TAGAR "GANTI PRESIDEN" BISA JADI BUKAN PERSOALAN MAKAR, TAPI PERSOALAN ETIKA

in #esteem6 years ago (edited)

image

Bagi seseorang yang memiliki toko dan bersaing dengan toko sebelahnya, ada 2 narasi yang mungkin ia dengungkan dimana keduanya memiliki implikasi yang sama. #Gaetpelanggan sebanyak-banyaknya, dan bisa juga dengan seruan #Ambi_alih atau #sepikan toko tetangga. Keduanya memang talazum (saling melazimi satu sama lain), hanya saja narasi pertama terlihat lebih sopan, sedangkan narasi kedua sangat berkemungkinan menyinggung perasaan tetangga.

Dalam membangun narasi politik juga seperti itu. Narasi yang bersifat nyinyir sering kali dibalas dengan narasi lain yang sifatnya nyinyir juga. Dari pihak Pro Prabowo membangun narasi, "Kasihan Kiay Ma'ruf, Jangan bebani beliau untuk mengemban tugas Wapres, biar beliau menaungi umat saja lewat MUI." Narasi ini bisa saja dibalas, "Kasihan Pak Prabowo, Jangan bebani beliau untuk mengemban amanat seluruh rakyat Indonesia, amanat ijtima' Ulama saja tak mampu beliau jalankan." Hal seperti ini harus diakhiri karena akan berlanjut kepada sifat saling nyinyir yang tidak berpenghujung.

Maka sangat dituntut kepada Tim Pemenangan dari kedua Kubu untuk membangun narasi-narasi yang menggiring rakyat kepada kedewasaan dalam berpolitik. Menggiring mereka untuk berpikir positif bukan berpikir negatif, dan menghindari hal-hal yang membuka peluang terjadinya ghibah, caki maki, dan rusaknya persatuan bangsa.

Hastag Ganti Presiden atau Tumbangkan Prabowo misalnya akan memancing timbulnya pertanyaan, Apa buruknya Jokowi sehingga perlu diganti dan apa buruknya Prabowo sehingga harus ditumbangkan. Narasi ini menggiring kepada ghibah dan sikap saling membenci. Berbeda halnya dengan narasi #Ayopilihjokowi atau #Ayopilihprabowo, maka akan memancing timbulnya pertanyaan, apa kelebihan dan kebaikan dari mereka sehingga harus dipilih.

Oleh karena itu, sangat diperlukan kearifan dan kebijaksanaan dari tokoh-tokoh politik di negeri ini untuk membantu rakyat Indonesia agar dapat lebih dewasa dalam berpolitik. Hentikan segala upaya untuk memprovokasi rakyat untuk membenci kandidat tertentu. Biarkan mereka menentukan pilihan sesuai hati nuraninya, tanpa perlu ada intimidasi, provokasi, dan cara-cara licik lainnya.

Dalam Asian Games kemarin, Jokowi dan Prabowo telah menunjukkan sikap yang bermartabat, mereka saling berpelukan, yang menunjukkan persaingan politik tidak harus merusak persaudaraan. Maka hadirnya Partai Politik yang mengaku dirinya sebagai representasi Islam di kedua kubu seharusnya semakin menentramkan, bukan malah menjadi biang perpecahan.

Islam itu mendamaikan, bukan menciptakan permusuhan. Islam mengajarkan kita untuk memberi solusi, bukan memprovokasi. Islam mengajarkan untuk saling menghargai bukan untuk saling membenci. Membawa nama Islam sebagai pembenaran atas sikap yang bertolak belakang dengan Islam adalah hakikat dari penistaan terhadap Islam.

Maka sekali lagi, mari membangun narasi-narasi positif dalam menghadapi hangatnya Kontestasi Politik di 2019. Silahkan dukung pemimpin sesuai hati nurani masing-masing mana yang terbaik bagi bangsa. Saya sendiri masih mengamati dan belum menentukan pilihan mau mendukung siapa. Namun pastinya sekalipun nantinya diantara kita beda pilihan, Insyaallah kita sepakat bahwa hoaks, provokasi dan intimidasi harus dilawan dan diluruskan. 🙂🙂

Not: kutipan fb tgk iqbal A. Jalil

Sort:  

Congratulations @elsaif! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 63086.21
ETH 3455.67
USDT 1.00
SBD 2.50