kami semua masih menunggu apa maksud dan inti pertemuan ini. Ya semakin gerah.

Setelah menyeka mulutnya dengan beberapa lembar tisu, kembali melanjutkan ocehannya lagi.

“ehheemmm. Baiklah saudara-saudara semua, pasti tidak sabar lagi mendengar penjelasan saya. Begini, organisasi-organisasi yang ada di negeri ini, saya yang mencetuskannya!! Memang semua organisasi itu sampai sekarang ini, tidak akan melibatkan saya, para pengurus telah membayar saya, membiayai hidup saya sampai saya tidak hidup lagi.

cartoon1519997854300.jpg


Udara di ruangan itu semakin tidak nyaman semakin tidak terasa hembusan angin dari kipas angin. Semakin gerah

“tapi itu semua belum bisa membuat saya puas dan tenang sampai mati. Mereka tidak pernah menyebut saya Sang Pencetuuuus!!! Padahal saya mencetuskan nama-nama kampong, nama kota, nama anak-anak yang baru lahir, nama-nama mesjid bahkan sudah ada payungnya itu. Negeri ini saya pencetusnya, bahkan nusantara iniii….” Suasana gaduh, hadirin riuh.

Aku memperhatikan asprinya menangis tersedu-sedu, sambil memainkan androidnya, entah apa yang diketiknya sementara sang pencetus tidak terkontrol lagi, mulut berbuih, giginya semuanya copot, terbang satu-satu

Sayup-sayup terdengar suara ambulance, semakin lama semakin dekat makin jelas suaranya dan berhenti di depan warung kopi, beberapa orang berpakaian putih-putih turun tergesa-gesa menuju ke sang pencetus. Merangkulnya sambil menyuntikkan obat penenang.

“ibuuu..ibuuu.. kenapa ibu memanggil orang-orang ini? Mereka selalu menyuntik aku bu, kenapa ibuuu.. anakmu orang hebat bu. Anakmu Sang Pencetusss. Obat sudah bereaksi, lelaki itu tidak sadar lagi. Para perawat membawa ke ambulance.

Perempuan separuh baya tadi masih tersedu, begitu pilu, sedih, duka lara. Seorang lelaki yang sempat dicegah untuk bertanya ketika itu, mendekati mencoba menghiburnya.

cartoon1519997957085.jpg

“sudahlah bu, walau mereka tidak bersedia menyebutnya, izinkan saya menyebutnya Sang Pencetus!!!”

“janganaan!! Jangan kamu sebut itu jangaaan”. Perempuan separuh baya itu semakin pilu. Semakin sedih menyaksikan pemuda tadi tertawa terbahak-bahak.

“Ya Allah, Ya Tuhan Kami. Ampuni Hamba. Kenapa makin bertambah orang gila di negeri ini.

Selesai

Banda Aceh, 3 Maret 2018

Zulfikar Kirbi | @zulfikark-kirbi

Sort:  

Bahasa Aceh nya "bereh"

Terimakasih bang @yusefendy berfikir ria hehe

bg@zulfikark-kirbi memang waarbiaasaaa.. :D

Hehehe @dedybadunk terimakasih. Biasa aja. Biasa di luar hehw

Teurimonggaseh syedara

Alamak. Postingan yang mantap.

Hehehehe syedara @andrianhabibi masih perlu bimbingan, masih belajar syedara loen

Ini sambungan kemarin? Belum ada end nya ya bang? Ahahahhaa. Lanjuuut!

hahhaa bang @apilopoly memang tidak pernah ada ending, cerita belum selesai hehe

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by zulfikark-kirbi from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 63768.98
ETH 3410.21
USDT 1.00
SBD 2.49