Jingki yang mulai hilang

in #esteem6 years ago

Selamat pagi menjelang siang steemian

Berkunjung ketempat bersejarah dan museum-museum di Aceh maupun luar Aceh adalah salah satu kegiatan karya wisata untuk pelajaran sejarah di madrasah kami. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperkenalkan sejarah Aceh dan benda-benda peninggalan sejarah kepada generasi muda khususnya kepada siswa-siswi madrasah sehingga mereka bisa melihat secara langsung dan mengenal dan melestarikan kebudayaan bangsa aceh. Salah satu tempat bersejarah yang kami kunjungi adalah rumoh cut meutia yang berada dikabupaten Aceh utara.

Visiting historical places and museums in Aceh and outside Aceh is one of the tour activities for our history lesson in our madrasah. This activity is done in order to introduce Aceh history and heritage objects to the young generation especially to the madrasah students. So, they can see firsthand and know and preserve the culture of the nation of aceh. One of the historic places we visited was ** rumoh cut meutia ** which is in the regency of north Aceh.

Ditempat ini terdapat banyak benda-benda peninggalan zaman kerajaan Aceh dahulu. Selain itu juga terdapat lukisan Cut meutia salah satu pahlawan wanita Aceh yang terkenal pantang menyerah dalam berjuang melawan penjajah. Kali ini saya tidak membahas tentang Cut meutia. Akan tetapi ada satu benda tradisional khas Aceh yang ada di tempat tersebut yang menarok perhatian saya. Hal ini dikarenakan banyak dari siswa-siswi kami yang berkunjung tidak tahu nama benda tersebut. Benda itu bernama jingki

In this place there are many relics of the ancient Acehnese past. In addition there are also paintings Cut meutia one of the Acehnese heroes are notoriously giving up in the fight against the invaders. This time I'm not talking about Cut meutia. However, there is one traditional Acehnese object in that place that looks at my attention. This is because many of our visiting students do not know the name of the object. It was called jingki.

image

Bagi generasi aceh yang lahir dibawah tahun 1990an, jingki bukanlah sesuatu yang asing. Mereka yang lahir di era tahun tersebut sering melihat bahkan turut menggunakan jingki. Tapi bagaimana dengan generasi Aceh yang lahir diatas tahun 1990 an? Banyak dari mereka belum pernah mendengar nama jingki apalagi menggunakannya. Jingki merupakan alat penumbuk padi menjadi beras dan beras menjadi tepung orang aceh pada zaman dahulu sebelum hadirnya teknologi mesin penumbuk padi dan tepung.

For generations of aceh under 1990, jingki is not something foreign. Those born in this era often see and even participate using jingki. But what about the Aceh generation born in the 1990? Many of them have never heard the name jingki and never use it. Jingki is a rice pounder into rice and rice into flour aceh people in ancient times before the presence of technology pounding machine and flour.

image

Jingki ini dilengkapi dengan lusong yaitu tempat menaruh padi atau beras yang akan ditumbuk. Lusong ini terbuat dari batu yang dipahat berbentuk lingkaran bulat ditengahnya. Batu yang digunakan sangat keras dan tidak hancur ketika ditumbuk. Selain itu pada jingki terdapat alee yaitu kayu berbentuk silinder besar yang digunakan untuk menumbuk padi atau beras didalam lusong. Dalam menumbuk padi atau tepung biasanya dilakukan secara berkelompok minimal dua orang. Satu orang yang mengoperasikan jingki (lheu jingki) dan yang satu lagi meratakan tepung atau beras yang ada di lusong (sampoh tupong).

Jingki is equipped with "lusong" the place to put rice or rice to be pounded. Lusong is made of stone carved round circle in the middle. The stone used is very hard and not destroyed when pounded. Besides that jingki also equipped with "alee". Alee is a large cylindrical wood that is used to pound rice or rice in lusong. In pounding rice or flour is usually done in groups of at least two people. One person operates jingki (lheu jingki) and the other flattens the flour or rice in the lusong (sampoh tupong).

.
Jingki mengajarkan gotong royong dan kebersamaan diantara rakyat Aceh. Jingki juga mengajarkan kesabaran dalam kehidupan. Namun, seiring perkembangan dan kemajuan teknologi jingki mulai ditinggalkan dan dilupakan. Pada zaman dahulu hampir disetiap rumah-rumah dikampung kita bisa menemukan jingki. Tetapi sekarang sudah sangat jarang bahkan tidak ada lagi. Hanya dimuseum-museum aceh kita baru bisa melihat benda ini. Semoga melalui steemit kita bisa memperkenalkan berbagai macam kebudayaan dan informasinya kepada generasi mendatang.

image

Jingki teaches us mutual cooperation and togetherness among the people of Aceh. Jingki also teaches patience in life. However, as the development and progress of technology, jingki began to be abandoned and forgotten. In ancient times almost every house in the village we can find jingki. But now very rarely even no more. Only in Aceh museums we can see this thing. Hopefully through steemit we can introduce various kinds of culture and information to future generations.

Demikianlah sekilas cerita tentang jingki yang hilang, semoga bermanfaat. @masniaty

Sort:  

Thank you for taking part in this months #culturevulture challenge. Good Luck.

Jingki buya dismaping jingki na buya

Jangka buya

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 63570.02
ETH 3400.95
USDT 1.00
SBD 2.56