Hanya sekali ku tulis tentangmu, saat dimana kita masih bersama, dalam ikatan satu cinta. Kali ini, dalam kesempatan sebuah kontes yang diselenggarakan oleh @khanza.aulia, ku coba menuliskan kata demi kata untukmu kekasihku, untukmu wanita yang pernah mengisi hatiku dan untukmu mantan terindahku.

Kisah ini berawal dari pertemuanku dengan dia. Asyura pemberian nama oleh orangtuanya. Kami bertemu di salah satu masjid kampung Asyura, kala itu tepat pada bulan puasa Ramadhan, entah mengapa ada saja cara Tuhan untuk mempertemukan kami, tiba-tiba seusai Imam masjid mengucapkan salam pada tasyahud akhirnya dalam sholat tarawih berjamaah dan dibarengi oleh makmumnya mataku tertuju kepada arah yang satu.

Ya, tepat ke arah Asyura dan sontak aku terkejut dan terkagum-kagum dengan keindahan yang ia miliki. Ketika itu Asyura menggenakan mukena berwarna putih bersih, ia tampak semakin cantik dengan mukena itu, aku membayangkan Asyura adalah sosok wanita sholehah idaman para lelaki. Jelas saja aku sebagai lelaki yang berkeinginan memiliki istri yang sholehah jatuh hati pada pandangan pertama.

Asyura adalah cinta pertamaku, setelah sholat tarawih usai, aku buru-buru keluar dari dalam masjid, berharap aku dapat berkenalan dengannya, meskipun hanya sebatas mengetahui namanya. Namun rencana itu gagal, karena aku tak berani mendekatinya secara langsung. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah, biasanya aku menyempatkan diri nongkrong di salah satu warung kampung tetanggaku itu. Sesampainya dirumah, aku seakan dihantui rasa penyesalan, menyesal karena ketidak mampuanku untuk menjumpai Asyura. Namun aku bertekad lain waktu niat ini harus ku sampaikan.

Waktu pun berlalu, pada penghujung ramadhan aku kembali bertandang sholat tarawih berjamaah kekampung Asyura, dan disinilah niatku untuk berkenalan dengannya dapat terwujud. Setelah sholat tarawih selesai aku langsung menemuinya di suatu jalan, dan memberanikan diri untuk mengenalnya lebih dekat lagi. Senang tiada tara, aku disambut dengan baik oleh Asyura, ia menerima pertemanan denganku.

Lamban laun kami semakin akrab dan mengenal satu sama lain, meski jarang bertemu dan berkomunikasi pada tahun pertama kami mengenal satu sama lain. Ketika itu sangat jarang orang yang memiliki HP, apalagi dapat mengobrol melalui Whatsapp dan media sosial lainnya. Berkat kemajuan teknologi kala itu, kami memutuskan masing-masing untuk membeli HP tulalit untuk memperlancar komunikasi kami. Aku membelikannya sebuah HP yang sama persis denganku, karena pada saat itu Asyura belum ada uang untuk memenuhi keinginan kami. Katanya ia akan mengganti uang tersebut, meskipun sebenarnya aku senang membelikannya Hp dan tak berharap untuk digantinya.

Berkat alat komunikasi itu kami pun semakin akrab, meskipun 2 bulan yang lalu kami sudah saling mencintai, namun aku belum juga mengungkapkan isi hatiku padanya dengan mengatakan "maukah kau jadi kekasihku". Kali ini bukan karena aku tidak berani, hanya saja aku ingin memastikan bahwa kelak ia lah pendamping hidupku, dan akupun memintanya untuk mempertimbangkan segala rasa yang ada, jangan sampai ia juga salah karena telah memilihku.

Satu bulan setelah itu, setelah lama mempertimbangkan, aku memutuskan untuk mengungkapkan segala isi hatiku padanya dan mengatakan kalau aku mau menjadi kekasihnya. Dan karena pada awalnya ia juga memiliki rasa yang sama kepadaku, Asyura pun menerimaku menjadi kekasihnya dengan sangat gembira. Tepatnya pada tanggal 13 maret 2009 kami memutuskan untuk mengikat tali cinta, berjanji satu sama lain akan menjaga hati dan perasaan, tak akan pernah berpisah selalu masih ada nyawa dikandung badan. Kami benar-benar sangat serasi kala itu. Aku mengerti dan paham betul apa yang Asyura suka dan tidak suka, begitu juga sebaliknya, Asyura mengerti dan paham betul apa yang aku suka dan tidak suka. Dan kami menjaga hal itu dengan baik sampai bertahun-tahun lamanya.

Meskipun kadang kami saling salah paham, namun kami bertahan karena sebuah komitmen untuk menyelesaikannya secara baik-baik. Lima tahun lamanya kami bersama, kadang bertengkar dan berjauhan, kadang suka dan bahagia. Segala bumbu cinta telah kami lewati bersama. Dan tibalah saat-saat paling menyedihkan dalam hidup dan kisah cinta kami. Asyura telah pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya, ia telah menghadap Tuhan yang menciptakan kecantikan. Namun ia telah menunaikan janji yang telah di ikrarkannya kepadaku, bahwa tak ada lelaki selain aku.

Semenjak kepergian Asyura, hari-hariku terasa hampa, kosong tak bermakna. Tiga bulan lamanya aku mengenang segala kisah manis antara kami. Menangis, mengiba, namun Asyura tak akan pernah kembali lagi. Hanya untaian doa kepada Tuhan sebagai penenang diriku, ku kirimkan untuknya yang ku cinta, untuknya yang terkasih, untuknya yang terkenang. Berharap engkau tenang disisi-Nya.