You are viewing a single comment's thread from:

RE: Traveling: Berastagi The City of Leisure

in #esteem6 years ago

horeee... keluar juga hasil keluyuran di Brastagi, nggak ada duren betumpuk dipinggir jalan yang harganya 2 ribuan? lagi nggak musim yaa? atau karena di gampong sedang panen, makanya ngga mau cobain duren brastagi? hahahaha...brastagi memang sudah sangat siap sebagai tujuan wisata sekarang ya, semua serba murah.. aku ingat mereka jual baju murah banget dulu, kain bali bertuliskan brastagi.. aje gile, sepuluh ribu dulu selembar tahun 2007, sekarang masih murah nggak?

thanks for sharing this and will wait for more great posts from you lil bro!

Sort:  

Udh banyak berubah seiring kebijak economi macro, harga makin melambung tinggi, harga markisa yang dulunya 7000 sekilo kini 25 ribu, susah pula dapatnya...kebanyakan pengunjung cuma liat-liat saja termasuk aku kak @cicisaja

kebijakan ekonomi makro? maksudnya apa? kebun hanya dikuasai oleh pengusaha besar? markisa susah dapat? waduh.. apa nggak ada upaya pemerintah setempat yaa? apakah dirasa kurang menguntungkan? agak aneh juga menurutku.. padahal kan pasar buah markisa masih terbuka sangat luas apalagi ada pabrek syrup di situ?
atau maksudnya... yang datang tidak sanggup beli karena sesuatu dan lain alasan, seperti tidak punya cukup uang atau ada alasan lainnya kah? kalau kita lihat kemasan padahal sudah bagus dari dulu kan?

Secara tidak langsung kebun dan sawah kita dimonopoli oleh perusahan besar, karena bibit yang bagus "katanya" harus beli dari perushaan. jadi semisal bibit bawang, gak lagi kayak dulu yang bisa diambil dari bibit hasil panen sebelumnya, tetapi selalu ganti bibit baru, begitu juga dengan sayuran yang lain sekarang ini. harga nya sudah agak mahal akan tetapi keuntungan petani malah lebih menurun sekarang, sama juga kayak di Aceh ketika bibit padi selalu harus beli, tidak ada lagi yang bisa di buat bibit darihasil panen seperti masa kecil kita dulu. ada yang coba tapi gak bisa tumbuh seperti yang diharapkan dan hasil panennya malah sangat buruk. di semua sektor perekonomian lagi anjlok, dari itu berakibat daya beli masyarakat juga sangat menurun, secara langsung menimbulkan efek buruk pada pedagang buah dan sayur, dari pada busuk mereka harus rela jual murah. Markisa untuk sirup itu mereka punya kebun sendiri, jarang diambil yang punya masyarakat lokal, banyak alasan yang dibuat, sedangkan aku gak sejauh itu nanya kondisi ekonomi sekitar, hanya wawancara sekilas saja dengan pemilik kebun yang kamu kunjungin kak

Kee tahu bahwa ada yang aneh dengan kebijakan pemeribtah kita? Tunduk selalu pada kemauan pemain besar seperti penyedia bibit hasil rekayasa genetik itu? Monsanto yg dibenci oleh Rakay sampai dalam tulang😯 dan kupikir alasannya tepat.

Itu perusahaan yang jual bibit seperti itu isinya juga sarjana dan master yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan terbaik negeri ini. Sementara kawan2 kita yang dari kampung kuliah di pertanian untuk bisa jadi pegawai negeri bukan mikir kayak Alm. Kasim Arifin. Belum lagi ditambah debgan persoalan terpaan iklan dan monopoli bibit lewat penyalur2 yang perlu untung cepat. Kelemahan kita ditingkat konsumen dan petani makin kuat karena digiring oleh publikasi gila2an para pemodal.

Apa kerja penyuluh? Perpanjangan tangan pemodal besar..gila aja. Markisa kan gampang tumbuh, terus nggak perlu tempat seluas samudera. Hasilnya juga bisa dibikin sangat local. Dulu aku cuma tahu markisa dari medan, sekarang orang bawa oleh2 markisa makasar😬 aku berharap kita masih bisa punya bibit boh piek asli dari boh tuha bukan beli yg berlabel F1, seperti jagung kampung yang kini langka.. cuma ada jagung manis saja😢 soal padi.. ada yg lebih seru kita bahas nanti. Pengaruh mekanisasi dgn hasilnya.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 57642.15
ETH 2578.06
USDT 1.00
SBD 2.49