Meseum Haji Harun Keuchik leumik

in #esteem6 years ago (edited)

image

Oleh: Jufrizal M. Daud

“Toko emas Keuchik Leumik” huruf-huruf itu tertulis dengan rapi di plang atau papan nama. Jumat siang, suasana toko itu terasa sesak. Di sisi sudut, lemari kaca yang berisi rencong, pedang, siwah dan kalung bernilai seni tinggi berjejer dengan rapi di toko itu. Benda itu adalah sebagian kecil koleksi pribadi Haji Harun Keuchik Leumik.

H Harun Keuchik leumik, nama sejatinya. Uban di kepala dan daging terbungkus kulit keriput telah menyambut hari tuanya. Dia kelahiran 19 September 1942. Pembawaannya tenang.

Selain itu, lelaki tua ini juga seorang kolektor benda budaya Aceh. Rumahnya yang terletak di desa Lamseupeung Simpang Surabaya, jalan Teuku Imuem Lueng Bata, di sulap menjadi meseum pribadi kelurganya. Dari luar, rumahnya tidak begitu megah dan mewah.

“Silakan masuk,” sapa Haji Harun Keuchik Leumik.

Puluhan lemari kaca ukuran kecil dan besar berisikan benda seni Aceh Berdiri tegap di ruangan-rungan rumahnya. Lemari-lemari itu menambah sesak tiap ruangannya. Benda itu memberikan kesan kemewahan di dalam rumahnya.

Pekakas , peralatan dapur, koin mata uang emas, perhiasan, dan kain songket Aceh yang berumur ratusan tahun menghiasi lemari-lemari kaca itu.

Rencong berukuran raksasa, menyambut perhatian aku pertama sekali. Ukurannya begitu mencolok dengan benda koleksi lainnya. Rencong itu memiliki ukuran lebih kurang tiga meter.

image

Aceh populer disebut tanah Rencong, lambang dari kegagahan para pejuang aceh tempo dulu. Dengan senjata rencong Aceh mempertahankan kedaulatannya. dari ide itulah Haji Harun Keuchik Leumik ingin membawa nama rencong harum kepermukaan dunia.

“nyoe kon rencong terbesar di indonesia, tapi terbesar di donya (ini bukan rencong terbesar di indonesia, tapi terbesar di dunia),” terangnya sambil memperhatikan rencong.

Rencong berbahan dasar besi as kapal, bergagang dari kayu meurente dan sarungnya berbahan pohon jati ini, menghabiskan waktu selama tiga bulan dalam penempahannya. Pembuatannya di kerjakan pada Mei 2004 silam.

Dari tangan Mukhtar rencong itu rampung di kerjakan. dia utoh (pengerajin) rencong tradisional dari Sibreh, Aceh Besar. Penempahannya di kerjakan di tempat teumpen (bengkel) Haji Harun Keuchik Leumik, yang berada di belakang rumahnya.

Pada Pekan Kebudayaan Aceh atau PKA ke empat tencong ini tercatat pada Museum Rekor Indonesia (MURI), tepatnya pertengahan Agustus 2004 silam.

Mulanya haji Harun Keuchik Leumik tidak terpikir untuk mengoleksi benda budaya Aceh tempo dulu. Rasa keprihatinan kepunahan situs sejarah Aceh di permukaan tanah Serambi Mekaklah, dia membangun meseum pribadi untuk menjaga pelestarian khasanak benda budaya Aceh.

“Benda sejarah Aceh mesti kita jaga bersama, ini aset daerah dan nasional. Jangan sampai benda leluhur kita di jadikan bahan koleksi orang asing,” tuturnya.

Dia melihat benda-benda budaya Aceh banyak yang beralih tangan ke orang asing. Semenjak tahun 1979, dia giat mengumpulkan benda-benda antik tanah leluhurnya Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

image
sumber foto serambi Indonesia

Usaha toko emasnya, sangat membantunya mengumpulkan barang-barang antik khas Aceh. Banyak masyarakat yang menjual benda bernilai seni kepadanya.

Selain koleksi meseumnya berupa perkakas dan perhiasan. Buku-buku kono atau kitab-kitab tulisan tangan kuno berumur ratusan tahun juga turut menjadi koleksinya.

Membutuhkan waktu yang lama untuk mengoleksi benda-benda itu. awal mula dia menjadi kolektor, ia tidak jarang tertipu oleh bahan tiruan.

“phon-phon jadi kolektor, barang tiruan dum shit nyang rheut bak jaroe lon (awalnya jadi kolektor, barang tiruan juga jatuh ke tangan saya,” ceritanya sambil tersenyum simpul.

Meseum ini kini telah berusia kurang lebih dua puluh sembilan tahun. Banyak benda-benda sejarah yang berjual nilai tinggi tersimpan dengan aman di meseum pribadi Haji Harun Keuchik Leumik. Dan meseumnya mengoleksi ribuan benda-benda antik peninggalan kerajaan Aceh tempo dulu.

Meseumnya tidak di buka untuk umum, tapi jika ada kalangan masyarakat yang ingin mengunjungi meseum pribadinya, mesti dalam kunjungan kelompok. Tak ayal, meseumnya juga banyak di kunjungi pejabat-pejabat Negara.

“Seubab nyan rumoh pribadi, cuman lon peugot saboh ruangan keu meusium (karena itu rumah pribadi, Cuma saya jadikan satu ruangan sebagai meseum), kalau mengunjunginya berkelompok itu bisa,” tuturnya dengan campuran bahasa Aceh dan Indonesia.
image

“Budaya aceh, khususnya benda antik hampir punah di tanah leluhurnya. Ini tugas kita bersama generasi muda untuk melestarikan situs-situs yang bernilai sejarah tinggi,” harapnya.

Sort:  

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by fujia from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 60844.65
ETH 2995.69
USDT 1.00
SBD 3.88