Dusta Dalam Sebuah Ideologi

Stop Sawit! Inilah kondisi yang terjadi, hampir seimbang antara pihak yang menolak dan menerima kehadiran kelapa sawit di Indonesia. Gelombang gerakan penolakan komoditas kelapa sawit juga terjadi di Aceh. Dengan berbagai carut marut pengelolaan perkebunan kelapa sawit menjadi dasar penolakan hadirnya kelapa sawit di Aceh.

Tidak heran jika sebagian kepala daerah mengeluarkan sejumlah kebijakan dalam merespon penolakan tersebut, seperti diterbitkannya instruksi tentang moratorium perkebunan kelapa sawit. Tidak hanya dari kalangan aktivis lingkungan, juga dari kelompok masyarakat ikut bergabung dalam gerakan melawan perkebunan kelapa sawit. Kenapa? Karena fakta dilapangan hadirnya perkebunan kelapa sawit belum mampu menjawab persoalan kesejahteraan masyarakat. Sengketa lahan, pembakaran lahan, pencemaran limbah, penguasaan lahan yang besar, tenaga kerja, permainan harga pasar, pelanggaran HAM, serta sejumlah persolan lainnya mewarnai permasalahan perkebunan tersebut.

Dibalik semangat penolakan itu yang sudah menjadi sebuah ideologi, disisi lain mereka belum mampu melepaskan ketergantungan pada pemakaian produk berbahan baku kelapa sawit. Baik untuk kepentingan konsumsi atau perawatan kecantikan, fakta saat ini produk turunan dari kelapa sawit masih mendominasi pasar. Minyak goreng, mentega, dan sejumlah alat kosmetik yang berbahan baku kelapa sawit masih membanjiri pasar. Ideologi penolakan belum selaras dengan pola konsumsi dan pemakaian. Dari satu sisi menolak, namun sisi lain menerima, inilah bagian dari dusta sebuah ideologi.

Jadilah pelopor keselamatan lingkungan hidup di Aceh

Salam Adil dan Lestari