HabaFOOTBALL | Like Father Like Son #1. Justin Kluivert

in #esteem6 years ago (edited)

imageSource Ruben, Justin, Patrick, dan Quincy

Siapa tidak kenal Patrick Kluivert, pebola kaki asal Belanda yang termasuk dalam generasi emas Ajax Class of 1995 yang mengguncang juara bertahan Piala Champions, AC Milan pada final 1995. Kluivert lah pemain yang memupus harapan Ruud Gullit Cs untuk back to back mengangkat tropi berkuping panjang. Satu-satunya gol di menit ke-85 dari kaki pemain kelahiran Amsterdam, 1 Juli 1976 tersebut menjadi bukti kebintangan seorang Kluivert yang masih berusia 18 tahun saat itu.

Like Father Like Son

Kehebatan Kluivert ternyata menurun ke salah satu anaknya, Justin Kluivert. Justin yang mulai ditempa di akademi Ajax hingga tampil mengesankan selama dua musim di Ajax senior, menjadi sorotan klub-klub liga besar Eropa seperti Tottenham Hotspur, Real Madrid, dan Manchester United. Namun pada akhirnya Justin memilih untuk bergabung dengan Si Serigala alias AS Roma di Serie A Italia. Pemain yang sekarang sudah masuk dalam skuad tim nasional Belanda ini dibanderol senilai €17.25 juta atau setara dengan Rp 283 miliar. Dia mengikuti pilihan ayahnya dulu yang juga berpindah dari Eredivisie ke Serie A.

imageSource

Mampukah Justin menjadi salah satu tulang punggung Roma yang musim ini sedikit royal mengeluarkan dana untuk memboyong sejumlah pemain demi memutus kedigdayaan Juventus yang sudah tujuh musim menggenggam scudetto secara berturut-turut? Atau Justin akan flop seperti sang ayah, yang cuma semusim bertahan di AC Milan dengan hanya enam gelontoran gol dari 27 penampilan. Statistik yang sungguh mengecewakan!. Milan pun finis di urutan ke sepuluh klasemen akhir Liga Italia musim 1997/1998.

Cita-cita Justin pasti ingin mengikuti jejak sang ayah yang berprestasi seperti saat bergabung dengan Barcelona, dan sukses menjuarai Liga Spanyol musim 1998/1999. Juga keinginan untuk menjadi bagian dari tim Orange yang tampil di Piala Dunia seperti yang dicatat sang ayahanda di Piala Dunia 1998.

Harapan itu memang tidak akan mudah diwujudkan. Untuk masuk skuad utama I Giallorossi saja bukan perkara gampang, cukup banyak talenta muda yang masuk daftar pantauan allenatore Eusebio Di Francesco. Di posisi depan ada Cengis Under, Lorenzo Pellegrini, dan Patrik Schick. Atau pemain yang sudah duluan menjadi andalan Il Lupo, Stephan El Shaarawy.

imageSource

Bagi Justin sepakbola adalah segalanya, pilihan dia untuk bergabung dengan AS Roma pun tanpa intervensi pihak luar, dia mencoba selalu menjadi Justin, bukan siapa-siapa. Bahkan untuk pemilihan nomor punggung pun dia mengikuti kata hatinya. Orang pasti bertanya kenapa di Roma dia memakai nomor 34, sebuah kombinasi angka yang sangat tidak asyik. Namun, Justin menaruh penghormatan sangat mulia pada angka tersebut. Itu adalah nomor punggung sahabat sejatinya, Abdelhak Nouri saat masih merumput bersama de Godenzonen di Liga Belanda.

"Kenapa 34? Nomor Appie, doa dan nomor kaosku untukmu, teman yang mengajari saya banyak hal," tulis Justin dalam akun Instagram-nya.

Appie, begitu panggilan Abdelhak Nouri, mengalami Aritmia (kelainan jantung) sehingga mengalami kolaps di lapangan saat laga pra musim, Juli 2017 lalu melawan Werder Bremen. Sejak tragedi itu, Appie yang tumbuh kembang sebagai rising stars bersama Justin di Ajax musim lalu, karirnya divonis tamat. Semua terpukul, apalagi Justin. Sehingga dia ikhlas mempersembahkan nomor 34 nya di Roma untuk sahabatnya yang berdarah Maroko tersebut. Itulah Justin.

imageSource Justin dengan Nouri

Meski tidak dapat dipungkiri, keahlian olah bola Justin turun dari ayahnya, tapi Justin pasti tidak mau meniti karir di bawah bayang-bayang kelegendaan sang ayah. Justin ingin tumbuh sebagai diri sendiri. Posisi bermain pun Justin, mesti di depan, tapi bukan seorang striker murni seperti Patrick, dia lebih bermain sebagai winger. Pemain sayap yang sangat ofensif. Itulah kenapa, meski masih belia dia sanggup menyumbang 12 gol untuk Ajax dalam 44 laganya.

Bagaimana sepak terjang Justin di Serie A, kita tunggu bergulirnya kompetisi kasta tertinggi di Negeri Spagetti yang rencananya akan dimulai tanggal 19 Agustus 2018.


image Justin bersama ayah dan adiknya, Shane

Sedikit catatan :

  1. Patrick Kluivert juga mendapatkan gen tendang-tendang bola dari ayahnya, Kenneth Kluivert yang juga berprofesi pesepakbola profesional di Suriname. Persis seperti yang didapat Justin saat ini. Fakta, mereka memang lahir dari keluarga sepak bola.

  2. Anak Patrick Kluivert yang memiliki bakat sepakbola bukanlah Justin Kluivert seorang. Adalah Shane Patrick, adik Justin tapi lain ibu. Justin anak kedua dari istri pertama ayahnya, Angela van Hulten, sedangkan Shane anak pertama dari istri kedua, Rossana Lima. Shane sekarang telah bergabung dengan Barcelona, pindah dari Paris St. Germain.

imageSource Justin (Ajax), Quincy (Barcelona), dan Ruben (Newcastle) bersama ibu mereka, Angela vam Hulten

  1. Kakek Justin Kluivert berasal dari Suriname, sedangkan neneknya asli Curacao (dulu dikenal dengan Antilles Belanda).

  2. Ibu Justin berdarah Swedia, sedangkan ibu Shane berdarah Cape Verde/Portugal.

imageSource
Rosanna Lima, Shane Patrick, dan Patrick Kluivert

image Shane Patrick



Saleum,
@yoesrizalrusli

Sort:  

Halo @yoesrizalrusli, terima kasih telah menulis konten yang kreatif! Garuda telah menghampiri tulisanmu dan diberi penghargaan oleh @the-garuda. The Garuda adalah semua tentang konten kreatif di blockchain seperti yang kamu posting. Gunakan tag indonesia dan garudakita untuk memudahkan kami menemukan tulisanmu.Tetap menghadirkan konten kreatif ya, Steem On!

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 62593.28
ETH 3105.58
USDT 1.00
SBD 3.86